Bagian 20: Akhir atau awal yang baru?

22 3 0
                                    

Banyak suara-suara positif dan negatif yang Leta dengar di sepanjang lorong. Ia berjalan cepat menuju parkiran tanpa memedulikan ucapan orang lain.

Saat tiba di parkiran, ia baru teringat kalau hari ini ia tidak membawa mobilnya. Ia mencebik kesal lalu berjalan menuju gerbang. Berencana menaiki kendaraan umum saja.

Leta mendengar suara motor berhenti di sampingnya.

"Gue anterin,"

Leta hanya menjawab dengan gelengan kepalanya. Moodnya benar benar sangat tidak baik.

"Gue maksa. Dan gak mau ditolak," ucap Zidan dingin.

"Udah lo pulang aja,"

Zidan tidak mau menyerah. Ia menarik tangan Leta mendekat. Lalu memakaikan helm ke kepala Leta. Helm yang tadi pagi Azzura gunakan.

"Naik!"

Dengan terpaksa Leta mau pulang dengan Zidan. Bukan sok jual mahal, tapi Leta memang sedang bad mood. Kalau iya maka iya, kalau tidak maka tidak. Kali ini iya, tapi terpaksa.

Hanya ada keheningan selama perjalanan. Zidan terus memperhatikan Leta yang daritadi melamun lewat kaca spion.

Lamunan Leta hancur saat Zidan berhenti mendadak. Bahkan posisi duduknya sedikit maju.

"Lo apaan sih?!" Leta memundurkan posisi duduknya lalu memukul keras punggung di depannya itu.

"Udah sampe. Makanya jangan ngelamun mulu,"

Ucapan Zidan membuat pipi Leta memerah karena malu. Jika Zidan tahu Leta sedang melamun, itu tandanya daritadi Leta diperhatikan.

Leta turun dari motor Zidan. Ia membuka helmnya lalu menyerahkan pada Zidan.

"Makasih," ucap Leta cuek.

"Nggak usah mikirin omongan orang,"

"Gue mikirin sikap sahabat gue, bukan omongan orang" jawaban Leta membuat Zidan mengangguk paham.

"Gue yakin Azzura gak pikir panjang,"

Leta menghela nafas pasrah sebelum mengatakan, "Devan sepupu gue,"

Zidan menyembunyikan rasa terkejutnya. Ia mengangkat satu alisnya tanda bertanya.

"Dan foto itu emang bener adanya,"

"Kenapa lo rahasiain dari semua orang?" tanya Zidan penasaran.

"Devan yang mau. Tapi gue yakin setelah ini dia bakal bilang ke semua orang kalo kita sodaraan,"

"Dan lo pura-pura pacaran sama dia biar-" ucap Zidan tepotong oleh Leta.

"Biar gue punya alasan buat putusin lo waktu itu. Gue tau lo suka sama Azzura,"

Sakit rasanya mengingat kejadian masa lalu yang sebenarnya ingin Leta lupakan. Tapi mungkin ini saatnya ia mengatakan yang sebenarnya.

Cukup lama Zidan terdiam. Membuat Leta semakin yakin dengan ucapannya barusan. Leta tersenyum kecil lalu berjalan menuju gerbang rumahnya.

Something WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang