NUMINOUS: 22

440 81 23
                                    

Apa yang bisa dikatakan tentang rasa?
Tidak ada.
Jangan bertanya, kamu tahu jawabannya.

ⓝⓝⓝ

Bulan pertama Jaehyon di kampus tidak berjalan begitu lancar, ketika mengikuti kelas, Jaehyon sempat kebingungan dengan apa yang dijelaskan oleh dosennya. Pertama, dosen di kelasnya mendominasi bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi di kelasnya, kedua, Jaehyon tidak mengerti garis besar yang dosennya katakan. Dan ketiga, yah, intinya Jaehyon sama sekali tidak mengerti apa yang dosennya katakan.

Sampai di kantin, Jaehyon hanya duduk sendiri di ujung ruangan sembari menatap anak-anak lain tertawa lalu melahap makan siang mereka, hal yang Jaehyon sesali adalah, kenapa ia tidak belajar satu atau dua kata bahasa Indonesia? Padahal sebelum keberangkatannya, ia punya banyak waktu untuk belajar setidaknya beberapa kosakata.

"Boleh aku duduk di sini?" tanya seseorang yang Jaehyon rasa pernah ia temui beberapa jam ke belakang.

"Ah, tentu." Jaehyon menjawab.

Cowok berkemeja putih itu duduk sembari memegang sebungkus roti dan kotak susu kesukannya. Lama Jaehyon menunggu, cowok itu belum juga bicara. Sampai akhirnya Jaehyon ingat kalau cowok di hadapannya berbicara dengan bahasa Korea.

"Permisi," kata Jaehyon dengan bahasa Korea. "Apakah tadi kau bicara dengan bahasa Korea?"

Pria itu mendongak kecil. "Iya, kenapa?"

Jaehyon tersenyum. "Ah, syukurlah. Aku jadi punya teman bicara."

Cowok itu hanya mengangguk. Dan kembali melahap roti yang hampir habis.

"Murid pindahan?" tanyanya tiba-tiba.

"Kurang lebih begitu," jawab Jaehyon. "Belum lama ini aku baru saja pindah."

"Kau juga murid pindahan?" Jaehyon bertanya penasaran. "Aksen bahasamu sangat fasih."

Cowok yang Jaehyon maksud adalah Adnan Pangestra. Murid Bahasa dan Budaya Korea. "Aku hanya belajar bagaimana caranya berbicara dengan baik dan benar."

Adnan selesai menyantap habis roti di tangannya, cowok dengan postur tubuh tinggi itu lantas berdiri. "Mau jalan-jalan? Sepertinya kau bosan."

Semangat bak tentara perang Jaehyon mengangguk. "Boleh!"

ⓝⓝⓝ

Universitas Bhimaraja ternyata lebih besar dari yang Jaehyon duga, ia sama sekali tidak pernah mengira kalau ternyata ada danau yang cukup luas terbentang di belakang gedung fakultas Ilmu Hukum, dekat perpustakaan pusat.

Adnan dan Jaehyon duduk di pinggir danau, di bawah pohon yang cukup besar.

"Di sini tempat yang tepat untuk belajar." Adnan buka suara. "Sama sekali tidak ada suara kalau kau ingin fokus menghapal atau membaca buku."

Jaehyon hanya mengangguk kecil.

"Omong-omong, kau mengambil jurusan apa?" Adnan bertanya penasaran.

"Fashion bussines," Jaehyon menjawab cepat.

Adnan hanya mengangguk kecil. "Nanti malam mau ikut aku?"

"Ke mana?"

"Pameran di Braga, besok hari jadi Bandung. Akan ada banyak yang bisa kita lihat nanti malam." Adnan memberikan penjelasan.

"Boleh." Jaehyon menjawab.

Adnan bangkit dari duduknya. "Kalau begitu nanti malam ya! Braga pukul 7 malam!"

NUMINOUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang