Tabir yang Tersingkap

2.8K 426 87
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

•••

"Selayaknya langkah yang selalu bertuan, dia akan kembali pada kasih sayang yang suci, tak peduli sejauh apa jarak yang telah ditempuh, pasti kan bertemu jua."

-Risalah Rasa-

•••

Pagi kembali menyapa, meninggalkan serangkaian memori hari lalu untuk dijadikan sebuah sejarah. Iringan langkah kaki yang lebih ringan, menjadi pertanda setiap ikhlas yang kembali mengalir dalam derasnya nadi.

Sabiya bersyukur pagi ini masih diberi kesempatan untuk kembali menghirup udara segar. Meraup oksigen untuk bertahan hidup. Entah apa jadinya jika dia tak lagi diberi kesempatan untuk bernapas, sedang diri masih banyak terlumur dosa.

Pagi yang kembali hadir, bersama sang surya yang telah setia menanti para manusia menjalankan harinya, dengan segala tuju hanya untuk beribadah kepada Illahi Rabbi.

Hari ini adalah hari terakhir mereka berlibur di kabupaten pariwisata dengan ikan Marlin sebagai ciri khasnya, karena malam nanti mereka sudah harus kembali ke ibu kota untuk menjalankan rutinitas seperti biasa. Ada rasa enggan untuk mengakihirnya, namun apa daya jika memang sang waktu sudah tidak bisa lagi dinego.

Walau begitu, baik Sabiya ataupun yang lain sangat bersyukur karena telah Allah beri izin untuk singgah sejenak di bagian bumi-Nya yang sangat indah ini, biarpun hanya sejenak.

Hari ini, rencananya mereka akan memaksimalkan waktu yang dipunya untuk menikmati akhir liburan. Fawwaz semalam sudah berjanji untuk mengajak mereka ke Green Canyon, salah satu surga tersembunyi yang dimiliki oleh Pangandaran. Dan lelaki berperawakan jangkung itu menepatinya. Kini, mereka tengah dalam perjalanan menuju tempat tujuan dengan kembali Fawwaz sebagai pengemudi, dan google map sebagai penuntun.

Cuaca siang hari yang terik tak sedikitpun memudarkan semangat. Mereka masih setia menyunggingkan senyum meski peluh sudah bercucuran.

Selesai menikmati indahnya Green Canyon,  Fawwaz kembali menggiring mereka ke jembatan mangrove. Tempat yang terasa damai nan romantis jika datang bersama dia yang telah halal. Meski begitu, masih terasa asyik jika datang bersama dengan sahabat tercinta yang sudah berasa seperti saudara sendiri.

Tak ada satu momen pun yang tak mereka abadikan lewat lensa kamera. Sampai Nada mengeluh, memori cardnya telah penuh saking banyaknya objek yang dia bidik.

Dan sorenya, mereka habiskan di sebuah tempat yang diberi nama "Pojok Baca". Surganya bagi mereka yang gemar menenggelamkan diri dalam barisan kata yang teruntai dengan indah. Tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun, mereka sudah bisa membaca sepuasnya tanpa dibatasi waktu. Terlebih ruangan yang nyaman dan disertai pendingin ruangan membuat siapa saja menjadi betah. Tentu hal itu menjadi angin segar untuk Sabiya dan Fawwaz yang memang sama-sama pecandu fiksi.

Tak lupa juga mereka membeli buah tangan di beberapa ruko, tempat dijualnya berbagai macam buah tangan yang tersebar di pantai barat dan timur.

Masih banyak tempat yang tidak sempat mereka datangi di sini. Diantaranya adalah pantai Madasari yang mendapat julukan Balinya Pangandaran, pantai Batu Hiu dengan ciri khasnya batu yang berbentuk Hiu, pantai Karang Nini dengan pesonanya, Citumang dengan wahana body rafting nya, Wonder Hill Jojogan dengan pesona perbukitannya, dan masih banyak lagi karena memang setiap sudut di  Pangandaran memiliki keindahannya tersendiri. 

Risalah Rasa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang