NUMINOUS: 10

1K 234 73
                                    

Budayakan berucap MASYAALLAH melihat yang indah dan menakjubkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Budayakan berucap MASYAALLAH melihat yang indah dan menakjubkan. Contohnya gambar di atas. (Bagi yang muslim) 💕

ⓝⓝⓝ

Jeno sengaja mengajak Letha untuk datang ke kafe yang paling ia sukai sejak SMA. Kafe Bongchu yang letaknya tidak jauh dari kantor agensi, hanya berjarak sekitar 100 meter dari lobi utama. Letha dan Jeno sekarang sedang duduk berhadapan, pria itu tidak berhenti menatap wajah Letha. Ada segurat senyum di sana.

"Ada apa?" Letha bertanya bingung sekaligus gugup, pasalnya, ini baru pertama kali berhadapan dengan orang besar sekelas Jeno. Bayangkan, dia adalah cucu dari presdir tempat Letha bekerja. Mustahil kalau ada orang yang tidak gugup duduk berhadapan dengannya.

Jeno segera mengubah air mukanya. Ia kelihatan seperti maling yang ketahuan mencuri, walau ya memang benar dia sedang mencuri-curi pandang.

"Kenapa kau terus memandangi wajahku?" Letha bertanya penasaran sembari masih memegang cangkir putih berisi cokelat panas yang baru saja ia pesan 10 menit ketika mereka sampai.

"Tidak kenapa-napa," jawab Jeno seadanya.

Letha hanya mengangguk lalu kembali menyesap cokelat panasnya.

"Omong-omong." Jeno berusaha membuka lembar obrolan lain. "Sejak kapan kau bekerja di agensi kakekku?"

Letha menelan ludahnya kaget. "Ah, baru seminggu? Sebulan kurasa? Yang jelas belum lama."

"Kalau boleh aku tahu, kau ada di divisi mana?" Jeno bertanya sembari menopang tubuhnya dengan kedua tangan.

"Pemasaran," sahut Letha cepat.

"Letha-ssi," panggil Jeno.

"Ya?"

"Mau ikut aku ke suatu tempat?" Jeno bertanya. "Aku tahu tempat yang bagus."

Tadinya Letha ingin menjawab, tapi atensinya dicuri oleh pemuda yang tengah berlari melewatinya. Letha dan Jeno kebetulan duduk di ujung kafe dekat pintu masuk, dan ada kaca besar yang menguhungkan langsung antara Letha dan pinggir jalan. Niatan Letha untuk menjawab ajakan Jeno harus pupus karena ia melihat Hoobin, adiknya tengah berlari kecil dan terlihat seperti memanggil seseorang.

"Letha-ssi?" panggil Jeno lagi. "Kau mendengarku?"

Letha menoleh dengan tatapan kosong, lalu menjawab. "Eh? Oh iya, apa?"

"Mau ikut aku ke–"

"Maaf tapi bisa tidak kita tunda saja, aku tahu ini tidak sopan. Tapi aku ada urusan mendadak." Letha memutuskan untuk pergi dari hadapan Jeno dan meminta izin secara sepihak.

Di samping itu, Jeno hanya menarik satu sudut bibirnya ke samping kanan lalu menjawab. "Oke, tidak apa-apa."

Mendengar itu, Letha lalu berlari keluar kafe dengan menjinjing tasnya, berniat menyusul Hoobin. Jeno yang melihat kepergian Letha hanya bisa mengembuskan napas kesal.

NUMINOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang