Orientasi Rasa

2.9K 436 108
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

•••

"Pernikahan adalah ibadah terlama bagi setiap insan manusia. Tidak bisa dipermainkan, apalagi dipaksakan. Karena sesuatu yang dipaksakan, akan kacau."

-Risalah Rasa-

•••

Hari yang sakral nan menegangkan telah tiba. Waktu persiapan yang hanya dua minggu, membuat kedua belah pihak keluarga ketar-ketir karena khawatir semuanya tidak akan rampung tepat waktu. Tapi uang memanglah sangat ampuh, sesingkat apapun waktu yang dipunya untuk menyelesaikan segala persiapan, pastilah akan selesai tepat pada waktunya asalkan uang yang berbicara. Bahkan gaun yang akan Sabiya kenakan saat akad dan acara resepsi nanti, hanyalah digarap dalam waktu satu minggu saja. Tak main-main, Afrizal langsung memilih desainer ternama di Indonesia untuk membuatkan mereka baju pengantin. Bahkan Afrizal sendiri yang menjemput Sabiya untuk berangkat bersama menuju butik. Lelaki dengan pembawaan tegas itu, sangat mengayominya. Selisih umur dua belas tahun dengannya, membuat Afrizal terlihat lebih dewasa dan berwibawa. Bahkan, menurut berita yang Sabiya dengar, calon suaminya itu sudah memegang kekuasaan di kantornya semenjak umur duapuluh lima tahun. Usia yang masih muda untuk ukuran seorang pengusaha. Tapi, tetap saja. Sehebat apapun seorang Afrizal, tidak membuat rasa itu singgah di hati Sabiya. Karena hakikat mencintai bukan lah selalu kepada dia yang hebat dalam urusan dunawi. 

Rangkaian bunga bertuliskan ucapan selamat, dengan ukiran nama Sabiya dan Afrizal sudah berderet sepanjang jalan rumah Sabiya. Bahkan, di dalam rumah, hiasan dengan bunga lili putih yang mendominasi telah siap ditata. Ruang tengah yang semula dihuni oleh sepaket sofa empuk dan tv, kini telah berganti dengan satu meja kecil di tengahnya, tempat prosesi ijab qabul akan dilaksanakan.

Sedang di kamarnya, Sabiya telah siap dengan gaun pengantin muslimah berwarna putih. Polesan make up sederhana telah terulas di wajah ayunya. Jemari lentiknya telah terlukis henna, ciri khas pengantin wanita. Oh, jangan lupakan satu hal, mahkota kecil yang juga turut menangkring di kepalanya, membuat Sabiya semakin manis untuk dipandang.

Bahkan pengumuman kelulusan belum lah terdengar, namun statusnya sebentar lagi akan segera berganti. Pada angannya, Sabiya ingin status siswa yang selama duabelas tahun ini tersemat padanya berganti dengan status mahasiswa. Tapi apa yang terjadi? Malah statusnya berubah menjadi seorang isteri. Sungguh, tidak ada yang bisa menebak takdir-Nya. Selalu ada kejutan disetiap bagian kehidupan.

Satu yang membuatnya bersedih. Karena dihari yang bersejarah untuknya, ibunya tidak bisa hadir. Juga, Zidan yang tiba-tiba memutuskan komunikasi dengannya, enggan untuk datang menyaksikan. Berita yang dia dengar dari Fikri, Zidan tidak mau datang karena dirundung rasa bersalah. Zidan menyesal karena janji yang dia kokohkan antara Sabiya dan Rendra ternyata membawa Sabiya ke dalam gerbang kehancuran. Merelakan masa depan terenggut untuk berbakti kepada keluarga.

Padahal, dalam lubuk hatinya yang terdalam, Sabiya telah ikhlas.

"Bi.., keluarga Afrizal sudah sampai. Sebentar lagi akad nikah akan dilaksanakan. Persiapkan diri kamu, ya!"

Sabiya mengangguk, saat bunda Rumi mengabarinya bahwa akad nikah akan segera berlangsung. Jantungnya bertalun-talun, bekerja dengan sangat cepat sampai menyesakkan nya.

Di dalam kamar yang sudah dihiasi dengan hiasan yang senada dengan hiasan pada tempat akad, Sabiya duduk di apit oleh Nada dan Rumi. Tangan yang telah terlukis henna itu digenggam erat oleh dua wanita yang berarti dalam hidupnya.

Risalah Rasa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang