Bagian 22: Terlihat menegangkan

38 3 0
                                    

Beberapa menit lalu...

Bella sudah hampir tiba di rumah Leta. Saat ia ingin membuka gerbang rumah Leta, seseorang memanggilnya dari belakang.

"Hai, Bel. Mau nyamperin Leta?" tanya Lelaki itu.

"Oh, hai. Iya nih, Leta pasti lagi butuh temen banget,"

"Itu alesan kenapa gue disini juga," ucap Devan mengangguk.

'Oh, jadi nih orang mau ngusir gue? Enak aja.. gue pantang menyerah, apapun gue lakuin demi sahabat gue' batin Bella. Ia memasang muka galaknya di hadapan Gavin.

"Lo pantang menyerah? Terus terus? Kok lo disini sekarang?" tanya Azzura penasaran.

"Lo apain dia? Pasti lo suruh dia nemenin Leta kan? Wah, nurut ya dia," ucap Elvina tak kalah penasaran.

Bella hanya menghela nafas panjang lalu melanjutkan ceritanya.

"Bel, kok ngelamun?" ucap Devan sambil menggerakkan telapak tangannya di depan mata Bella.

Bella yang segera tersadar dari lamunannya pun langsung tersenyum malu.

"Iya Dev lo ganteng kok. Eh, maksud gue, gakpapa lo temenin Leta dulu aja. Gue bisa besok," ucap Bella tersenyum dengan pipinya yang memerah.

Bella langsung menaiki kembali motornya. Ia sempatkan melambaikan tangannya pada Devan dan tersenyum.

"Lah, itu namanya lo nyerah, anak tuyul," ucap Elvina kesal.

"Kenapa tiba-tiba lo berubah pikiran?" tanya Azzura.

"Yah, abisnya dia ganteng banget, ra. Bahaya kalo gue lama-lama disana,"

"Emang napa?" tanya Elvina.

"Maunya sih gue pura-pura pingsan, terus dikasih nafas buatan gitu sama dia. Aaaahhhh so sweet, gue jadi ngebayangin deh," ucap Bella sambil terus tersenyum.

Ia membayangkan apa yang baru saja ia ucapkan terjadi. Sedangkan Azzura dan Elvina memasang muka jijik mereka.

 Sedangkan Azzura dan Elvina memasang muka jijik mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di waktu yang sama namun tempat yang berbeda. Devan menceritakan pada Leta kejadian saat ia bertemu Bella tadi. Bahkan ia dapat mendengar dengan jelas saat Bella memujinya.

"Beneran Bella ngomong gitu?" ucap Leta sambil mengusap bawah matanya. Daritadi ia tertawa sampai mengeluarkan air mata.

"Iya. Emang ya temen lo gak ada yang bener,"

'Akhirnya lo ketawa, ta.' batin Devan yang terus memperhatikan tawa Leta. Memang dari kemarin Meisa, mama Leta, mengatakan padanya kalau Leta tidak mau keluar kamar sejak pulang dari sekolah.

"Jadi nyesel tante kasih kamar mandi dalem di kamar Leta," ucapan Meisa yang membuat Devan menahan tawanya. Kan tidak sopan kalau ia menertawakan penyesalan tantenya itu di hadapannya sendiri.

"Lo jangan ngatain mereka, ntar lo berurusan sama gue,"

Mereka terdiam beberapa saat. Leta sibuk dengan gitar di pangkuannya. Dan Devan yang fokus dengan game di HP nya.

"Yahh, kalah" teriak Devan membuat Leta terkejut.

Devan melemparkan HP nya di tempat tidur Leta dengan keras. Leta yang kesal dengan hal itu pun langsung mengambil HP Devan. Lalu, ia menjatuhkannya ke lantai. Devan membulatkan mulutnya dan menatap tajam ke arah Leta. Sedangkan yang ditatap malah tersenyum lebar ke arahnya.

"Lo gila?" ucap Devan.

Devan tidak marah. Malah nada bicaranya seperti bertanya serius pada Leta.

"Iya, nih" ucap Leta santai.

"Alhamdulillah,"

"LAH! Kok gitu,"

"Emang gitu. Ta, menurut gue lo harus jelasin yang sejelas-jelasnya ke Farel," ucap Devan tiba-tiba serius.

"Dia nggak akan mau dengerin gue,"

"Dan dia nggak akan jepit tangan lo di pintu,"

Devan mengucapkannya sambil tersenyum membuat Leta semakin bingung. Ia sama sekali tidak paham maksud dari ucapan saudaranya itu.

***

Jam menunjukkan pukul 7 malam. Dari pagi, Farel hanya rebahan di tempat tidurnya saja sambil sesekali bermain HP. Ia malas melakukan kegiatan apapun hari ini.

Ia mendengar bel rumahnya berbunyi. Karena tidak ada orang di rumahnya, mau tidak mau Farel sendiri yang membukakan pintu.

Ia sedikit terkejut melihat Leta sudah ada di depan pintu rumahnya.

"Hai!" sapa Leta sambil melambaikan tangannya.

"Leta? Ngapain kesini?"

"Gue mau ngomong sama lo,"

Sepertinya Farel sudah tau apa yang akan dikatakan Leta. Ia menghela nafasnya sambil mengangguk. Leta tersenyum melihat Farel berbalik masuk rumahnya, ia berjalan di belakang Farel.

Namun, tiba-tiba Farel menutup pintu rumahnya sebelum Leta masuk. Leta yang menyadari hal itupun langsung berpegangan pada bagian samping pintu.

"AW!" Leta sedikit berteriak saat telapak tangannya terjepit pintu.

Farel yang mendengar teriakan Leta pun langsung berbalik.

"Leta, lo gakpapa? Maaf maaf," ucap Farel panik. Ia langsung mengambil tangan Leta dan fokus memperhatikan lukanya.

'Hmm berguna juga omongan Devan' ucap Leta dalam hati.

Ide Leta tiba-tiba saja muncul. Ia memanfaatkan keadaannya saat ini. Leta perlahan maju ke arah Farel. Sedangkan Farel yang tadinya memperhatikan tangan Leta, sekarang menjadi menatap mata Leta dalam-dalam.

-----

Something WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang