Miaou 🐱 27

52.3K 8.6K 1.6K
                                    

Happy reading, Nakuga!***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading, Nakuga!
***

Pernah jadi yang paling antusias, sebelum inginnya hilang tak berbekas.
***

Untuk menghindari lantai dan permadani di kamarnya basah, Nadine memilih memandikan Kuga di kamar mandi saja meski nantinya ia cuma mengusap tubuh Kuga dengan handuk basah. Namun, guna menghindara hal-hal yang tidak diinginkan--termasuk air dalam ember tumpah gara-gara Kuga tidak bisa diam, misalnya--Nadine cari aman saja.

"Buka bajunya." Nadine tahu alasan ia meminta Kuga seperti itu, tetapi ia merasa malu sendiri.

"Hah." Kuga menggerakan tangan yang basah sehabis cuci tangan. Dia duduk di kursi kecil yang dipinjam Nadine dari Bi Ade, biasanya dia gunakan jika mempersipakan bahan makanan sembari duduk di lantai.

"Buka." Nadine menarik-narik ujung kaus Kuga. "Mandi."

"Ho." Menurut, Kuga melepas kausnya meski harus memakan waktu bermenit-menit. Selama meloloskan kepalanya dari lubang kaus, tubuhnya menggeliat seperti ulat. "Iiiiih." Dia menggeram kesal. Baru kemudian bernapas lega, rambutnya berantakan. "Hihi."

Nadine mengambil alih kaus Kuga dan menyimpannya ke keranjang cucian, berbalik lagi dan menjaga jarak dari Kuga. "Sekarang ... celananya." Sambil berucap seperti itu, Nadine mencubit celana pendeknya, memperjelas apa yang dimaksud.

Kuga meluruskan kakinya yang panjang, mulai melepas celana trainingnya sampai ke lutut. Dia agak kesulitan setelahnya, sehingga agak membungkuk. Sayangnya, ia kehilangan keseimbangan dan jatuh dari kursi kecil itu ke sebelah kanan. "Auh!"

Tanpa bisa ditahan, tawa Nadine terdengar, walau dalam waktu singkat ia sudah membantu Kuga untuk duduk lagi dan bantu menarik celana Kuga hingga terlepas sepenuhnya. Sebuah kesalahan besar, yang sebenarnya sudah diketahui dari awal Nadine merencanakan ini. Pipi Nadine memanas dan ia berusaha biasa-biasa saja melihat Kuga hanya mengenakan celana dalam hitam bergaris putih. Kelihatannya seperti celana super pendek.

"Tenang, Nadine, tenang." Nadine mengipasi wajahnya sendiri.

Tanpa suara, Kuga duduk tegak, hanya memainkan lidahnya menyusuri tiap deretan gigi yang dia punya. Mencari potongan makanan yang bisa saja menyelip di sana. Rencananya, Nadine baru akan membuat Kuga menggosok giginya nanti setelah Kuga benar-benar bersih.

Berjongkok, Nadine mengambil handuk yang sudah dimasukkan ke dalam baskom air hangat dan memerasnya. Dimulai dari wajah Kuga yang tampan dan tanpa cela itu, sampai dia mengoceh tak jelas, merasa terganggu. Nadine pura-pura tidak mendengarnya.

Urusan rambut juga akan dilakukan bersama sikat gigi saja, sehingga Nadine berpindah fokus ke kedua telinga Kuga. Akibat usapan handuk Nadine, telinga Kuga memerah. Reaksinya berubah lagi menjadi cekikikan geli saat Nadine mengusap area lehernya.

Satu per satu bagian tubuh atas Kuga berhasil ia usap. Lengan atas dan bawah, dada, perut, hingga punggung. Selanjutnya, Nadine jadi ragu sendiri. Ia tak ingin berpikiran yang tidak-tidak, jadi biar mencegahnya, Nadine meminta Kuga membersihkan bagian pahanya sendiri.

"Kayak gini," ucap Nadine sambil mengusap kakinya.

"Okeh." Semakin pintar, Kuga langsung mengerti. Meskipun tetap saja, kerjanya lebih lama dari yang Nadine contohkan. Bagaimanapun juga, ini adalah kemajuan besar.

"Tekuk kakinya." Melihat Kuga kesulitan mencapai jari kakinya, Nadine membantu menekuk lutut Kuga.

"Oh." Kuga mengusap jari-jari kakinya, senyumnya tampak lebar sekali.

Sementara Kuga sibuk dengan lap dan kakinya, Nadine mengambil plastik berisi lotion, cologne, hair lotion, dan bedak bayi untuk Kuga. Nadine tidak tahu produk yang cocok untuknya, sehingga ia membeli produk bayi.

Lagi pula, Nadine suka aromanya.

"Daaaaa." Kuga mengulurkan lap, Nadine mengambilnya dan meletakkannya di keranjang cucian. Setelah merapikan sisanya--meminta Kuga berdiri dan menepikan kursi kecil serta baskor air--Nadine mengusapkan lotion, lalu cologne. Tak lupa, menyisir rambut Kuga dan memberi hair lotion. Terakhir, menepuk-nepuk wajah Kuga dengan bedak.

Nadine mulai menyerahkan pakaian: kemeja hitam dan celana pendek berwarna senada. Sesekali, Nadine ingin melihat Kuga tidak dalam balutan kaus dan polo. Kancing kemejanya tida ditautkan, Nadine membantu memasangkannya setelah Kuga memakainya. Untuk urusan celana, Kuga memakainya tanpa kendala.

Tanpa alasan yang jelas, Kuga melebarkan tangannya. Matanya menyipit diiringi senyuman--yang manis dan menggemaskan itu. Nadine terkekeh, memeluk Kuga dan menghirup aroma baru Kuga. Layaknya bayi. Polos, tanpa dosa.

"Nadine."

"Hmm."

"Kuga Nadine."

Nadine menepuk punggung kokoh Kuga berulang kali, mengurai pelukan mereka untuk menemukan raut kecewa di wajah Kuga. "Nggak etis tahu pelukan di kamar mandi," celetuk Nadine.

Tangan mereka masih bertaut, Kuga menggoyang-goyangkannya. "Nadiiiiiine."

Andai saja ia bisa keluar dari kamar bersama Kuga dalam wujud ini, mungkin Nadine akan mengajaknya melakukan banyak hal. Berenang, mengamati kupu-kupu yang sesekali lewat di taman belakang rumah, jalan-jalan sekadar menikmati hari, dan hal-hal menyenangkan lainnya.

Untuk saat ini, bersama Kuga dalam wujud manusia, ia harus puas melakukan aktivitas di dalam kamar saja.

Selama bersama Kuga, Nadine baik-baik saja.

***

Kamu team baca beberapa bab sekaligus atau setiap update langsung baca?

Kamu team Kuga wujud manusia atau wujud kucing?

Silakan SPAM di sini untuk yang mau lanjut~

Ok, see you :)

Nadine & Tuan Kucing (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang