Pemilik senyum yang tak akan pernah Virman lupakan seumur hidupnya kini tengah berada di sebuah ruangan dengan badan yang terus meliuk-liuk bersama Nancy mengikuti irama musik. Ia bisa melihat jika gadis yang dilihatnya itu sangat suka menari.
Lihatlah bagaimana dia terus saja tersenyum di sela-sela tariannya, dan itulah yang membuat Virman menyukainya. Bagaimana Raina selalu terlihat bersinar saat melakukan apa pun yang ia suka.
"Virman ayo sini." Raina dengan tawa bodohnya mendekati Virman yang duduk. Dengan berani dia mengulurkan tangan yang jelas tak akan pernah bisa Virman tolak.
"Dance with us," kata Raina kemudian dia menggerak-gerakkan tangan Virman bersamaan dengan tubuh Raina yang digoyang-goyangkan mengikuti irama, untuk kesekian kalinya Raina tersenyum hanya karena tingkah Raina yang benar-benar terlihat lucu di matanya. Virman menoleh ke arah Nancy yang sudah berhenti menari dan melihat keduanya dengan senyum.
Namun, tak pernah Virman tahu jika senyum itu bukanlah senyum yang tulus. Itu adalah senyum yang menampung ribuan rasa cemburu di dalamnya.
"Kenapa berhenti Nan?" tanya Raina yang kini melepaskan tangan Virman.
"Capek." Raina kemudian berjalan mendekati pemutar musik lalu mematikannya kemudian duduk di sebelah Nancy yang tak lama kemudian diikuti oleh Virman di sampingnya.
"Nggak nyangka ya kita bisa bareng-bareng terus dari TK." Raina terkekeh mengingat persahabatan mereka yang memiliki sifat berbeda-beda. Raina dengan segala keanehannya, Nancy yang seperti princess lalu Virman sang bodyguard mereka entah mengapa bisa bertahan lama.
"Aku juga nggak tau kenapa bisa bisa tahan sama kalian, terutama kamu." Virman menunjuk ke arah Raina yang malah tertawa kecil.
"Nggak ngebayangin ntar gimana, mungkin kita masih bareng masuk kuliah di tempat yang sama dengan jurusan berbeda. Mulai jatuh cinta mungkin sama temen sendiri atau mungkin orang lain nggak ada yang tau." Saat itu Virman menoleh ke arah Raina sementara Nancy melihat Virman. Sungguh ironi
"Kamu ngomong apa sih?"
"Siapa tau di antara kita nanti ada yang saling suka, tapi itu jelas bukan aku karena aku udah suka seseorang." Dengan senyum bodohnya Raina mengatakan itu. Ia jelas tak pernah tahu dampaknya untuk Virman. Lelaki itu membatu di tempat.
"Maksud kamu?"
"Aku suka sama Justin." Siapa yang tak mengenal Justin? Lelaki yang menjadi pangeran MOS dan bahkan menjadi target utama para jomblo.
"Aku harap aku bisa jadian sama dia dan kalian dari pada jomblo mending kalian pacaran aja," jelas Raina hanya bercanda, tapi tidak dengan Virman.
"Kalo kamu mau pacaran ya pacaran aja. Nggak usah ngatur-ngatur aku," ucapnya lalu pergi begitu saja tanpa tahu bahwa kedua gadis di ruangan itu masih memandangnya dengan tatapan pilu.
-o0o-
"Kemaren pas lo nggak masuk si Virman ke sini nyariin lo," kata Nancy pada Anna yang baru masuk setelah tiga hari tak masuk dan sekarang dia sudah bisa berjalan walaupun masih sedikit pincang.
"Ngapain? Ah dia mau marah gara-gara sepatu?" Anna jelas tahu apa maksud Virman mencarinya karena memang beberapa kali Virman menelponnya men-spam-inya dengan pesan-pesan yang tak jauh-jauh dari menanyakan peristiwa tentang pengeroyokannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Eccedentesiast
Teen FictionSenyum adalah topeng terbaik yang ia punya. Lewat senyuman dia menyimpan seratus arti, lewat senyumnya ia menyembunyikan ribuan masalah.