Bagian 14: Si pembuat masalah

14 3 0
                                    

Berbagai jawaban yang Azzura dengar semakin membuatnya panik. Ia hanya menggeleng saat Zakia meminta bukunya.

"Sudah ketemu?" tanya Bu Ratna yang daritadi diam mendengarkan murid muridnya.

"Belum, bu" jawab Azzura agak keras.

"Azzura, jam pelajaran ibu sudah terpotong 20 menit. Bagaimana kalau kamu menyusul saja? Daripada waktu mengerjakan teman-teman kamu terpotong," ucap Bu Ratna tegas.

Azzura ragu, tapi ia tidak boleh egois. Lagipula Bu Ratna mengatakan bahwa ia boleh menyusul. Bukan tidak boleh mengikuti ulangannya.

Akhirnya Azzura mengangguk pasrah berjalan keluar kelas. Lebih baik ia berdiam diri di perpustakaan. Namun, pikirannya melayang kemana-mana. Ia terus berpikir dimana bukunya. Semalaman ia berusaha mengerjakan tugas itu, dengan enaknya buku itu hilang esok paginya.

"Azzura? Kok lo disini?" tanya Farel yang tiba-tiba ada di sampingnya. Membuat Azzura langsung tersadar dari lamunannya karena kaget.

"Eh, iya" Azzura memaksakan senyumnya.

"Bukannya kelas lo lagi pelajaran Bu Ratna?"

"Iya,"

"Tunggu, jangan bilang, lo gak ngerjain tugas?"

"Ilang buku gue," Azzura menghela hapasnya.

"Wah, sayang banget, lo pasti udah belajar semalem. Soalnya Leta juga gitu, sampe dia ga bales chat gue," ucap Farel.

'Itu gue rel, gue:(' Azzura hanya tersenyum. Saat ia akan menjawab perkataan Farel, seseorang mendahuluinya.

"Rel, ayokk!" panggil Gavin berteriak.

Beberapa orang yang ada disana menoleh ke arah Gavin. Pak Dikto, penjaga perpustakaan pun melototi Gavin memperingatkan. Gavin tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya merasa bersalah.

"Gue duluan ya, ra" pamit Farel menyusul Gavin keluar perpustakaan.

Azzura kembali sendiri. Ia harus menunggu disana sampai bel istirahat berbunyi. Sepertinya Azzura sudah berteman dengan menunggu. Bahkan ia selalu bersama Azzura.

Setelah lama menunggu, akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Azzura meninggalkan perpustakaan dan berjalan menuju kelasnya. Ia bertemu Bu Ratna yang baru saja keluar kelas.

"Azzura, ibu tidak tahu harus percaya sama hilangnya buku kamu atau tidak. Kalau nilai teman-teman kamu jelek, kamu ikut mengulang bersama mereka. Tapi kalau tidak, terpaksa kamu mengerjakan soal yang berbeda,"

Bu Ratna langsung pergi setelah mengatakan itu. Saat Azzura akan kembali berjalan, suara seseorang menghentikan langkahnya.

"Lo mau tau siapa yang ambil buku lo?" ucap seseorang dengan tenang sambil menyilangkan tangannya di dada.

Azzura berbalik menghadap orang itu. Ia mengangkat satu alisnya menunggu kelanjutan ucapan perempuan di depannya itu.

"Orang yang terakhir ada di kelas lo sebelum pengumuman tadi mungkin," Devia mengangkat bahunya dan tersenyum kecil setelah mengatakan itu. Lalu ia meninggalkan Azzura yang masih tidak paham dengan perkataannya.

***

Satu minggu berlalu. Hari ini semua murid sibuk mempersiapkan acara besar di sekolah mereka yang akan diadakan besok. Sebenarnya acara itu dilaksanakan dalam dua hari. Hari pertama akan ada panggung untuk pentas seni. Dan hari kedua untuk pertandingan.

Azzura baru saja keluar dari perpustakaan. Ia lega sudah mengikuti ulangan matematikanya meskipun tidak bersama teman-teman lainnya. Mungkin ia sering telat, keluar kelas, kabur pelajaran, namun ia bukan murid yang mau kehilangan nilainya. Selagi diberi kesempatan, ia akan memanfaatkannya.

Ia berjalan melewati lapangan. Disana terlihat sekumpulan anak basket yang sedang melakukan pemanasan sebelum berlatih. Mata Azzura fokus mencari keberadaan Farel. Iya tersenyum saat melihat Farel berhenti dan sedikit berjalan ke pinggir lapangan.

Seketika senyum di wajah Azzura hilang. Ia melihat Farel berjalan menghampiri Leta yang berdiri disana. Leta memberikan sebotol minuman yang langsung diterima Farel. Keduanya terlihat sedang mengobrol dan.. tersenyum satu sama lain.

Azzura ingin terus memperhatikan mereka. Namun, ada panggilan masuk di HP-nya yang mengganggunya.

"Halo,"

"Lo bisa ke ruang band sekarang gak?" tanya Zidan yang ada di seberang sana.

"Ngapain?"

"Udah dateng aj-" Azzura menautkan alisnya bingung. Suara Zidan terputus dan langsung digantikan suara Bella.

"Azzura, udah lo gak usah dateng. Gue tau lo lagi sibuk," ucap Bella yang sepertinya berhasil merebut HP Zidan.

"Apaan sih lo," mungkin sekarang Zidan sedang berbicara dengan Bella.

"Lo tuh yang apaan,"

"Udah udah, apaan sih kalian?! Otw ruang band,"

Akhirnya Azzura memutuskan untuk pergi ke ruang band saja. Ia penasaran ada apa dengan Zidan dan Bella. Tapi ia lebih penasaran, kenapa Zidan menelponnya, meminta ia pergi ke ruang band lalu Zidan berdebat dengan Bella.

Sesampainya di ruang band, Azzura membuka pintu. Ia terkejut melihat ruangan itu sangat berantakan. Banyak kertas-kertas berserakan di lantai. Alat musik juga diletakkan sembarangan. Kecuali drum yang masih setia di tempatnya.

"GUYS, LO PADA ABIS WAR?" teriak Elvina yang tiba tiba ada di belakang Azzura membuatnya lebih terkejut.

"ELVINA LO APASIH?! GAUSAH TERIAK KALI!" balas Azzura berbalik menghadap Elvina.

"LO JUGA TERIAK WOI,"

"TAPI LO DULUAN"

"YAUDAH LO NGAPAIN NGIKUTIN GUE"

"SIAPA JUGA YANG NGIKUTIN LO"

Sedangkan Bella, Zidan, Gavin, dan Fania tidak menutup mulutnya daritadi. Mereka juga terkejut melihat dua orang di pintu itu. Rencana awal mereka memanggil Azzura dan Elvina adalah untuk membantu menyelesaikan masalah. Namun, sepertinya mereka salah memanggil orang.

"Um, guys, oke. Kalian berdua boleh pergi sekarang kok, kalo kalian mau," ucap Gavin yang langsung mendapat tatapan tajam dari Azzura dan Elvina.

"Enak aja main usir," ucap Elvina tak terima.

"Wah, lo gak ngehargain kita jalan kesini," sahut Azzura.

"Lo mau duduk atau keluar?" ucapan Zidan yang terdengar dingin langsung ditanggapi oleh keduanya. Mereka duduk di kursi kosong sebelah Bella.

-----

Something WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang