Sabiya dan Kompilasi Hati

3.6K 534 31
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

•••

"Wahai diri, jangan terlalu sibuk mengejar duniawi yang tidak akan ada kata puasnya. Hargai waktu tidurmu, hargai hatimu. Karena bagaimanapun tubuhmu merindukan matamu yang terlelap, dan jiwamu pun haus akan ketenangan lewat membaca kalam-Nya."

-Risalah Rasa-

•••

Hari sudah mulai sore, lembayung senja sudah mulai menampakkan pesonanya. Namun hawa masih saja panas seperti waktu di siang hari. Hari ini cukup melelahkan bagi Sabiya. Karena setelah pulang sekolah Sabiya masih harus menemani Nada yang ingin membeli gamis baru. Sedangkan jika Nada memasuki sebuah toko pakaian, maka sudah dipastikan gadis berpipi tembem itu akan  menghabiskan waktu yang lama, meski pada akhirnya hanya akan membeli satu buah gamis saja. 

Menyetandarkan motornya, Sabiya kemudian melangkahkan kakinya memasuki rumah bergaya minimalis yang selama ini telah menaunginya.

"Assalamualaikum..."

Sabiya mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru rumah. Samar-samar, dia mendengar salamnya dijawab oleh bi Idah dari arah dapur. Rumahnya yang memang tidak terlalu besar membuat siapa saja yang ada di rumahnya ini dapat mendengar salamnya.

"Zidan udah pulang, Bi?" tanya Sabiya setelah menyalimi bi Idah, lalu menuangkan air putih ke dalam gelas.

"Udah, Neng. Tadi pulang sekolah langsung masuk ke kamar, gak kemana-mana lagi."

Sabiya mendudukkan tubuhnya sebelum meneguk segelas air putih dan mengucap bismillah.

"Biya ke kamar dulu ya, Bi. Udah lengket, mau mandi, hehe..."


•••

Sapuan air wudhu yang menyapa kulit Sabiya, membuatnya kembali segar. Kantuk yang beberapa menit lalu masih menyambanginya, kini telah sirna.

Beranjak dari kamar mandi, langkah Sabiya membawa tubuhnya untuk mengenakan mukena dan menggelar permadani yang selalu menjadi temannya kala berdialog dengan Allah.

Malam ini, Sabiya kembali menyapa Allah lewat tahajud di sepertiga malamnya. Mengadukan kembali semua hal yang mengganggu pikiran nya.

"Allahu Akbar..."

Dengan penuh kekhusyukan, Sabiya melaksanakan sunnah-Nya. Mendirikan shalat sunnah sebanyak sebelas rokaat, sesuai anjuran Rasulullah. Delapan rakaat shalat tahajud dengan dua kali salam, dan tiga rakaat shalat witir dengan satu kali salam.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengerjakan shalat (lail) baik di dalam bulan ramadhan maupun di luar ramadhan tidak pernah lebih dari 11 rakaat. Beliau memulai dengan mengerjakan 4 rakaat, kamu tidak usah menanyakan bagaimana baik dan panjangnya shalat beliau. Setelah itu beliau kembali mengerjakan 4 rakaat, kamu tidak usah menanyakan bagaimana baik dan panjangnya shalat beliau. Kemudian beliau shalat tiga rakaat.” Aisyah berkata: Lalu aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah anda tidur sebelum witir?” Beliau menjawab, “Wahai Aisyah, sesungguhnya kedua mataku memang tidur namun hatiku tidak.” (HR. Al-Bukhari no. 1147 dan Muslim no. 738)

Risalah Rasa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang