24. Eccedentesiast

1.6K 188 10
                                    

Jika dibilang kepergian Nancy tak berdampak itu bohong, semuanya berimbas bagi Anna. Anna mungkin terlihat baik-baik saja. Namun, dalam hatinya dia selalu merasa bersalah pada Nancy.

Andai saja saat itu ia tak terbawa emosi dan masih merangkul Nancy mungkin gadis itu nasih ada di dunia dan memperbaiki segala kesalahannya. Namun, nasi sudah menjadi bubur kalau kata Lisa tinggal ditambah krupuk dan ayam, sekarang ia hanya perlu belajar dari pengalaman.

Itulah yang membuat gadis itu bersama dengan Jeffrey dan Justin tergerak untuk membentuk suatu komunitas anti bullying yang walaupun masih skala sekolah. Tetap saja itu cukup berdampak apalagi setelah video Anna, Jeffrey dan juga Justin yang membuat short movie tentang anti bullying menjadi viral dan mendapat sambutan cukup positif. Buktinya dari orang dinas pendidikan sampai datang ke sekolah mereka untuk meninjau langsung.

Sekarang di sinilah Anna berada berdiri, di depan banyak orang untuk menyampaikan presentasi tentang bullying di depan perwakilan kementrian pendidikan.

Jeffrey mengangguk dari bangku penonton untuk menyemangati Anna, begitupun dengan Cleo yang lebih heboh dengan memanggilnya adik ipar dengan kencang, tapi itu lebih baik setidaknya itu membuat Anna lebih rileks. Anna tersenyum lalu mengangguk pada Justin untuk mulai menyalakan slide presentasi.

"Jelek, botak, gendut, slut, kurus, cacingan, bodoh, idiot. Bisa tolong angkat tangan siapa yang pernah mendapat panggilan seperti itu?" Sebagian besar audiens menunjuk atap.

"Apa anda marah atau tak suka ketika dipanggil seperti itu? Jika Anda marah angkat tangan anda." Masih banyak yang mengangkat.

"Silahkan turunkan tangan Anda. Sebagian mungkin menganggap hal seperti itu sebagai candaan, bukan begitu?" Anna tersenyum karena beberapa orang di sana ikut merespon.

"Tapi, candaan hanya jika dua belah pihak senang, jika hanya salah satu saja maka itu sudah termasuk hal-hal bully, bullying secara verbal," katanya lagi dengan penuh percaya diri.

"Bully verbal yang seperti ini kadang bisa menimbulkan efek yang cukup besar. Seseorang menjadi rendah diri. Saya contohkan seperti ini, di sini ada yang pernah dipanggil bodoh oleh guru karena tak bisa mengerjakan soal fisika?" Cukup banyak yang mengangkat tangan.

"Untuk yang mengangkat tangan tadi, apa kalian merasa bahwa kalian bodoh." Hampir semua yang tadi tunjuk tangan kembali menunjuk tangannya.

"Untuk yang merasa bodoh bahkan sebelum disebut bodoh dari awal tak usah tunjuk tangan." Audiens tertawa dengan ucapan Anna.

"Sudah kalian bisa menurunkan tangan kalian." Anna langsung menoleh ke arah guru fisika di sekolahnya.

"Itu salah satu dampaknya mereka menganggap apa yang dikatakan oleh orang itu benar dan menyalahlan diri sendiri. Oh aku ternyata bodoh itulah kenapa guruku memanggilku bodoh. Dengan anak berpikir seperti itu, itu sudah merusak mental mereka. Hanya karena mereka tak bisa mengerjakan soal fisika bukan berarti mereka bodoh.

"Coba lihat anak IPS apa mereka bisa mengerjakan soal fisika? Lalu bagaimana dengan anak IPA, apa mereka bisa mengerjakan soal geografi? Satu hal tak bisa menjadi indikator kebodohan seseorang. Walaupun banyak indikator sekalipun kita tak bisa mengatakan orang itu bodoh." Anna tersenyum melihat guru fisikanya menunduk.

"Itu hanya contoh kecil, ada pem-bully-an dengan hal yang besar yang terjadi. Saya sendiri adalah korban bully. Pertama mereka hanya membicarakan saya di belakang, lalu mulai bicara terang-terangan di depan wajah saya, menyebarkan rumor hingga membuat semua orang menjauhi saya. Tindakan selanjutnya mulai menganggu hingga akhirnya melakukan kekerasan." Anna menilik ekspresi dari para audiens.

✅Eccedentesiast Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang