"Mau sampai kapan kamu begini?. Aku gak bisa setiap saat ingetin kamu makan dan istirahat. Aku juga punya hidupku sendiri. Astaga hampir gila rasanya aku liat kamu kayak gini terus". Pria itu mengguncang bahu seorang gadis yang tengah asik melamun di depan jendela kamarnya.
"Hei, Yuna-ya. Aku tau kau pura-pura tak mendengarku. Baiklah aku pergi menjemput Eunbi, habiskan buburnya. Sampai kulihat ada sisa, besok dan seterusnya aku gak bakal menemuimu lagi". Gadis itu—Yuna, menoleh malas pada teman lelakinya yang telah bersamanya sejak masih di sekolah menengah.
Pikiran Yuna lagi-lagi menerawang pada beberapa bulan yang lalu dimana kejadian menyedihkan dan menakutkannya itu berputar seperti kaset di otaknya.
Flashback
BRAK !
Sebuah pigura foto jatuh dan pecah berkeping-keping ketika sang empu, Yuna tengah memperhatikan seorang pria dan seorang perempuan sedang berciuman di dekat salah satu mobil berwarna hitam yang terparkir tak jauh darinya. Kedua orang lantas menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah suara berisik yang baru saja terjadi.Keduanya menampilkan ekspresi berbeda. Si pria menatap terkejut pada Yuna sedangkan sang perempuan menatap kesal Yuna karena telah menghancurkan momen intimnya. Yuna lantas berbalik dan segera berlari menjauh.
"Yuna tunggu, aku bisa jelasin—". Tangan kanan Yuna di tarik dengan keras hingga tubuhnya berbalik.
"Aku mau kita putus!". Yuna mencoba melepas tangannya.
"Yuna-ya. Yang kamu lihat itu bukan yang sebenarnya".
"Yoseob oppa! Aku. Mau. Kita. Putus!".
Yuna berlari menerobos hujan yang sedang turun dengan derasnya.Yoseob tak tinggal diam, dia ikut berlari mengejar Yuna. Hingga Yoseob menyadari ada sebuah mobil sedan sedang melaju kencang ke arah Yuna berlari. Yoseob yang berada di belakang Yuna reflek maju dan mendorong tubuh Yuna hingga tubuhnya terpental ke pinggiran aspal.
Yuna yang terkejut langsung berteriak histeris saat melihat tubuh kekasihnya tergeletak di tengah jalan dengan darah yang merembes dari kepalanya.
Yuna mencoba bangkit untuk mendekati tubuh Yoseob yang sudah tidak bergerak. Baru saja hendak menyentuh tangan kanan Yoseob, Yuna terjatuh dan pingsan.
——————
"Kau benar-benar mengabaikan peringatanku, Choi Yuna. Baiklah jika itu maumu, lupakan jika kau punya sahabat bernama Jeon Jungkook". Pria itu menutup pintu kamar Yuna dengan kesal karena sejak dia pergi menjemput istrinya— Eunbi, hingga mengantarnya pulang dan kembali ke rumah Yuna, gadis itu masih tetap pada posisi sebelum Jungkook pergi dua jam yang lalu.
Yuna yang baru tersadar langsung berlari dan mencekal lengan kiri Jungkook.
"Baiklah maafkan aku. Kau selamanya harus jadi sahabatku. Mana bisa aku hidup tanpamu. Aku akan memakan bubur buatanmu yang kuyakin rasanya bisa membunuhku". Jungkook menatap Yuna kesal karena gadis itu mengejek hasil karyanya.
Yuna menarik Jungkook agar menemaninya memakan bubur buatannya. Jungkook menyodorkan segelas air ke hadapan Yuna dan membuka tutup botol jus jeruk untuk dia minum sendiri.
"Aku akan berangkat ke Denmark lusa".
Jungkook yang sedang minum jus langsung tersedak dan terbatuk-batuk. Ia langsung menoleh menatap Yuna dengan ekspresi shock.
"Gak usah bercanda, Na".
"Aku serius Kook". Jungkook menanti kalimat Yuna selanjutnya dengan sabar.
"Minggu lalu seorang guru besar dari Copenhagen University menerima usulanku dan akan menerimaku menjadi asistennya". Jungkook menggeleng lemas.
"Berapa lama?".
"err..Mungkin aku tak akan kembali ke Korea. Maafkan aku, bukannya aku melarikan diri. Aku hanya—".
"Baiklah aku mengerti. Habiskan buburnya dan cepat istirahat. Aku akan pulang, Eunbi sudah menungguku". Jungkook memotong ucapan Yuna seraya bangkit dan berjalan keluar melalui pintu ruang tamu.
Yuna mengernyit, Jungkook tidak pernah pergi tanpa menunggu hingga Yuna tertidur atau minimal mengusap puncak kepalanya sebelum berpamitan pulang. Yuna menyimpulkan bahwa Jungkook tengah kecewa padanya karena memberitahukan kabar mengejutkan ini secara mendadak.
.
.
.
![](https://img.wattpad.com/cover/185786584-288-k508227.jpg)