Anna dan Cleo serta Justin selaku sopir menginjakkan kaki di kantor polisi, setelah mereka mendapat kabar dari Jeffrey dan juga setelah Nancy dijemput polisi untuk diintrogasi walaupun masih berstatus saksi berbeda dengan Raiza yang langsung berstatus tersangka. Dan sekarang Anna datang untuk memberikan support kepada sang kekasih sekaligus memberikan kesaksian tambahan.
Sedikit takut ketiganya masuk ke dalam lalu saat melihat Jeffrey sedang duduk dengan kepala tertunduk Anna langsung berlari ke arah Jeffrey.
"Jeff," panggilnya lirih.
"Kamu bisa peluk aku nggak?" tanya Jeffrey dan Anna dengan senang hati melakukannya apalagi setelah melihat tangan Jeffrey yang bergetar, lelaki ini sedang merasa down sekarang.
"Dia sempet perkosa Raina An." Deg jantung Anna mencelos saat mendengar itu semua. Raiza memang lelaki brengsek pikirnya.
"Harusnya aku nggak bawa dia ke sini, harusnya aku bunuh dia selagi ada kesempatan." Anna tak menemukan kata penghibur untuk Jeffrey dia hanya memeluk kembali Jeffrey seolah mengatakan bahwa Jeffrey masih punya dia.
"Jeffrey!" Jeffrey melepaskan pelukan Anna saat mamanya datang diantar sopir mereka.
"Jangan keliatan lemah di depan mama," kata Anna dan Jeffrey mengangguk, tapi tangannya terus memegang tangan Anna.
"Mana bajingan itu?" Mama Jeffrey adalah wanita lembut dan cukup dari umpatan itu Jeffrey sangat tahu betapa marahnya mamanya.
"Dia." Belum sampai Jeffrey menyelesaikan ucapannya Mama Jeffrey langsung beranjak masuk dan dari luar mereka terdengar makian, tangisan dan raungan dari mama Jeffrey.
"Kembalikan anak saya. Kamu bukan manusia. Kembalikan Raina, bajingan." Terdengar pula suara sang ayah yang mencoba menenangkan sang istri. Hingga terdengar suara ayah Jeffrey memanggil Jeffrey hingga Jeffrey berlari ke dalam dan yang ditemui adalah mamanya yang pingsan dalam rengkuhan sang ayah.
"Kamu bawa Mama pulang, biar masalah ini Papa yang handle." Jeffrey mengangguk lalu mulai membopong sang mama.
"Jeff, tante Nilam kenapa?" Jeffrey berhenti saat melihat Anna menghampirinya.
"Kayaknya Mama syok." Anna dilema harus menemani Jeffrey atau dia harus bersaksi tentang apa yang ia ketahui. Bagaimanapun juga mereka semua tahu karena permainan kata-kata Anna.
"Aku pulang dulu, nenangin Mama, nanti aku jemput kamu." Anna mengangguk membiarkan sang kekasih pergi.
Sepeninggal Jeffrey, Anna hanya di temani Justin dan juga Cleo untuk menunggu gilirannya memberikan kesaksian.
"Virman kemana BTW?" tanya Cleo.
"Tuh." Virman muncul dengan wajah yang tampak seperti orang habis menangis, dan Anna tahu masalahnya, lelaki itu terlalu mencintai Raina.
"Virman!"
"Ngapain tuh uler betina masih berani deketin Virman," ucap Cleo saat Nancy berusaha bicara dengan Virman.
"Virman dengarin aku dulu, aku sama sekali nggak tahu apa pun tentang rencana Raiza ke Raina. Kalo aku tau aku nggak bantuin dia."
"Terus kemana lo setelah lo tau? Lo nyimpen itu sampai akhirnya Raina nggak ada." Virman tak meninggikan suaranya, namun tetap saja semua yang mendengarnya tahu bahwa lelaki ini berusaha menekan amarahnya.
"Kalo lo peduli sama Raina lo bakal hibur dia, bantuin dia lepas dari Raiza, tapi apa? Lo malah memanfaatkan itu semua. Lo jahat Nan, lo bener-bener jahat."
"Gue ngelakuin itu karena gue sayang sama lo Vir, tapi lo nggak pernah liat gue." Virman mengepalkan tangannya.
Anna bangun dari duduknya lalu berjalan mendekat ke arah Nancy dan menamparnya, dia seakan tak peduli dia berada di kantor polisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Eccedentesiast
JugendliteraturSenyum adalah topeng terbaik yang ia punya. Lewat senyuman dia menyimpan seratus arti, lewat senyumnya ia menyembunyikan ribuan masalah.