Bagian 23: Kenangan

20 3 0
                                    

Farel yang mendengar teriakan Leta pun langsung berbalik.

"Leta, lo gakpapa? Maaf maaf," ucap Farel panik. Ia langsung mengambil tangan Leta dan fokus memperhatikan lukanya.

'Hmm berguna juga omongan Devan' ucap Leta dalam hati.

Ide Leta tiba-tiba saja muncul. Ia memanfaatkan keadaannya saat ini. Leta perlahan maju ke arah Farel. Sedangkan Farel yang tadinya memperhatikan tangan Leta, sekarang menjadi menatap mata Leta dalam-dalam.

Mereka terus bertatapan. Bahkan jarak wajah mereka hanya satu jengkal. Namun tiba-tiba..

brakk..

Tangan Leta berhasil menutup pintu rumah Farel.

"Sekarang lo nggak bisa ngusir gue," ucap Leta sambil tersenyum.

Farel hanya mengangkat satu alisnya menanggapi ucapan Leta. Ia berjalan menuju sofa lalu duduk disana. Leta mengikutinya dari belakang.

"Bukan salah Azzura," ucap Leta memecah keheningan.

Melihat Farel tidak menanggapinya, Leta memutuskan untuk melanjutkan perkataannya. Farel terlihat tidak tertarik dengan pembicaraan ini. Namun, Leta yakin, sebenarnya Farel juga ingin tahu permasalahannya.

"Udah dari lama dia suka sama lo, tapi dia diem karna tau kalo lo sukanya sama gue. Emang sengaja gue kasih nomer dia ke lo, gue kira gue bisa bantu dia dengan itu. Elvina sama Bella juga setuju waktu itu,"

"Lo tau kan cinta gak bisa dipaksain?" sahut Farel.

"Ya, tapi cinta bisa dateng karna terbiasa. Gue nggak maksa lo buat suka sama dia. Gue cuma kasih kesempatan Azzura buat berusaha. Jujur aja Rel, sekarang lo bingung sama perasaan lo sendiri kan?"

"Lo nggak tau apa yang gue rasain," jawab Farel sambil menggelengkan kepalanya.

"Gue tau. Gue tau persis apa yang lo rasain. Gue tau rasanya saat orang yang lo suka dan orang yang suka sama lo berbeda. Lo bahkan nggak bisa milih satu diantara kedua orang itu,"

"Gue harap lo bisa ambil keputusan yang nggak nyakitin diri lo sendiri. Gue pamit," lanjut Leta.

Kemudian ia berjalan meninggalkan Farel yang masih terdiam ditempatnya. Namun, tiba-tiba ucapan Farel membuatnya berhenti.

"Lo suka sama Zidan?"

Leta tidak menjawab. Namun, diamnya Leta malah membuat Farel mengangguk dan tersenyum. Farel sudah tau jawabannya.

"Zidan suka sama Azzura," jawab Leta sambil berbalik.

"Nggak, gue rasa dia suka sama lo. Sikapnya ke gue berubah, sejak gue cerita ke dia kalo gue suka sama lo,"

"Ya, tapi itu awalnya. Lo nggak tau selebihnya," ucap Leta lalu meninggalkan rumah Farel.

"Gue suka sama Leta. Leta suka sama Zidan. Zidan suka sama Azzura. Dan Azzura suka sama gue. Bagus!" ucap Farel monolog.

Ia merebahkan dirinya di sofa. Ia malas berpikir. Tapi tidak bisa jika ia mengabaikan hal ini.

Saat ia memejamkan matanya, tiba-tiba ia teringat perkataannya sendiri. Ia langsung duduk tegak karna terkejut.

"Nggak, gue rasa dia suka sama lo. Sikapnya ke gue berubah, sejak gue cerita ke dia kalo gue suka sama lo,"

"Duh! Kenapa gue bego banget sih. Selama ini gue nggak sadar kalo Zidan suka sama Leta, tapi kenapa gue bisa bilang gitu. Dasar otak sama mulut nggak bisa kerjasama,"

***

brukk..

"Lo gimana sih?!"

"Sorry, ta. Gue gak tau ada lo,"

"Lo kira gue setan?!"

Leta sedang memarahi seseorang yang tidak sengaja melemparkan segelas minuman ke arahnya. Sebenarnya lelaki itu tidak bermaksud melempar ke arah Leta, tapi ke arah temannya yang kebetulan ada di depan Leta.

Dan.. yap, orang di depan Leta itu menghindar sehingga Leta-lah yang terkena cairan berwarna merah itu.

"Gue gak sengaja," ucap Tono menunduk takut. Ia teman sekelas Leta, tentu saja ia tau bagaimana Leta ketika sedang marah.

"Terus?"

"Ya maaf, ta"

"Permintaan maaf lo ga bisa bikin baju gue putih lagi," ucap Leta dengan nada tinggi.

"Tinggal lo cuci pake detergen aja ribet banget," sahut seseorang.

Leta dan Tono menoleh ke arah lelaki itu secara otomatis. Lelaki itu berjalan ke arah keduanya. Lalu ia memberikan jaketnya pada Leta dengan santai.

"Gue nggak kenal sama lo. Nggak usah sok baik," ucap Leta pada orang itu.

"Lo temennya Azzura,"

Leta mengerutkan keningnya bingung. Ia memilih mengabaikan lelaki itu.

"Awas lo besok," ucap Leta pada Tono sambil mengangkat jari tengahnya lalu meninggalkannya.

"Gerbang masih jauh, baju lo bakal diliatin orang-orang," teriak Zidan.

Ya, orang yang itu adalah Zidan. Saat kelas 10, Leta memang masih menggunakan sopir untuk antar jemput, jadi ia harus berjalan menuju gerbang terlebih dahulu.

Leta diam untuk berpikir. Tidak lama, ia berbalik dan mengambil jaket di tangan Zidan dengan kasar. Ia memakai jaket sambil berjalan.

Zidan hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah Leta.

Itu adalah pertemuan pertama mereka. Leta terus tersenyum saat mengingatnya kembali.

Leta sedang bersantai di kamarnya. Tiba-tiba saja ia teringat kenangannya bersama Zidan. Ya, kenangan.

"Kenapa dulu gue sukanya nggak ke Tono aja, sih?" tanya Leta pada dirinya sendiri sambil tertawa kecil.

"Kenapa dulu gue sukanya nggak ke Tono aja, sih?" tanya Leta pada dirinya sendiri sambil tertawa kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

Something WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang