Zeinna Mutiara Anggreka.
Konon, sang ibu sangat menyukai bunga anggrek, maka dari itu nama dibelakangnya diberi nama anggrek.
Konon, sang ibu adalah orang paling bahagia saat tau ia dilahirkan ke dunia sebagai seorang perempuan.
Konon, sang ibu selalu memberikan apa yang ia mau, tanpa peduli bagaimana keadaannya.
Konon, sang ibu begitu amat sangat menjaganya, dari segala kekejaman dunia luar.
Konon—ah, sudahlah.
Toh, itu hanya konon, bukan?
Nyatanya, sang ibu meninggalkannya kala anggreknya membutuhkannya.
Nyatanya, sang ibu dengan kejamnya meninggalkannya di tengah kegelapan malam dimana dirinya butuh sebuah pelukan hangat yang menenangkan.
Nyatanya, sang ibu pergi, membiarkan dunia menyiksanya dengan kejam.
Nyatanya, sang ibu pergi, meninggalkannya sendiri.
Ia ingat malam itu, malam dimana gelap benar-benar menjadi temannya, ingat bagaimana isak tangisnya teredam, oleh derasnya aliran hujan.
Ayahnya pergi, benar-benar pergi setelah waktunya ia pergi. Begitu juga ibunya, namun perginya adalah sebuah dorongan hawa nafsu, dimana ia sudah tidak sangguh hidup dengan perekonomian yang amat sangat memprihatinkan.
Malam itu, ia tertidur tidak nyaman diatas tilam lusuhnya. Terbangun saat sang petir menggema, lilin yang menjadi penerangan rumahnya padam, di tiup kencangnya angin yang masuk dari sela dinding papan yang terbuka lebar.
Mulutnya terbuka, memanggil-manggil sang ibu, namun malah sunyi yang menyambut. Tangisnya mulai pecah, ia ketakutan. Dan ketika ia benar-benar tidak menemukan ibunya di gubuk lusuh tempat tinggalnya, ia menyudut. Memeluk lututnya dan menangis kencang disana. Tanpa seorangpun yang peduli.
Ctak!
"Akh!" Anna menjerit kecil, matanya menutup, seriring jatuhnya air mata dari kedua matanya.
Anna membuka matanya pelan, melihat bagaimana jari telunjuknya mengeluarkan darah saat tak sengaja terkena pisau. Rencananya, Anna hendak memasak makan malam untuk dirinya dan Kris.
Namun dirinya malah termenung. Membuat jarinya terluka saat ia tengah memotong kentang.
"Kenapa?"
Sontak Anna mengusap air matanya dan menyembunyikan jarinya yang terluka di balik punggung.
"G–gapapa," jawab Anna. Ia berusaha untuk tidak menatap Kris dan berpura-pura sibuk dengan sayuran.
"E–em, aku buat telor orak-arik ya bang, abang mau pedes atau nggak? Oh, aku juga buat ikan goreng, sama tumis kentang sama wortel. Kalau abang—"
Srek!
Kalimat-kalimat Anna seketika terhenti ketika Kris menarik lengannya sehingga kini keduanya berhadapan.
"Lo kenapa?" Suara Kris terdengar dalam, membuat pertahanan Anna runtuh seketika. Air mata berlomba-lomba turun dari kedua bola matanya, dan isakan-isakan cengeng bak anak kecil kehilangan balonnya lolos dari bibir Anna.
Kris kaget, sekaligus heran. Dan akhirnya dia menarik lengan Anna hingga gadis itu menabrak dadanya, kemudian mendekapnya.
"Kalau pada akhirnya aku dibuang, untuk apa aku ada?" Ucap Anna disela isakannya.
Dan Kris hanya bisa terheran.
"Dan kenapa harus malaikat aku sendiri yang khianatin aku? Kenapa?" Isakannya makin kuat, dan Kris bisa merasakan baju kaus yang dikenakannya basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cinderella
Teen FictionAlika, cewek dingin yang dijuluki ice cream oleh teman-temannya. Dingin, tapi manis. Menjadi dingin setelah sang ibunda wafat. Alika, cewek yang sukses membuat Alka, si pangeran cuek jatuh pada pesonanya. Bercerita tentang Alka yang berusaha masuk...