Bagian 4: Daripada dia marah

33 5 0
                                    

"Tadi, Pak Dani manggil gue,"

"Oh ya, terus?" Azzura seperti tidak tertarik dengan obrolannya. Ia lebih menikmati roti isi cokelat yang ia makan daritadi.

"Katanya, dia mau ngomong sama lo waktu istirahat," Lalu Zidan berdiri meninggalkan Azzura yang masih bingung dengan ucapannya.

"Terus ngapain dia ngajak gue kesini? Udah gila tuh orang," kata Azzura kesal.

Azzura segera menemui Pak Dani di ruang guru. Pak Dani termasuk salah satu guru yang disukai murid-murid di sekolahnya. Selain karena masih muda dan tampan, ia juga ramah pada semua orang. Yang paling utama, ia sangat mengerti persoalan remaja, tidak heran jika banyak murid yang curhat padanya.

"Azzura, kamu tahu sendiri kan, kalau sekolah akan mengaktifkan band lagi," Azzura mengangguk sopan mengiyakan.

"Dari yang bapak perhatikan, teman-teman kamu sepertinya cocok untuk bergabung disana. Tadi bapak sudah membicarakan hal ini dengan Zidan, Aleta, dan Bella. Namun, mereka semua menolak untuk bergabung. Bapak mau minta tolong sama kamu. Kamu bujuk mereka supaya mau ikut. Bisa kan, Azzura? Atau kamu sendiri juga mau bergabung? Boleh kok, silahkan saja," ucap Pak Dani yang diakhiri dengan senyuman lembutnya. Mungkin jika Elvina yang ada di posisinya saat ini, ia akan berteriak histeris.

"Oh, enggak, pak. Maaf saya gak punya kemampuan apa-apa di band. Nanti saya coba bujuk mereka bertiga, pak,"

"Ya sudah, terimakasih ya, Azzura,"
Azzura memasuki kelasnya yang ramai. Sepertinya sedang kosong karena beberapa guru dipanggil untuk menghadap kepala sekolah.

"Darimana aja?" tanya Leta saat melihat Azzura datang.

"Perpustakaan. Percaya gak?"

"Gak," jawab Elvina dan Bella bersamaan.

"Nah, gue juga gak percaya. Leta, Bella, kalian disuruh pak Dani gabung di band,"

"Jadi lo abis ketemu Pak Dani? Wah, jahat lo gak ngajak gue. Dan apa tadi lo bilang? Leta sama Bella aja yang ditanyain? Gue ga ikutan dibahas gitu?" ucap Elvina berteriak kesal. Ketiga temannya tersenyum mendengarnya.

"Gue gak mau ikut kalo Leta gak ikut," kata Bella.

"Gue males, ah."

Merasa usahanya gagal, Azzura membisikkan sesuatu di telinga Elvina. Meminta bantuan dari Elvina tidaklah sulit jika menyangkut Pak Dani.

"Gue gak mau ngomong sama kalian berdua sampe kenaikan kelas, kalo kalian berdua gak ikut band itu," Azzura menahan tawanya saat mendengar ancaman Elvina.

Elvina memang orang yang hampir selalu menepati janjinya. Saat kelas 10, mereka pernah berencana menginap di rumah Leta. Namun, Elvina malah terlelap di rumahnya. Ia baru teringat saat terbangun di pagi hari dan langsung menghubungi sahabatnya. Karena itu, ia mengabaikan sahabat-sahabatnya kurang lebih selama 2 minggu. Ia marah karena tidak ada yang berusaha membangunkannya.

"Ih, kok gitu sih," ucap Leta tak terima.

"Ta, mending kita ikutan aja. Tuh anak kalo marah bahaya," kata Bella.

"Yaudah deh, untung lo sahabat gue," Elvina tersenyum lebar penuh kemenangan.

Lalu, Azzura memberikan nomor telpon Pak Dani pada Elvina. Setidaknya Elvina bisa mengirim pesan pada Pak Dani meskipun membahas pelajaran.

***

Sesuai dugaan Azzura, Farel kembali mengirim pesan padanya pada malam hari. Tentu saja dengan semangat '45 ia langsung membalasnya.

Farel

Farel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

20.15

Hi juga?      20.16

Wah       20.16

Bisa langsung ngerti     20.16

Hehe          20.17

Iya dong 20.17

Oh iya, selamat  20.17

Buat apa?    20.18

Lo baru gabung di band kan 20.18

Kok bisa tau? 20.18

Nama anggotanya ditempel depan ruang band 20.19

Mungkin lo udah pulang, jadi belum liat    20.20

Oh gitu     20.20

Iya makasih, ya     20.21

"Wah cepet banget Pak Dani geraknya. Emang bener-bener tuh guru, ga salah Elvina tergila-gila banget sama dia," Azzura saling mengirim pesan dengan Farel hingga larut malam.

***

Hanya karena Zidan, Azzura tidak bisa bangun siang di hari sabtu. Panggilan dari Pak Dani pagi ini membuatnya terbangun. Ia berkata bahwa Zidan belum tiba di sekolah, sedangkan Pak Dani menjadwalkan pertemuan anggota band jam 8 pagi. Sekarang sudah jam 8.45, Azzura tidak bisa membayangkan marahnya Leta sekarang di ruang band. Leta sangat tidak menyukai orang yang meremehkan waktu.

Azzura minta diantar Ken untuk pergi ke rumah Zidan dengan alasan bensin motornya habis. Ken juga akan pergi, jadi biar sekalian saja.

"Eh, Azzura, ada apa pagi-pagi kesini?" tanya mama Zidan. Mereka sudah berteman sejak SMP, jadi wajar saja kalau Azzura mengenal Melinda, mama Zidan.

"Pagi, tante. Zidan ada dirumah, te?" tanya Azzura sopan sambil tersenyum.

"Zidan ada di kamarnya. Lagi main PS sama Parviz. Ayo masuk dulu, biar tante panggilin Zidan," Melinda meminta Azzura menunggu di ruang tamu. Tidak lama, Parviz keluar dari kamar Zidan dengan membawa tasnya.

"Ra, gue duluan ya," pamit Parviz.

"Anak basket latihan?" tanya Azzura.

"Iya. Kenapa? Lo mau bareng gue?"

"Woi! Sembarangan ngajak bareng. Azzura berangkat sama gue," sahut Zidan berjalan menghampiri keduanya.

"Kata lo tadi males ikutan. Mendadak semangat nih?" ejek Parviz.

"Oh iya, lupa. Azzura, lo bareng dia aja," Azzura menahan lengan Zidan saat ia akan berjalan kembali ke kamarnya.

"Gue duluan ya, ntar diamukin Farel," pamit Parviz meninggalkan mereka.

"Ngapain lo ikutan ke sekolah?"

"Bantu ngawasin kucing gila," jawab Azzura melepas lengan Zidan.

"Ketemu Farel? Kenapa sih lo masih suka sama dia? Lo tau kan, dia suka sama sahabat lo sendiri. Harusnya lo bisa tau, siapa yang sebenernya peduli sama lo" Zidan segera mandi dan bersiap-siap untuk berangkat. Sedangkan Azzura masih terdiam di tempatnya.

"Bener juga sih. Tapi berjuang juga gak salah kan? Siapa tau pada akhirnya dia bisa suka sama gue."

Something WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang