Miaou 🐱 04

83K 14.4K 1K
                                    

Kau hanya menunda akhir, hingga terasa getir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kau hanya menunda akhir, hingga terasa getir.
***

Napas Nadine tercekat.

Ia bergeming dalam pelukan Tuan Kucing yang terasa hangat, nyaman dan tenang di saat yang bersamaan. Bahkan ketika Tuan Kucing mengusapkan kepalanya ke bahu Nadine pun, tubuhnya masih terasa kaku.

"Meow." Tuan Kucing tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengendurkan pelukannya.

"Le-lepas."

Tentu saja dia tidak mengerti. Meski agak menjauhkan diri, tangan Tuan Kucing tetap melingkar di tubuh Nadine. Mulut Tuan Kucing terbuka, lalu tertutup, seakan tengah memakan sesuatu.

Oh, Nadine mengerti. Dia lapar.

Tangannya bergetar begitu melepaskan diri dari Tuan Kucing. Nadine mendesah, menempelkan tangan di dada, mencoba menenangkan detak jantungnya. Ada yang baru Nadine sadari, aroma Tuan Kucing seperti bedak bayi.

Menyimpan tasnya di atas meja belajar, Nadine duduk di kursi bersandaran empuk sambil memikirkan kembali soal nama untuknya. Tuan Kucing duduk bersila di lantai, menatap aneh pada pantulan dirinya di cermin besar. Jarinya menyentuh permukaan cermin, yang dengan cepat ditariknya kembali.

Dari raut wajahnya, Nadine bisa melihat dengan jelas kalau Tuan Kucing kebingungan.

Di lihat dari sisi manapun, dengan ekspresi apa pun, Tuan Kucing akan disebut tampan kalau dia benar-benar manusia. Pikiran Nadine buntu, mencoba menggabungkan kata kucing dengan kata lain, agar ia tetap ingat bahwa Tuan Kucing ini jelmaan hewan mamalia berkaki empat.

"Ku ... ta, kucing tampan? Nggak ah, kayak nama pantai. Ku ... ca, kucing cakep? Nggak enak disebut. Ku ... ga, kucing ganteng?"

Nadine mengetuk dagu dengan telunjuk. "Kuga lumayan lah ya."

Mungkin nama itu layak dicoba. "Hei, Kuga."

Awalnya, Tuan Kucing tidak merespons panggilan Nadine. Ia duduk di depan cermin, jaraknya tinggal beberapa senti. Tuan Kucing menempelkan dahinya di cermin, kepalanya agak miring.

"Kuga, Kuga."

Mengenali suara Nadine, Tuan Kucing menoleh dan bergerak dengan cepat, hampir berlari menuju Nadine. Nadine merasa tubuhnya disengat listrik dan hampir terjatuh karenanya. "Meow."

Nadine ingin menyebut nama Kuga lagi, tetapi rok pramukanya yang dipakai Tuan Kucing membuatnya mendesah. "Ya ampun lupa." Dia membuka tas dan mengambil celana olahraga dari sana. Semoga muat.

"Berdiri, Kuga."

Bukannya menurut, Tuan Kucing menarik celana Nadine dan menggigitinya. "Eh dipake bukan digigit! Berdiri!"

Tuan Kucing melongo, dan meniru Nadine yang berdiri tegak. Mulutnya kembali terbuka dan menutup. Sepertinya dia sangat kelaparan.

Tadi pagi, Kuga alias Tuan Kucing kesulitan memakai rok. Nadine yakin memakai celana lebih sulit lagi. Namun, tidak apa. Waktu yang dimilikinya di sore ini lebih banyak. "Kakinya angkat."

Nadine & Tuan Kucing (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang