NUMINOUS: 23

462 66 26
                                    

Hai! Ketemu lagi ehehe. Bosen gak sih kalo aku sering update??

 Bosen gak sih kalo aku sering update??

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ⓝⓝⓝ

Jaehyon tidak pernah sesemangat ini sebelumnya, biasanya ia akan menunda jadwal bangun paginya sekitar 30 menit lebih lambat demi tidak mau beranjak dari benda yang paling protektif yang pernah Jaehyon temui–kasur. Tapi pagi ini beda, jam 9 pagi ia sudah rapi dan bersih, rambutnya ia tata sedemikian rupa agar seperti artis Korea.

Hari ini hari yang spesial baginya, bukan, Jaehyon tidak berulang tahun. Pun tidak ada orang yang Jaehyon kenal berulang tahun hari ini, ini juga bukan hari perayaan khusus bagi Jaehyon, pun tidak ada yang harus Jaehyon rayakan hari ini.

Jaehyon hanya mempersiapkan diri sebaik mungkin, karena mungkin suatu hari nanti. Hari ini akan menjadi ingatan terbaiknya.

Ya, Jaehyon akan bertemu lagi dengan Bianca. Walau Jaehyon tidak tahu pasti apakah Bianca akan menepati janjinya atau tidak. Tapi Jaehyon bukan tipikal pria yang menyerah sebelum mencoba, setidaknya itulah kepribadian Jaehyon sebelum Jaehyon menjadi pria paling pengecut yang bahkan keberaniannya di masa depan tidak lebih dari makanan bekas tikus di dalam parit buatan yang kotor.

Levan yang melihat tuannya sudah berdandan rapi bak pangeran yang akan ngadu layangan hanya bisa menggelengkan kepala. Levan menduga, kalau Jaehyon sedang jatuh cinta. Bukannya setiap mereka yang jatuh cinta selalu begitu ya? Ada saja yang harus dipersiapkan untuk menemui orang yang membuat dada kita berdebar, lidah kita kelu, dan tangan kita kesemutan.

Itulah kenapa Levan tidak banyak mengajak Jaehyon bicara hari ini. Karena ia tahu juga, kalau pikiran Jaehyon pasti sedang dipenuhi oleh wajah seseorang. Sampai akhirnya Levan tidak tahan melihat raut wajah tuannya yang terlihat semringah.

"Hari ini hari spesial, ya Tuan?" Levan bertanya sembari menekan pedal gas dengan kakinya.

Jaehyon hanya menoleh dan kembali melihat ke luar kaca. Ada anak kecil yang baru saja pulang sekolah di trotoar yang letaknya tak jauh dari mobil putih milik Jaehyon. Pria itu tersenyum kecil, lalu menjawab pelan. "Seseorang berjanji untuk bertemu denganku lagi."

Levan hanya bisa diam sampai ia berani bertanya lagi. "Seseorang yang spesial, ya Tuan?"

"Begitu lah." Jaehyon menjawab seadanya.

"Semoga Tuan bertemu dengan orang yang Tuan inginkan. Saya ikut senang saat Tuan senang." Levan tersenyum ramah.

"Kau ingin kenaikan gaji?" kekeh Jaehyon menggoda ajudan pribadinya.

"Ahaha, tidak, bukan itu maksudku. Aku hanya ingin Tuan bahagia dengan pilihan Tuan, entah siapa pun itu. Setiap manusia berhak bahagia, bukan?" Levan berkicau panjang lebar.

Mendengar perkataan Levan, Jaehyon jadi teringat sesuatu. "Apa manusia juga berhak bersedih?"

"Sedih dan senang itu ibarat makan dan minum, kita tidak bisa selamanya makan, tidak bisa juga selamanya minum. Harus ada keseimbangan di antara keduanya." Levan menjawab dengan bijak. "Karena saat kita terlalu sedih, kita akan terpuruk. Bahkan tidak jarang berpikir untuk bunuh diri. Dan saat senang, tidak jarang juga kita semua akan lupa diri. Kelemahan terbesar manusia itu bukan saat ia susah, justru ujian sebenarnya dari manusia adalah saat ia senang."

NUMINOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang