Zidan dan Ego Remaja

3.3K 451 29
                                    


بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

•••

"Dendam tidak akan pernah tertuntaskan, kecuali dengan kesabaran dan keikhlasan. Maka, bersabarlah dan ikhlaskan lah. Karena itu akan membuat surga terasa lebih dekat."

-Risalah Rasa-

•••

Setelah punggung Syam hilang di balik pintu rooftop, Zidan kembali menolehkan pandangannya ke arah sang surya yang mulai meninggi. Diliriknya jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangannya, pukul sepuluh pagi, pantas terik matahari sudah mulai menyengat.

Dalam diam, Zidan kembali teringat ucapan Syam, "sabar, maka surga untukmu." Gadis itu memang benar. Tapi bagaimana jika sabar itu hanya mudah keluar dari lisan, namun sulit untuk di implementasi kan?

Lagi dan lagi Zidan menggeram kesal. Semuanya sangat pelik, membuatnya hampir tercekik oleh takdir yang rumit.

"Cie..., yang gak mau ikut nongkrong di kantin ternyata abis ketemuan sama si Syam," ujar Andi yang tiba-tiba muncul dari arah belakang Zidan, membuat Zidan yang sedang melamun berjengkit kaget. "Gak nyangka gue, selera lo anak nerd macam Syam," imbuhnya.

Zidan melirik Andi dengan tajam, "lo kalo gak tau apa-apa gak usah banyak bac*t."

Setelah mengatakan itu, Zidan melangkah pergi meninggalkan Andi. Sahabatnya yang satu ini memang memiliki mulut lemes, persis ibu-ibu yang selalu merumpi.

"Eh, tungguin dong. Udah gue samperin ke sini malah ditinggal lagi."

"Lo cerewet kaya emak-emak di komplek gue."

"Enak aja," sahut Andi dengan kesal. "Lo mau ke mana? Ikut, dong."

"Biasanya tanpa persetujuan gue juga lo tetep ngintil."

"Iya juga, ya. Hahaha...." ucap Andi dengan tertawa garing.

•••

Dengan langkah lebarnya, kedua sahabat itu melenggang menuju parkiran sekolah yang sudah mulai sepi. Hanya beberapa kendaraan saja yang masih terparkir dengan rapi.

Zidan dan Andi, bak saudara kembar yang kemana-mana selalu bersama. Itulah mengapa kebanyakan teman-teman mereka sering menyebut mereka Upin dan Ipin.

Bagaimana tidak? Zidan dan Andi sangat kompak dalam berbagai hal. Termasuk kompak dalam hal kenakalan. Bagi mereka, gak nakal gak asik, gak nakal gak keren. Bahkan mereka sering menghasut teman-teman sekelasnya untuk ikut bolos bersama mereka, dengan rayuan, "ah gak gentle lo, masa bolos aja gak berani. Lemah lo." Ataupun jika ada teman mereka yang sering ikut membolos bersama, sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan menolak ajakan bolos mereka, dengan lantang Zidan akan berucap, "lo ngerjain tugas? Dasar alay!"

Begitulah Zidan dan Andi, di tengah era milenial dimana kenakalan remaja sedang marak terjadi.

Tapi, senakal-nakalnya mereka, mereka tidak pernah melakukan hal yang merugikan orang banyak. Seperti tawuran, misalnya. "Nakal boleh, merugikan orang jangan." Begitulah moto hidup mereka.

Sesampainya di area parkir, Zidan yang akan menaiki motor gedenya mengerutkan kening aneh ke arah pojok parkiran yang terlihat tiga orang siswa yang sepertinya tengah bersitegang.  Zidan mengepalkan tangannya, terlihat kilatan amarah di bola matanya.

Dengan sekali hentakan, Zidan menaruh helmnya yang semula akan dipakai. Melangkahkan kakinya menuju objek yang sejak tadi menjadi titik pusatnya. Di sana, di pojok tempat parkir, terdapat Reno dan temannya Cakra yang terlihat tengah memalak adik kelas.

Risalah Rasa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang