Bagian 3: Gabung aja deh

35 5 0
                                    

HP Azzura berdering. Tertulis nama Aleta di bagian atas. Setelah Azzura menekan tombol berwarna hijau, terdengar suara Leta yang seperti sedang menggodanya.

"Hai seyeng..! Gimana gimana? Cerita dong! Lo lagi telponan sama Farel ya? Yah, berarti gue ganggu nih,"

"Oh, jadi bener. Lo yang kasih nomer gue ke Farel?"

"Iya lah, baik kan gue,"

"Baik bangettt, ada gunanya juga ternyata punya sahabat kaya lo. Eh, tapi ta, Farel kan taunya ini nomor lo, bukan gue,"

"Iya juga sih. Besok aja deh ngobrolnya, mami tercinta gue lagi ngomelin ade-ade gue nih. Bye..," Leta langsung menutup telponnya tanpa mendengar balasan dari Azzura.

Sepertinya tidak masalah berpura-pura menjadi Leta untuk sementara. Lagipula cepat atau lambat, Azzura akan memberi tahu Farel, tentang yang sebenarnya.

Azzura membuka pesan tadi, padahal tidak ada hal yang penting atau lucu, tapi ia membacanya berulang-ulang dan tidak lupa tersenyum. Tentu saja ia langsung menyimpan nomor Farel di HP-nya.

***

Azzura terbangun di pagi hari saat mendengar alarmnya berbunyi. Menyiapkan seragamnya, lalu menuju kamar mandi. Entah kenapa Azzura merasa senang. Mungkin nanti malam Farel akan menghubunginya lagi. Tidak ada yang tahu kan? Dan ia tidak akan melewatkan kesempatan itu lagi.

"Pagi semua.." sapa Azzura saat melihat Ayah, Bunda, dan kakaknya sudah duduk di meja makan.

"Kenapa lo? Keliatannya lagi bahagia. Abis menang undian yaa?" tanya Ken yang sedang mengoleskan selai pada rotinya. Azzura hanya memutar bola matanya.

"Eh iya, Yah, Bun, tau gak? Kemarin Azzura berangkat sekolah naik mo- Aw!" ucapan Azzura terhenti saat merasakan sakit di kakinya. Ia langsung memberikan tatapan tajam pada Ken yang menginjak kakinya. Ayah dan Bundanya menatap Azzura bingung.

"Ada apa, ra?" tanya Ayahnya.

"Mungkin kakinya digigit kucing tetangga, Yah," jawab Ken. Azzura langsung mengangkat kedua kakinya waspada. Bukan takut, ia hanya geli dengan bulu kucing. Lili, kucing nakal milik tetangganya itu sering sekali masuk ke rumah mereka tanpa sepengetahuan mereka.

"Sudah-sudah, ayo selesaikan makannya," kata Bunda.
Ken dan Azzura berangkat sekolah bersama. Seperti biasa, Ken menurunkan Azzura di depan gerbang sekolah Azzura.

Saat berjalan menuju kelas, langkah Azzura terhenti melihat banyak anak yang berdiri di depan mading. Sebenarnya ia ingin melihat ada pengumuman apa di mading itu. Namun, ia malas berdesak-desakan dan memilih melanjutkan berjalannya saja.

"Pasti gak ada yang mau ikutan tuh," Azzura mendengar perkataan Elvina dari pintu kelas. Bukan karena kelas sedang sepi, tapi karena Elvina sengaja berteriak.

"Lo ngapain pake teriak segala sih. Kita denger kok daritadi lo ngomong apaan," sahut Leta.

"Biarin, gue lagi pengen ngegas,"

"Tapi bener juga kata Elvina, siapa yang mau ikutan ya?" tanya Bella. Azzura duduk di sebelah Elvina sambil meletakkan tasnya di meja.

"Ikutan apaan?" tanya Azzura penasaran.

"Di mading ada pengumuman, sekolah bakal adain band lagi. Yang mau gabung disuruh hubungin Pak Dani," Azzura mengangguk paham menanggapi penjelasan Bella.

Bel berbunyi tanda masuk. Jam pelajaran pertama hari ini adalah biologi, pelajaran favorit Azzura sendiri. Tidak ada alasan khusus. Menurut Azzura, tidak semua hal yang ia sukai memiliki alasan. Seperti menyukai Farel misalnya.

***

"Kantin yukk! Laper banget nih," ajak Leta. Jarak dari kelas mereka ke kantin tidak terlalu jauh. Jadi mereka sudah tiba disana sebelum ramai.

Azzura yang paling akhir memesan makanan. Saat sedang mengantri, seseorang menarik tangannya. Beruntung Azzura mengetahui siapa orang itu. Kalau tidak, ia akan menjadi pusat perhatian di kantin karena teriakannya.

Zidan menarik tangan Azzura berjalan menuju taman belakang sekolah. Tempat itu tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa orang yang asik membaca buku hingga asik mengobrol dengan temannya membicarakan majalah yang dibacanya.

Azzura sendiri jarang pergi ke taman itu. Banyak yang mengatakan bahwa taman itu hanya dihuni anak-anak yang ingin tenang saat membaca buku.

 Banyak yang mengatakan bahwa taman itu hanya dihuni anak-anak yang ingin tenang saat membaca buku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka berdua duduk di salah satu kursi panjang tepat di bawah pohon. Zidan menyodorkan sebungkus roti dan botol minuman untuk Azzura yang langsung diterimanya.

"Gue tau lo laper, tapi gak usah buru-buru makannya,"

"Udah tau gue laper, masih aja ditarik paksa kesini. Mau ngomong apaan?"

"Lo bisa jadi cenayang?" Zidan memasang muka penasarannya saat menoleh ke arah Azzura.

Di hadapan orang lain, Zidan seperti tidak peduli sama sekali. Setiap ada yang menyapanya, ia hanya menoleh pada orang itu untuk sekedar menghargai. Tapi jika bersama Azzura, ia berubah menjadi menyebalkan.

"Bodo amat, dan. Bodo amat gue," Zidan menghela napasnya sebelum mulai berbicara.

Something WrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang