"Kalian pacaran?" tanya Jimmy saat mendengar bahwa Justin berbicara bahwa ia dan Anna berpacaran.
"Bukannya lo pacarannya sama Rosie ya? Lo selingkuh sama dia?" Keduanya masih diam belum menemukan kata yang tepat untuk membuat Jimmy berhenti berspekulasi.
"Lo salah denger dia bukan cowok gue. Ya kali dia selingkuh sama cewek yang nggak lebih dari Rosie iya kan?" Anna tersenyum canggung ke arah Justin berharap lelaki itu membenarkan ucapannya.
"Iya lah nggak mungkin banget ahahaha." Justin tertawa garing sementara Jimmy mengangguk membenarkan, logikanya juga mengatakan bahwa tak mungkin keduanya berpacaran, Justin tak segila itu.
"Tapi, ngapain lo di sini?" tanya Jimmy tiba-tiba pada Justin.
"Itu cewek gue minta kontaknya Anna, katanya mau ngajakin berburu cake." Jimmy mengangguk kemudian ingat tujuan awalnya bahwa ia mencari Justin untuk mengajaknya berdiskusi untuk strategi melawan SMA Kencana.
"Oh udah kan? Sekarang lo ikut gue, anak-anak udah pada kumpul buat bahas strategi lo malah nggak ada." Justin menepuk dahinya dia melupakan hal itu lalu ia pun pamit pada Anna untuk pergi lebih dulu.
"Gue cabut." Anna mengangguk ia pun ingin pergi kepalanya begitu pusing dan ia memilih untuk pergi ke UKS setelahnya.
-o0o-
Jeffrey menunggu di dalam ruang musik setelah mendapat pesan dari Justin yang sampai sekarang dia belum datang ke sana, entah apa yang membuat lelaki itu terlambat. Jika bukan karena mereka topik yang dikirim Justin mungkin dia akan pergi dari sana dan pulang bergelut dengan game miliknya.
Namun, tak berapa lama kemudian Justin membuka pintu dan berjalan seperti tak punya rasa bersalah karena membuat Jeffrey menunggu.
"Bukannya nggak sopan kalo lo yang ngajak ketemu tapi lo terlambat," kata Jeffrey.
"Sorry gue harus nanganin acara basket sabtu besok." Jeffrey memutar bola matanya sampai saat ini yang ia tahu Justin selalu menjadikan itu sebagai alasan.
"Ada apa lo manggil gue? Gue sibuk."
"Jauhin Anna ataupun Rosie." Jaffrey berusaha untuk membuat dirinya tetap tenang walaupun Justin mulai mengucapkan hal-hal yang membuatnya ingin memukul lelaki itu.
"Alasan?"
"Dia bukan Raina." Alis Jeffrey naik kenapa alasannya terdengar aneh untuknya.
"What the fucking are you talking, gue juga tau kalo dia bukan Raina."
"Lo deketin dia karena dia mengingatkan lo sama Raina, 'kan?" kata Justin yang membuat darah Jeffrey mendidih.
"Bukannya alasan lo sama? Lo ngeliat diri Raina di dia makanya lo suka sama dia," kata Jeffrey, tapi Justin malah tertawa kecil.
"Kayaknya lo salah paham. Gue nggak pernah suka sama adek kembar lo." Saat itu Jeffrey berdiri dari duduknya dan menatap Justin tajam.
"Kalian pacaran gimana bisa lo nggak suka sama dia?" Jeffrey menaikkan nada suaranya menandakan agar Justin lebih memilih ucapannya agar tak berujung baku hantam.
"Adek lo minta gue buat jadian sama dia dan lo tau gue sama Raina temenan dari SMP gue nggak bisa bikin dia kecewa."
"Tapi, gara-gara pacaran sama lo dia kayak gitu! Lo nyadar nggak sih semuanya ini dimulai dari lo dan fans alay lo." Perkataan Jeffrey tak salah, tapi juga tak benar ada beberapa hal yang harus di perbaiki dalam perkataannya itu.
"Oke anggaplah gue pemicunya, tapi lo dimana saat itu huh? Lo nggak ada buat dia juga." Justin tak salah saat itu Jeffrey menjalani karantina olimpiade dan itu membuatnya tak berada di sana untuk Raina.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Eccedentesiast
Novela JuvenilSenyum adalah topeng terbaik yang ia punya. Lewat senyuman dia menyimpan seratus arti, lewat senyumnya ia menyembunyikan ribuan masalah.