Miaou 🐱 07

66.7K 12K 1.7K
                                    

Nadine sudah memikirkan semuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Nadine sudah memikirkan semuanya.

Ini kali pertama Nadine mengajak Kuga keluar dari kamar. Kemungkinan pertama, Kuga akan menurut padanya, mengikutinya dengan patuh, tidak banyak tingkah. Kemungkinan kedua, dia akan tetap patuh, tetapi seringkali bersuara seperti kucing. Dan kemungkinan ketiga, yang paling tidak menyenangkan, Kuga akan bergerak ke sana-kemari sehingga Nadine sulit menjaganya.

Suara-suara dalam kepalanya berkata bahwa Nadine konyol. Akan tetapi, demi mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, Nadine membuat syal yang jarang ia pakai menjadi tali yang mengikat tangannya dengan tangan Kuga.

Di meja belajar, sudah ada amplop cokelat besar berisi tugas Bahasa Indonesia. Itu akan mengalihkan perhatian Mang Amin sebentar. Di salah satu saku jaket, Nadine sudah menyiapkan uang yang nantinya diberikan kepada Bi Ade, cukup membeli tiga porsi bakso.

"Kuga, siap?"

Kuga, yang sepertinya mempunyai firasat akan dibawa jalan-jalan, membalas riang. "Meow!"

"Oke." Nadine menarik dan mengembuskan napas perlahan.

Ayahnya mengatakan dia akan mengunjungi salah seorang teman, Pak Abdul, ingin membahas tanaman hias yang sedang tren akhir-akhir ini. Rumah temannya itu ada di ujung kompleks dan Nil bisa sampai sore di sana.

Nadine sudah mengenakan kaus kuning dan celana jeans semata kaki, sling bag biru dan sepatu putih. Kuga masih mengenakan hoodie dan celana training miliknya. Kaki Kuga terlalu besar untuk sepatu Nadine, maka diam-diam ia mengambil sandal milik Mang Amin kemarin malam.

Untuk rencana kembali ke dalam rumah, Nadine akan menelepon Mang Amin agar pergi ke rumah Pak Abdul, memberikan katalog tanaman yang tertinggal--sebenarnya disembunyikan Nadine di kamar--yang semula akan dibawa ayahnya. Bi Ade lebih mudah, bilang saja cuaca sebentar lagi hujan, dan Bi Ade akan pergi ke halaman belakang, mengurus jemuran.

Semuanya akan berjalan lancar.

Tangan Nadine memegang gagang pintu, hampir menariknya sedikit ketika suara Nil terdengar. "Nadine? Tahu di mana katalog Papa?"

Jantung Nadine rasanya akan copot. Usai memberi gestur diam ke Kuga, Nadine menelan ludah. "Nggak lihat, Pa. Mungkin di meja ruang tamu."

"Papa cari ke mana-mana nggak ada. Ya sudahlah. Kamu mau ikut ke rumah Pak Abdul?"

"Nggak, Pa, mau ngerjain tugas."

"Oke, maaf Papa nggak bisa menemani kamu."

"Nggak apa, Pa. Have fun di rumah Pak Abdul ya."

"Hmm."

Komunikasi tanpa bertatap muka seperti itu sudah biasa bagi Nadine. Itu terjadi jika Nadine tidak ingin mengganggu Nil, atau Nil yang terlalu segan masuk ke kamar anaknya yang mulai tumbuh dewasa.

Nadine & Tuan Kucing (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang