Parviz yang tertarik dengan obrolan Zidan pun langsung mematikan HP-nya. Tidak peduli dengan gamenya. Saat ini kemajuan dari sahabatnya itu lebih penting. Sejak ia dan Leta putus, Parviz hampir tidak pernah melihat mereka berdua mengobrol. Jika sekarang Zidan membicarakan tentang Leta, pasti ada sesuatu yang terjadi antara mereka.
"Serius lo? Udah baikan berarti?" tanya Parviz penasaran sambil berbisik. Zidan hanya mengangkat bahunya. Ia sendiri tidak tahu jawabannya.
"Percaya sama gue, lo tuh masih suka sama dia. Sedangkan Azzura, lo cuma sayang sama dia sebagai sahabat,"
"Udah gak usah dibahas," jawab Zidan yang menenggelamkan kepala di tangannya bersiap-siap untuk tidur.
"Awas aja kalo lo marah pas liat gue jalan sama Leta," goda Parviz yang langsung disambut lemparan kertas Zidan.
***
Zidan buru-buru masuk ke dalam rumahnya. Ia yakin Melinda akan mengomel sepanjang waktu padanya karena ia terlambat 45 menit. Bukan tanpa alasan, ia terlambat karena mengikuti latihan band sepulang sekolah. Jadi, itu bisa dimaafkan bukan?
Ia terkejut saat masuk ruang makan. Bukan karena kedatangan ayahnya. Namun, karena kedatangan keluarga lain yang sepertinya ikut makan malam bersamanya. Mereka yang sudah berada di meja makan pun menoleh ke arah Zidan.
"Wah, Zidan. Sini sini, ikut gabung sama kita," sambut Reno, kakak dari ayahnya. Yang lain hanya menyambutnya dengan senyuman, kecuali Melinda tentu saja.
"Oh iya, kamu sama Farel bukannya satu sekolah ya?" sekarang giliran ayahnya sendiri yang bertanya. Farel mengiyakan pertanyaan itu, sedangkan Zidan hanya tersenyum kecil.
Bisa dibilang Zidan adalah sepupu Farel. Ayah Zidan sendiri, Randi, adalah paman Farel. Namun, tidak ada murid di sekolahnya yang tau tentang itu. Mereka memang sengaja menyembunyikannya, termasuk dari teman-teman mereka.
Terpaksa Zidan duduk berhadapan dengan Farel karena hanya itu kursi yang kosong. Mereka berenam menikmati hidangan yang dibuat oleh ibu Zidan sendiri. Lalu mengakhiri makan malam mereka dengan bincang-bincang santai.
"Gimana hubungan kamu sama Leta?" Zidan menoleh ke arah Randi akan menjawab. Tapi, ternyata pertanyaan itu bukan untuk dirinya.
"Yaa, ada kemajuan lah, om" jawab Farel tersenyum. Sudah bukan rahasia diantara mereka soal Farel yang menyukai Leta.
"Kalau kamu sendiri, Zidan. Masa nggak ada perempuan yang kamu suka?" tanya Renata, ibu Farel. Zidan hanya menjawab dengan senyumnya.
"Gimana mau punya pacar, tiap hari kerjaannya main terus sama temennya," sahut Melinda menatap Zidan sinis.
Mereka terus mengrobrol sambil sesekali tertawa. Kecuali Zidan, ia hanya menjadi pendengar yang baik. Kalaupun harus menjawab, ia akan mengatakannya dengan singkat.
Farel dan keluarganya bersiap-siap untuk pulang saat jam menunjukkan pukul setengah delapan malam. Saat Melinda membuka pintu, terlihat Azzura yang hendak mengetuk pintu dengan muka terkejutnya.
"Eh, Azzura. Ada apa malam-malam kesini?" tanya Melinda. Azzura merasa sangat canggung.
Reno dan Renata izin pulang terlebih dahulu. Bukan tidak sopan, tapi mereka memang sedang terburu-buru. Mereka sempat tersenyum pada Azzura saat keluar rumah. Sedangkan Farel, ia datang dengan motornya sendiri. Saat ia melihat mobil Leta terparkir di depan rumah, ia langsung menghampirinya. Sepulang sekolah Leta menawarkan tumpangan pada Azzura, sekalian ia menjemput adik-adiknya pulang kegiatan.
"Oh, ini ada hadiah kecil buat tante. Selamat ulang tahun, te," Azzura memberikan hadiah yang kemarin ia beli dengan Zidan.
"Wah, terimakasih, Azzura. Ayo masuk dulu!" ajak Melinda setelah ia memeluk Azzura.
"Tapi Azzura ada perlu sebentar sama Zidan," jawab Azzura tidak enak hati pada Melinda.
Zidan yang merasa namanya disebut pun menghampiri keduanya. Melinda tersenyum dan mengangguk paham, lalu meninggalkan mereka berdua. Sepertinya Zidan sudah tahu apa yang akan Azzura katakan. Ia mengajak Azzura mengobrol di taman dekat rumahnya.
Saat keluar melewati pagar rumahnya, ia melihat dua orang sedang berbincang sambil bersandar di depan mobil. Begitu pula dengan Azzura. Zidan ganti menatap Azzura yang sedang terdiam. Kemudian, ia menarik tangan Azzura menjauh.
-anggep lagi duduk di bangku aja:D
Mereka duduk di salah satu bangku di taman itu. Hanya ada keheningan selama beberapa menit. Azzura bingung harus menjelaskan darimana.
"Ngomong atau pulang?" tanya Zidan yang tiba-tiba berdiri dari duduknya.
"Iya iya ini mau ngomong, jangan pulang," Azzura menarik tangan Zidan agar kembali duduk. Ia menceritakan semuanya dari awal. Dari awal mereka bertemu di kantin, pesan dari Farel yang masuk di HP-nya, sampai kejadian di mall saat Azzura tidak bisa mengatakan yang sebenarnya pada Farel.
"Kalo dia tau semuanya terus ninggalin lo?" pertanyaan Zidan yang lebih terdengar seperti peringatan bagi Azzura.
"Yaa.. terserah dia," jawab Azzura pasrah.
"Lo udah tau akhirnya, tapi tetep lanjutin ini? Bodoh," Zidan terlihat kesal. Namun, Azzura tetap dengan pendiriannya.
"Seenggaknya gue gak diem aja, gue coba berusaha semampu gue," ucap Azzura sedikit berteriak.
"Akhirnya dia tetep ninggalin lo,"
"Gue udah tau, lo gak perlu perjelas lagi," Azzura benar-benar kesal jika memikirkan hal itu. Tidak peduli ia berteriak karena disana memang sudah sepi.
"Oke, terserah" jawab Zidan lalu berdiri. Mereka berdua berjalan pulang karena perbincangan mereka sudah selesai.
"Lo kok gak pernah bilang sih, kalo Farel itu sepupu lo," ucap Azzura di tengah perjalanan mereka.
"Gak ada untungnya buat gue," Azzura memukul lengan Zidan karena kesal dengan jawabannya.
Ketika sampai, Mobil Leta terlihat masih berada di depan pagar rumah Zidan. Leta sendiri sedang meminum air yang ada di botolnya dengan masih bersandar di samping mobilnya. Namun, tidak ada Farel disana. Mungkin ia sudah pulang.
"Azzura pulang sama gue," ucap Zidan ketika ia dan Azzura menghampiri Leta. Leta mengangkat sebelah alisnya tidak mengerti.
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Wrong
Fiksi Remaja"Heh!! Gua tuh bukannya ga laku, cuman gua orangnya pilih pilih aja kalo masalah cowo. Lagian lo kudet sih, mana lo tau gua lagi suka sama siapa." -Azzura Aquilla Kinara "Denger yaa, meskipun lo nawarin 10 cowo ke gua pun, gua tetep lebih milih 1 sa...