Bagian 10: Ada yang aneh

10 4 0
                                    

"Perut gue kok tiba-tiba sakit, ya"

Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit lalu. Hanya ada Azzura, Leta, Elvina, dan Bella di kelas. Mereka malas jika harus berdesak-desakan saat pulang sekolah. Jadi mereka akan keluar kelas beberapa menit setelah bel berbunyi.

"Lagi pms mungkin, bel" kata Azzura.

"Engga, kok. Kan udah kemarin-kemarin," jawab Bella yang terus memegangi perutnya.

"Kok sama, sih. Ini perut gue juga sakit daritadi," sahut Elvina. Azzura tampak berpikir, sedangkan Leta tetap diam memainkan HP-nya.

"Hmm kalian abis makan apa?"

"Kita tadi cuma makan-" ucapan Elvina terhenti. Ia menatap Bella yang sedang menatapnya juga.

"Pulang sekarang, yukk!" ajak Leta. Ia menggantungkan tasnya di sebelah bahunya lalu berjalan keluar pintu kelas.

"Bella, lo mikirin apa yang gue pikirin gak?" tanya Elvina.

"Iya" jawab Bella mengangguk sambil menyilangkan tangan di dadanya, "tunggu, emang lo mikir apaan?"

"Aduh, yang sakit tuh perut lo, kenapa otak lo juga ikut-ikutan sih," Elvina meninggalkan Bella dan Azzura yang masih diam di dalam kelas. Bella segera berlari mengejar Elvina.

Azzura yang daritadi menjadi penonton pun hanya tertawa kecil. Saat keluar kelas, ia melihat ketiga temannya yang masih setia dengan perdebatan mereka.

"Gue pulang, deh. Leta, pokoknya lo masih hutang penjelasan ke kita," Leta hanya mengangkat bahunya menanggapi Elvina. Elvina berlari meninggalkan mereka, mungkin ia sangat merindukan toilet rumahnya.

"Iya, bener. Gue juga pulang, dadahh" Leta balas melambaikan tangannya pada Bella.

"Jadi, itu karena kue tadi?" tanya Azzura.

"Lo tau jawabannya," jawab Leta berjalan meninggalkan Azzura. Azzura masih berpikir tentang kue itu. Ia juga memakannya, tapi kenapa perutnya tidak sakit seperti yang lain.

"Tenang aja, lo gak bakal sakit perut," kata Leta saat melihat Azzura sudah berjalan di sampingnya.

"Berarti Farel juga sakit perut, dong?"

"Enggak, kalian berdua dapet enaknya," Azzura mengangguk paham. Mungkin karena ia dan Farel tidak ikut memaksa Leta, tidak seperti yang lain.

Saat sampai di tangga paling bawah, mereka melihat Zidan yang bersandar di dinding dengan tangan berada di sakunya. Merasa ada yang memperhatikan, Zidan pun menoleh ke arah Azzura dan Leta.

"Azzura" panggil Zidan sambil mengangkat satu tangannya.

"Gue duluan, ya" ucap Leta. Azzura tersenyum melambaikan tangannya pada Leta.

Zidan mengajak Azzura pergi sore itu. Ia mengatakan bahwa besok ada latihan band untuk acara pentas seni di sekolah, jadi ia tidak bisa pergi besok. Untung saja Azzura mengerti. Ia menelpon meminta izin pulang terlambat pada ibunya.

Banyak mata yang menatap saat mereka berjalan berdampingan. Mungkin karena mereka berbelanja masih dengan menggunakan seragam sekolah. Atau mungkin karena mereka terlihat seperti orang yang berpacaran. Mereka berdua tidak memedulikan itu. Saat ini, mereka asik memilih pakaian dan tas yang cocok untuk Melinda.

"Yang ini bagus gak?" tanya Azzura sambil memakai tas yang akan ia beli untuk hadiah.

"Bagus," jawab Zidan cuek. Azzura terlihat senang mendengar tanggapan Zidan.

"Kalo yang ini gimana?" Ia mencoba tas lain yang menurutnya bagus juga.

"Bagus," jawab Zidan sambil mengangguk.

"Berarti bagus semua dong? Terus beli yang mana?" Azzura menunjukkan keduanya pada Zidan karena ia sendiri bingung. Sedangkan yang ditanya hanya mengangkat bahunya.

Zidan berpikir, perempuan itu sangat aneh. Mereka sudah menemukan yang cocok dengan mereka, tapi tetap saja mereka masih mencari yang lain. Pada akhirnya, mereka bingung sendiri dengan pilihannya.

"Yang itu aja," Zidan menunjuk tas berwarna navy yang dipegang Azzura. Azzura masih terlihat berpikir, Zidan sudah menebak apa yang akan dikatakan Azzura selanjutnya.

"Oke, yang ini aja. Yuk, ke kasir!" Azzura meletakkan tas navy itu ke tempatnya lagi. Lalu ia mengambil tas berwarna merah dan membawanya ke kasir.

"Kalo gitu ngapain tadi nanya?" ucap Zidan pelan. Namun, Azzura masih bisa mendengarnya sedikit.

"Lo bilang apa?" Azzura menghentikan langkahnya, ia berbalik menatap Zidan yang masih diam di tempat.

"Nih mbaknya nanya, gue jomblo apa engga katanya," Zidan berkata asal agar Azzura tidak marah padanya. Ia menunjuk seorang wanita yang sedang melihat-lihat tas di sebelahnya. Azzura menautkan alisnya bingung, tapi Zidan langsung berjalan mendahuluinya.

Setelah membayar semuanya di kasir, mereka berdua pergi ke salah satu restoran disana. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, karena itu mereka berdua sangat lapar. Terakhir kali, Azzura hanya memakan kue pemberian Leta. Untung saja Leta masih baik padanya, kalau tidak, entah apa yang terjadi pada perutnya saat ini.

Azzura ingin makanan fast food saja karena Zidan yang menraktirnya. Lagipula ia juga sudah ingin pulang.

"Gue cuci tangan dulu ya," Azzura beranjak dari tempat duduknya. Zidan sudah selesai daritadi, jadi ia hanya tinggal menunggu Azzura.

Saat ia melihat-lihat sekitar, ada bunyi notifikasi yang masuk. Ia segera membuka HP-nya karena tadi ia meminta Parviz mengirim catatan kelasnya. Tapi ternyata bukan HP-nya yang berbunyi. Ia melihat ada HP di tempat duduk Azzura tadi.

Ia menggelengkan kepala melihat kecerobohan sahabatnya itu. Benar, mereka adalah sahabat. Dari dulu saat mereka masih SMP sampai sekarang pun tetap bersahabat.

Zidan mengambil HP Azzura untuk diletakkan di depannya. Jika sampai hilang, pasti Azzura akan marah pada Zidan. Padahal itu kesalahannya sendiri. Tapi dengan seribu alasannya, tentu saja Azzura akan membuat Zidan mengalah.

Zidan terkejut saat melihat ada pesan masuk dari Farel. Tidak hanya satu pesan, namun tiga sekaligus. Ada apa ini? Sejak kapan mereka dekat? Tidak. Bahkan seingatnya, Farel tidak pernah mengenal Azzura. Banyak sekali pertanyaan yang memenuhi pikirannya.

-----

Something WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang