Zidan dan Ego Remaja II

3.1K 467 37
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

•••

"Aku hanya butuh didengarkan, saat mentari tak lagi mampu melawan lembayung jingga. Aku hanya butuh didengarkan, saat bintang tak lagi setia menemani rembulan. Maka, izinkanlah aku, bebisik kepada bumi tempat bersujud. Karena aku tahu, Allah selalu setia dalam mendengar hati yang mengadu."

-Risalah Rasa-

•••

Pergulatan tak bisa dihentikan kala Zidan menerima bogem pertama dari Reno. Emosi pria yang baru menginjak remaja itu memuncak. Egonya sebagai laki-laki merasa tercoreng oleh serangan mendadak dari Reno. Jika memang kekerasan adalah jalan yang harus ditempuh, Zidan akan melakukannya. Meski banyak resiko yang akan dia hadapi. Pikirannya terlalu sempit, berpikir bahwa kekerasan harus kembali dibalas dengan kekerasan. Tanpa sedikitpun menoleh kepada kemungkinan lain yang bisa saja terjadi.

Andi yang berdiri di samping motornya hanya bisa bergeming. Bingung harus melakukan apa, kakinya serasa mengakar dalam tanah sehingga membuatnya sulit untuk bergerak barang se senti pun. Kejadian ini terjadi begitu cepat di luar dugaannya. Sedangkan di seberang sana terdapat beberapa teman-teman Reno yang juga hanya menonton, menyaksikan pergulatan Zidan dan Reno bak tontonan gratis. 

Jalanan yang sepi menguntungkan Reno untuk membabi buta Zidan. Gumpalan kebencian tersorot jelas dalam matanya yang sedikit sipit. Dendam yang melegam di dasar hatinya menjadi landasan utama mengapa dia melakukan tindakan itu. Sedari dulu, Reno benci Zidan karena Zidan yang selalu lebih unggul darinya dan mengacaukan segala misinya.

Dengan satu hentakan, Zidan menangkis kepalan tangan Reno yang akan kembali meninjunya. Memelintirnya ke belakang sampai membuat Reno mengaduh dan takluk di bawah Zidan. Emosi Reno yang membludak membuat Reno menyerangnya dengan membabi buta tanpa strategi, sehingga membuat Zidan bisa dengan mudah melemahkan serangan Reno.

"Dengan lo yang menyerang gue secara tiba-tiba seperti ini untuk membalaskan dendam lo, membuat gue tambah yakin kalo lo itu benar-benar bodoh!" seru Zidan dengan mendorong Reno sampai tersungkur. Mengelap sudut bibirnya yang sedikit sobek sebelum mulai kembali menunggangi motor gedenya. Meninggalkan Reno yang tengah mencoba berdiri dibantu oleh teman-temannya.

Di perjalanan Zidan memutuskan untuk menepi sejenak, meminta Andi untuk membelikannya sebotol air mineral untuk dia minum dan membasuh mukanya.

Setelah mendapatkan apa yang dia mau. Zidan menghela napas lelah. Fisik dan pikirannya terguncang, merasa lelah dengan kehidupan hari ini yang penuh dengan kejutan.

"Lo harus obatin luka lo dulu, takut infeksi," saran Andi yang tidak tega melihat wajah putih sahabatnya yang kini penuh dengan lebam.

"Biar nanti gue obatin di rumah," balas Zidan.

Setelah merasa tubuhnya tak selemas yang tadi, Zidan memutuskan untuk pulang. Menidurkan tubuhnya yang terasa remuk adalah ide yang tidak buruk.

Memasuki rumah, Zidan langsung berjalan menuju kamarnya. Suasana nampak sepi, karena mungkin kakaknya belum pulang, sedangkan ayahnya sudah pasti belum pulang. Berbicara tentang ayahnya, Zidan jadi merasa was-was, kira-kira bagaimana reaksi ayahnya saat melihat mukanya yang tak lagi bersih. Apakah akan menganggapnya menjadi hal yang biasa, atau justru menghukumnya kembali bagai kejadian hari lalu. Biarlah waktu yang menjawab. Apapun yang terjadi, itulah resiko yang harus dia tanggung.

Risalah Rasa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang