Happy reading, Nakuga!
***Jatuh cinta itu perlu keberanian. Untuk suka, juga untuk patah.
***
"Bi, ada handuk kecil nggak?"
Bi Ade hampir terbentur meja main kala ia sedang mengambil sendok yang jatuh. Dia memegang bagian belakang kepalanya, sedangkan tangan satunya yang bebas segera menempatkan sendok di samping lap bersih di meja.
"Handuk kecil gimana, Non?"
"Yang kecil." Nadine merasa bodoh dengan jawabannya sendiri. Karenanya, ia cepat-cepat menambahkan sebelum kening Bi Ade mengerut bingung. "Lebih kecil daripada handuk buat ngeringin badan setelah mandi."
Di lemari kamar mandi Nadine ada dua handuk. Satu dipakainya, satu lagi telah resmi Nadine gunakan sebagai milik Kuga.
"Oalah. Ada, Non. Sebentar Bibi ambilin."
Pada kabinet paling kiri, bagian atas, Bi Ade mengambil benda yang dimaksud. Putih bersih, ukurannya tak terlalu besar. Tepat seperti yang dibayangkan Nadine.
"Handuk buat apa, Non?" tanya Bi Ade sambil menyerahkan handuk itu.
"Aku baru baca di internet, katanya setelah mandi wajah yang basah jangan dikeringin dengan handuk yang sama untuk badan. Nanti bisa jerawatan."
Yang diucapkan Nadine benar adanya, tetapi ia lebih sering menunggunya kering atau menggunakan tisu.
"Bibi baru tahu. Ya sudah, kalau kotor masukin keranjang cucian sama yang lain aja ya, Non."
"Iya, siap."
Tanpa Nadine sadari, Bi Ade senyam-senyum sendiri sejak tadi. Alasannya tak jauh-jauh dari anak majikannya sendiri, yang dalam pertumbuhannya sampai sebesar ini, Bi Ade menjadi saksi.
Sejak Nadine belajar berjalan, atau mengucapkan kata pertamanya. Kali pertama mencicipi asamnya lemon, atau antipatinya cewek itu pada buah duren. Memakai seragam sekolah pertamanya.
Bi Ade hadir dalam rumah itu seakan untuk menyaksikan Nadine bertumbuh.
Tadi pagi, untuk alasan yang dia sendiri tidak ketahui, Bi Ade melihat Nadine berada dalam emosi tak stabil. Kali ini, didengar dari cara bicara dan ekspresi wajahnya, kemarahan itu telah pergi.
"Es krim yang kemarin kubeli masih ada nggak, Bi?"
Bersama handuk di tangan, Nadine membuka lemari pendingin dan matanya menjelajah ke setiap sudut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadine & Tuan Kucing (SUDAH TERBIT)
Teen Fiction(SUDAH DITERBITKAN OLEH BUKUNE) Nadine tidak percaya sihir, sulap, atau apalah itu. Namun, ketika kucing yang ia temukan di teras dan ia adopsi berubah menjadi laki-laki tampan, Nadine kehilangan kata-kata untuk menjelaskannya. Bahkan untuk dirinya...