Jam di dinding terus bergerak dan Anna terus saja meliriknya sejak dua jam. Ia sangat kesal karena hari ini sudah hari senin dan dia masih belum bisa tidur lagi saat waktu sudah menunjukkan jam 2 pagi. Dan ini semua salah Lisa, kalo saja Lisa tak memaksa untuk menonton film horor mungkin dia tak akan mimpi buruk, terbangun di tengah malam dan tak bisa tidur lagi.
Dan karena rasa takutnya itu dia menghubungi empat teman laknatnya, tapi tak ada satu pun dari mereka yang bangun dan itu sedikit membuat Anna kesal. Awalnya dia akan membiarkan seperti itu hingga imajinasinya menjadi liar dan membayangkan hal-hal aneh hanya karena melihat lemari, ia takut jika tiba-tiba ada monster yang keluar dari sana.
Hingga setelah pemikiran yang cukup panjang dan rasa ketakutan yang semakin tinggi Anna menghubungi Jeffrey dan beruntunglah Jeffrey mengangkatnya tepat saat dering ketiga.
"Halo An," sapanya dengan suara parau khas bangun tidur.
"Gue mimpi buruk." Anna mulai memilah katanya, tak lama kemudian ada permintaan video call dari Jeffrey dan Anna menerimanya.
"Nggak bisa tidur?" tanya Jeffrey dan Anna mengangguk.
"Gue ganggu lo tidur?" tanya Anna merasa tak enak sama sekali.
"It's okay i couldn't sleep anyway." Bohong! Sudah jelas wajahnya wajah bantal apalagi dengan suara serak khas bangun tidur.
"Tetep aja, waktu tidur lo jadi keganggu gara-gara gue."
"Don't be silly, i just wanna stay up with you." Anna tersenyum kecil.
"Jadi, lo baru aja mimpi buruk dan lo takut gitu?" tanya Jeffrey lagi sambil menyisir rambutnya, dan Anna ingat betapa halusnya rambut Jeffrey saat ia menyentuhnya kemarin.
"Iya dan gue nggak bisa tidur sejak dua jam lalu;"
"Apa dua jam? Kenapa nggak nelfon gue dari awal? You must be scared?" Ada sisi hati Anna yang menghangat tiap Jeffrey mengkhawatirkannya.
"Yes i am." Jeffrey bangkit dari kasurnya dan menuju ke arah rak buku untuk mengambil buku dongeng miliknya saat kecil dulu.
"Lo ngapain?" tanya Anna yang masih belum tau apa yang dilakukan Jeffrey karena kamera bergerak-gerak hingga Jeffrey kembali terduduk di atas kasur miliknya.
"Sekarang lo pilih posisi paling nyaman lo, gue bakal dongengin lo sampai lo tidur," kata Jeffrey dan Anna menurut, dia mencari-cari posisi paling nyaman hingga dia memasang hpnya di lazy pod dan memiringkan badannya menghadap ke arah hp miliknya.
"Siap?" Anna mengangguk dan tak lama kemudian Jeffrey mulai bercerita. Namun, karena cerita itu belum pernah Anna baca dia bukannya mengantuk malah menanyakan hal-hal yang membuat Jeffrey berpikir berulang-ulang.
"Gue pikir ini nggak bisa bikin lo tidur." Anna mengangguk menyetujui.
"Lo terlalu kepo soalnya." Keduanya tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Eccedentesiast
Teen FictionSenyum adalah topeng terbaik yang ia punya. Lewat senyuman dia menyimpan seratus arti, lewat senyumnya ia menyembunyikan ribuan masalah.