Miaou 🐱 31

46.1K 7.4K 787
                                    

Happy reading, Nakuga!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading, Nakuga!

***

"Nadine, Papa ingin bicara."

Nadine sedang memainkan ranting yang ia temukan di halaman belakang dan menggerakkannya tak tentu agar dikejar Kuga dalam bentuk kucing ketika Nil memanggilnya. 

"Ya bicara aja, Pa. Nggak ada yang larang." Kuga berhasil meraih ranting dan menggigitinya.

"Ada masalah di sekolah?"

"Nggak ada."

"Di rumah ini?"

"Nggak ada." Nadine memeluk Kuga yang akhirnya berbaring di pangkuannya. 

Tidak ada televisi di kamar Nadine. Alhasil, ia harus menonton di ruang keluarga agar bisa melihat tayangan ulang drama Korea yang entah sudah kali keberapa tayang. Ia peduli tidak peduli dengan keberadaan Nil di sana. Dia jarang berkomentar atau mengajak ngobrol dirinya juga. Ucapannya tadi merupakan sebuah kejutan bagi Nadine, yang entah mengapa tak terasa mengejutkan.

Mungkin karena Nadine sendiri ingin masalahnya dengan Nil cepat selesai, tetapi tak mau ia yang memulai.

"Lalu, mengapa Papa merasa kamu mulai menjaga jarak lagi dengan Papa?"

Pertanyaan itu rasanya seperti bom waktu. Nadine sudah menduganya, tetapi tetap meninggalkan sesak di dadanya. 

"Perasaan Papa aja."

"Sekarang pun kamu nggak melihat Papa saat membalas."

"Kita kan, emang jarang saling lihat kalau ngobrol."

Nadine tidak mengada-ada. Percakapan mereka didominasi Nadine di balik kamar dan Nil dari selasar, pesan, telepon, Nadine yang melihat hal lain, Nil yang punya pusat perhatian lain.

"Nggak bisa ya, kita sama-sama memperbaiki itu?"

Kuga bergerak di pangkuannya, menatap Nadine dengan mata kucingnya. Dia mengeong, lalu mengusapkan kepalanya ke perut Nadine. Kontan saja Nadine mengelus kepala Kuga. "Aku lagi nonton, ya lihatnya ke layar televisi."

Sofa di ruangan keluarga Nadine berbentuk huruf L. Nadine duduk di tengah-tengah, sedangkan Nil nyaman di ujung. Sekarang saja, ada jarak yang membentang di antara mereka. Barangkali tak sampai bermeter-meter, tetapi rasanya terlalu jauh.

Untuk mendekat pun, keduanya sama-sama canggung.

"Papa ada berbuat salah sama kamu?"

"Ada." Nadine langsung menjawab, yang disesalinya kemudian. Ia berusaha membuat ekspresinya tetap terlihat biasa saja.

"Apa?"

Nadine tidak kunjung menjawab sampai jeda iklan selesai.

"Apakah Papa lupa kasih kamu novel terbaru? Tapi novelnya Karera itu yang paling baru, minggu depan baru terbit yang lain lagi."

Tanpa sadar Nadine menghela napasnya dalam-dalam. Ia bukan anak kelas tiga sekolah dasar yang marah karena tidak diberi apa-apa. Lagi pula, Nadine punya tabungan sendiri kalau ingin membeli sesuatu meski ayahnya terbilang punya banyak uang.

"Atau kamu marah karena waktu hari libur Papa tidak diam di rumah menemani kamu dan pergi ke rumah teman Papa?"

"Kan itu aku ada tugas kelompok juga."

"Lalu apa?"

Nadine diam lagi.

"Nadine?"

"Nggak apa-apa deh, bukan hal penting juga."

"Nadine." Kali ini, Nil terdengar lebih tegas. "Papa nggak ingin ya, ada masalah di antara kita."

"Aku juga nggak ingin bahas sekarang." Nadine mendapat sifat keras kepala ini dari Nil sendiri.

"Baik." Nil melunak. "Sekarang kamu ingin Papa berbuat apa?"

"Nggak perlu ngapa-ngapain, biarin aja aku fokus nonton Kim Tan."

Diartikan sebagai jangan ajak bicara dulu.

"Siapa Kim Tan?"

"Meow." Kuga yang bersuara.

"Kalau Papa nggak bisa nebak apa yang terjadi dan kamu mau jujur, bisa-bisa setiap hari kita seperti ini." Nil mulai lagi.

"Ya udah, tanyain aja sama Tante Niken!" Napas Nadine memburu setelah membalas.

Di antara mereka tak ada kalimat-kalimat yang keluar untuk beberapa saat. Hanya percakapan di layar televisi, dengkuran Kuga, dan sibuknya Bi Ade di dapur. 

"Mengapa jadi Tante Niken?"

"Papa pikir aku nggak tahu kalian masih jalan dan saling berhubungan?" Nadine memberanikan diri melihat Nil. "Nunggu lho aku Papa bilang sesuatu dari kemarin. Nyatanya apa? Nggak ada tuh. Sewaktu aku tanya ada hal yang disembunyikan pun, Papa bilang nggak."

Nil memejam beberapa saat. "Papa nggak berusaha menutupi apa pun tentang Tante Niken."

"Tapi Papa nggak bilang apa-apa."

"Belum waktunya."

Nadine mendengus keras-keras, membawa Kuga sekali hentak, membuatnya mengeong terkejut. Kepalanya seakan berasap dan akan lebih memusingkan jika ia tetap di sana dan berbicara dengan Nil.

"Nadine." Nil memanggil. "Nadine! Papa belum selesai bicara sama kamu."

Nadine tidak peduli dan ia sudah menaiki anak tangga pertama.

"Nadine! Ini Kim Tan-nya bagaimana? Nadine!"

Langkah Nadine semakin cepat dan ia berharap tidak bertemu Nil dulu untuk beberapa waktu.

***

Seperti yang kukatakan sebelumnya, Nadine baru akan update setelah PO Utara selesai. So, kita mulai kembali~

Semoga baik-baik aja sama banyaknya tugas yang bikin down pas lagi #dirumahaja ya:))

Next jangan?

Best regards, Bayu Permana.

Nadine & Tuan Kucing (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang