Happy reading, Nakuga!
***Nadine mengubah Kuga menjadi wujud kucing agar bisa dibawanya ke area kolam renang di belakang rumah.
Tugas bahasa Indonesianya perlu dibuat dalam format esai dan mesti dikumpulkan dua hari lagi. Nadine merasa suntuk jika terus-terusan menatap layar laptop, di kamar pula. Rasanya monoton. Karena itu, ia memutuskan untuk mengerjakannya di bagian lain rumah. Bersama Kuga yang menunjukkan tanda-tanda mengantuk setelah mandi.
Dalam wujud manusianya, matanya yang bulat menutup, tetapi Kuga memaksanya terbuka. Hal itu terjadi berkali-kali. Sebelum akhirnya dia bersandar pada sisi tempat tidur dan menekuk lutut, menempatkan wajah di antaranya. Nadine tahu posisi itu akan menyakitkan ketika Kuga bangun, maka saat itu juga ia mengubah Kuga menjadi wujud kucing.
Nadine sengaja turun dengan laptop yang dimasukkan ke tas, sehingga Kuga dalam bentuk kucing bisa didekapnya. Kepala Kuga menempel di dada Nadine. Sesekali, ekornya bergerak.
Di rumah Nadine, ruang keluarga adalah tempat sentral ke mana pun mereka pergi, pasti akan melewati ruangan itu. Apalagi, tangga menuju lantai dua ada di ruang keluarga.
Di sana, Nil tengah duduk di sofa dengan posisi nyaman. Di pangkuannya ada laptop, televisi menyala. Sekadar mengisi agar tidak sepi.
Melihatnya, Nadine mendesah dan bimbang. Ia bisa saja mengganti tempat tujuannya mengerjakan tugas, demi menghindari berada dalam satu ruangan yang sama dengan Nil. Suasana hatinya yang buruk gara-gara ayahnya dan Tante Niken masih terus berlanjut, belum ada tanda-tanda akan berhenti.
Namun, sekarang ataupun nanti, Nadine akan berpapasan, bertatap muka, terpaksa berbicara dengan ayahnya. Bagaimanapun juga, mereka masih hidup dalam satu rumah.
Nadine menghela napas dalam-dalam. Di dekapannya, Kuga tidur dengan tenang. Tampak tak terusik. Nadine menuruni tangga hingga anak tangga terakhir. Berjalan terburu tanpa melihat Nil.
"Malam, Nadine." Nadine terkejut dan hampir menjatuhkan Kuga karena suara ayahnya itu.
Tidak sepenuhnya membalas, Nadine bergumam sekadarnya. Meninggalkan Nil dan keningnya yang mengerut dalam.
Nil tidak tahu apa yang terjadi dengan Nadine. Sebab, beberapa waktu ini anaknya itu terasa seperti menjaga jarak.
Nadine mendesah begitu sampai di area kolam renang. Di samping kolam renang itu, terdapat kursi dan meja yang terbuat dari rotan sintetis warna cokelat.
Kuga ia tempatkan di atas kedua pahanya. Sementara itu, Nadine mengeluarkan laptop dari tas dan menyalakannya. Suasana hatinya yang memburuk membuat ia ragu tugas ini bisa selesai. Atau bahkan terkerjakan.
Tugas Bahasa Indonesia berupa ulasan unsur intrinsik novel yang ia baca. Nadine memilih novel debut Karera sebagai bahan tugasnya. Meski ia punya kontak pribadi dan beberapa kali saling berkirim pesan, Nadine tidak berniat bertanya pada Karera untuk membantu tugasnya. Kecuali kalau ia benar-benar tidak mengerti. Menurutnya, ini tanggung jawabnya secara penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadine & Tuan Kucing (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction(SUDAH DITERBITKAN OLEH BUKUNE) Nadine tidak percaya sihir, sulap, atau apalah itu. Namun, ketika kucing yang ia temukan di teras dan ia adopsi berubah menjadi laki-laki tampan, Nadine kehilangan kata-kata untuk menjelaskannya. Bahkan untuk dirinya...