Zidan terkejut saat melihat ada pesan masuk dari Farel.Tidak hanya satu pesan, namun tiga sekaligus. Ada apa ini? Sejak kapan mereka dekat? Tidak. Bahkan seingatnya, Farel tidak pernah mengenal Azzura. Banyak sekali pertanyaan yang memenuhi pikirannya.
Saat berjalan menuju mejanya, Azzura melihat Zidan sedang memainkan HP-nya. Ia mempercepat langkahnya. Zidan terkejut saat Azzura tiba-tiba merebut HP dari tangannya dengan kasar. Lalu, hening.
Mereka hanya saling menatap. Banyak pertanyaan di kepala Zidan, begitu juga dengan Azzura. Banyak yang ingin Azzura jelaskan pada Zidan. Sedangkan Zidan, ia mengangkat satu alisnya menunggu penjelasan Azzura. Namun, sepertinya itu bukan saat yang tepat untuk berbicara.
"A-ayo, pulang" kata Azzura yang berjalan mendahului Zidan.
Hanya ada keheningan selama perjalanan, sampai akhirnya tiba di rumah Azzura. Azzura turun dari motor Zidan, memberikan helm padanya. Bahkan Azzura masih tidak tahu darimana ia harus memulai penjelasannya.
"Em, gue masuk dulu ya," Azzura berjalan sambil memainkan jemarinya karena gugup.
"Kenapa?" tanya Zidan yang membuat Azzura menghentikan langkahnya lalu berbalik.
"Apanya?" Azzura pura-pura tidak mengerti arah pembicaraan Zidan. Bahkan sampai sekarang pun, ia masih berharap Zidan tidak membaca pesan dari Farel.
"Lo pura-pura jadi Leta. Cukup lama. Dan lo ga cerita ke gue," ucap Zidan setelah melepaskan helmnya.
"Gue.." Azzura bingung. Tentu saja ia tidak akan berbohong, tapi haruskah dia memberitahu semuanya pada Zidan, "Gue tau lo bakal marah, jad-"
"Bagus. Bagus kalo lo udah tau," Zidan memotong ucapan Azzura. Ia memakai kembali helmnya lalu pergi. Azzura menatap kepergian Zidan dengan rasa bersalah.
Ia masuk ke kamarnya. Mencoba untuk tidur, tapi tidak bisa. Ia terus memikirkan Zidan yang sama sekali tidak membalas pesan darinya. Berharap besok semuanya baik-baik saja.
Sedangkan di waktu yang sama, tapi di tempat yang berbeda. Zidan juga masih terjaga.
Azzura
Zidan 9.25
Besok gue jelasin 9.26
Lo marah? 9.26
Jangan marah dong 9.45
Iya read doang aja gapapa:) 9.45
Tidak. Ia tidak marah. Hanya.. kecewa?
Zidan sedang duduk di depan rumahnya. Memetik senar gitarnya asal. Sesekali ia melihat notifikasi masuk. Ia berpikir, kenapa harus Farel?
"Zidan, kamu belum tidur?" Zidan menoleh pada Melinda yang datang tiba-tiba.
"Belum. Mama sendiri kenapa masih bangun?"
"Tadi cuma haus. Oh iya, besok pagi papa kamu datang. Kamu jangan pulang telat ya besok, kita makan malam bareng," ucap Melinda sambil menggenggam tangan Zidan. Zidan hanya membalas dengan anggukan.
"Yaudah, kamu cepetan masuk terus tidur. Awas aja kalo besok bangun kesiangan,"
Zidan masuk ke dalam rumah setelah Melinda. Ia segera masuk kamarnya. Meletakkan gitarnya di atas meja asal. Cukup lama ia memperhatikan gitar itu. Gitar yang diberikan oleh seseorang beberapa hari lalu.
***
Azzura hanya diam saat teman-temannya terus berbincang. Bella yang menyadari hal itu pun langsung memberitahu Leta dan Elvina. Tidak biasanya Azzura hanya diam melamun.
"Woi! Lo kenapa?" tanya Elvina yang sengaja mengageti Azzura.
"Harus banget lo kagetin gue?" jawab Azzura menghela napasnya.
"Harus banget lo gak jawab pertanyaan gue?" Elvina menyilangkan tangannya di dada.
"Zidan tau,"
"Tau apaan? Lo lagi sariawan? Singkat bener kalo ngomong," sahut Bella.
"Chat gue sama Farel,"
"Terus? Bentar bentar, gue tebak.. hm, dia gak mau ngomong sama lo. Bener gak?" tanya Elvina bersemangat. Azzura mengangguk pelan.
"Cuma gue atau kalian juga mikir sih, kalo Zidan suka sama Azzura," ucap Bella yang langsung diacungi jempol oleh Elvina. Sedangkan Leta, ia tampak tidak tertarik dengan obrolan mereka.
"Gak mungkin lah, gue udah lama kenal sama dia,"
"Bukan berarti lo tau semua tentang dia," sahut Leta yang langsung berdiri keluar kelas.
"Lah, kemana tuh anak?" tanya Elvina. Bella dan Azzura mengangkat bahu mereka tidak tahu.
"Yang pasti dia gak bakal bolos pelajaran," ucap Azzura.
Leta sendiri tidak tahu mengapa ia keluar kelas. Tapi, ia tidak mau duduk di kelas dan mendengarkan obrolan teman-temannya. Mungkin lebih baik ia pergi ke toilet saja.
Saat berjalan menuju toilet, tidak sengaja ia bertabrakan dengan seseorang yang baru saja keluar dari toilet laki-laki. Leta mendongak untuk melihat siapa orang yang lebih tinggi darinya itu. Zidan. Laki-laki itu adalah Zidan.
"Kebiasaan," ucap Zidan. Menunduk sambil bermain HP saat berjalan memang kebiasaan buruk Leta. Itu yang sedang terjadi sekarang. Leta mematikan HP-nya dan berkata, "Maaf"
Saat Zidan hendak berjalan meninggalkan Leta, langkahnya terhenti karena tiba-tiba Leta memegang tangannya. Zidan berbalik menatap Leta penasaran.
"Itu bukan salah Azzura, bukan dia juga yang mau," cukup lama Leta terdiam menunggu jawaban Zidan. Namun sebaliknya, Zidan malah menunggu ucapan Leta yang selanjutnya.
"Lo suka sama dia?"
"Apa kurang jelas semua yang gue lakuin selama ini?" jawab Zidan.
Ia melirik ke arah tangan Leta yang masih memegang tangannya. Leta segera melepaskannya dan berlari kecil masuk ke toilet. Ia tidak sadar kalau ia masih memegang tangan Zidan, betapa malunya dia. Zidan masih terdiam di tempatnya. Ia tersenyum kecil melihat tingkah mantan pacarnya itu.
Kelas Zidan sedang kosong pelajaran. Ia bosan hanya duduk diam saja. Parviz yang duduk di sebelahnya sedang asik bermain game di HP-nya.
"Gue abis ketemu Leta," ucap Zidan tiba-tiba.
Parviz yang tertarik dengan obrolan Zidan pun langsung mematikan HP-nya. Tidak peduli dengan gamenya. Saat ini kemajuan dari sahabatnya itu lebih penting. Sejak ia dan Leta putus, Parviz hampir tidak pernah melihat mereka berdua mengobrol. Jika sekarang Zidan membicarakan tentang Leta, pasti ada sesuatu yang terjadi antara mereka.
"Serius lo? Udah baikan berarti?" tanya Parviz penasaran sambil berbisik.
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Wrong
Teen Fiction"Heh!! Gua tuh bukannya ga laku, cuman gua orangnya pilih pilih aja kalo masalah cowo. Lagian lo kudet sih, mana lo tau gua lagi suka sama siapa." -Azzura Aquilla Kinara "Denger yaa, meskipun lo nawarin 10 cowo ke gua pun, gua tetep lebih milih 1 sa...