NUMINOUS: 13

961 211 53
                                    

ⓝⓝⓝ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ⓝⓝⓝ

Sebenarnya agak males apdet. Gak ada yang nungguin cerita ini juga keknya. Wkwkwk.

ⓝⓝⓝ

Kalau ada yang bicara tentang ketidaksanggupan tentang rasa bimbang pada pagi hari. Maka Letha-lah yang harusnya bicara, bayangkan saja. Bertahun-tahun ia mengubur kenangan manis dan pahit bersama mendiang suaminya, menyimpan begitu apik lekuk wajah suaminya dengan hati-hati. Dan perlahan melupakan tentang segalanya tentang mendiang suaminya, yang sayangnya harus gagal oleh pria yang tidak bisa Letha identifikasi siapa sebenarnya dia.

Jaehyon membuat kepala Letha hampir pecah semalaman. Tidak hentinya senyum Jaehyon berputar di dalam kepalanya, yang lebih menyiksa adalah setiap kali Letha ingin memejamkan mata. Suara Jaehyon yang memanggil namanya malah berputar seperti kaset rusak layak buang di telinganya.

Mati-matian Letha berusaha sebisa yang ia mampu untuk menepis segalanya tentang Jaehyon, tentang senyumnya, candanya, tawanya, bahkan suaranya.

Tapi Letha tidak bisa, otak berselisih paham dengan hati.

Jauh di dalam hatinya Letha jatuh pada sangkar, tersungkur dan terulur. Letha terjebak.

Oleh jebakan ulung bernama kenyataan.

Inilah efek samping dari ingatan manusia, selama masih memungkinkan untuk diingat. Maka segalanya akan diingat, baik itu manis atau pahit. Setiap manusia menginginkan ingatan manis, walau tak jarang selalu saja pahit lebih mendominasi.

Dalam lamunannya, Letha hanya bisa berdiam diri seperti orang tolol yang kehilangan akal.

"Mau sampai kapan melamun?" Ethan bertanya pelan, Letha dan Ethan kini berada di kafe dekat kantor yang selalu buka lebih awal karena banyak karyawan yang membeli sarapan ke sini. Model papan atas itu sengaja menjemput sahabatnya untuk pergi kerja bersama. Kesibukan Etha sebagai model membuatnya jadi jarang berada di Seoul. Karena di mana ada spot foto yang menarik untuk dipajang di majalah. Di situ Ethan berada, beruntung ia diberi libur seminggu untuk hidup seperti pria muda lainnya.

"Ethan," panggil Letha. "Kau percaya kebetulan?"

"Kebetulan?" ulang Ethan. "Kebetulan yang seperti apa?"

"Misalnya saja, kau pernah ditinggalkan oleh seseorang yang sudah lama meninggal." Letha berkata dengan pandangan kosong ke sembarang arah.

"Hm, lalu," ucap Ethan sembari mengunyah roti selai kacang kesukaannya.

"Dan kau bertemu dengannya lagi," sambung Letha. "Kau bertemu lagi dengan orang itu, dengan perasaan yang sama namun sensasi yang beda."

"Bicaramu berputar-putar. Intinya saja." Ethan menegaskan.

"Kau tahu 'kan kalau suamiku pergi meninggalkanku dan Jaehan 7 tahun lalu?" tanya Letha mulai memandangi Ethan dalam.

Ethan mengangguk.

NUMINOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang