Waktu terus berjalan, setiap siswa sudah melihat hasil kerja kerasnya selama 3 Tahun terakhir ini.
Mereka berusaha dengan keras agar masuk ke falkutas bergengsi yang ada di kota maupun luarkota atau bahkan luar negeri.
Sama halnya dengan Yumna dan Arfan, namun meski begitu ada beberapa hal yang berbeda.Beberapa hal yang dirasakan mereka, namun belum dirasakan oleh siswa yang beranjak menjadi mahasiswa.
Ini sebuah impian, impian setiap orang.
Namun juga sebuah ujian hidup bagi Yumna dan terutama Arfan.Setelah lulus, mencapai nilai terbaik.
Melanjut kan ke dua jenjang yang sangat serius.Dua?.
Oh..., yang benar saja mereka sangat muda untuk melewati ini.
Dua jenjang sekaligus?
Yaitu, jenjang pernikahan, dan jenjang perguruan tinggi.Untuk seorang Arfan di pastikan ini adalah hal yang biasa.
Namun, bagaimana dengan Yumna?.
Tanpa di sadari dia lebih iklas dari gadis manapun yang dijodohkan setelah tamat SMA oleh orang tuanya.Tak ada masa perkenalan, bahkan bertegur sapa pun enggan.
Jadi mengapa mereka disatukan?.Arfan Hisyam.
Pewaris tunggal dari segala perusahaan milik Ayah nya.
Bagaimana dia menjalankan serta melanjutkan bisnis tersebut sedangkan dia belum lulus kuliah?.
Ayolah dia hanya seorang calon Mahasiswa sekarang, apa bisa diandalkan untuk mengambil alih semua perusahaan Ayahnya?.Ya...
Bahkan Arfan sudah berkecimbung dalam dunia bisnis Ayahnya sejak ia menginjak usia 14 tahun. Sangat muda.
Lalu mengapa harus bersusah payah kuliah jika kemampuan sudah di genggam?.
Ilmu tak pernah habis.
Terus mencari nya hingga jasad melebur bersama tanah.🍁
Sekarang, disini Arfan Hisyam duduk.
Menjabat tangan seorang laki-laki yang berbadan kekar walau diusianya sekarang.
Laki-laki itu pun berkata."Saya nikahkan dan kawin kan engkau dengan putri saya Yumna Anara Binti Umar Dianara dengan mas kawinnya berupa seperangkat alat shalat dan 25 mayam emas dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Yumna Anara Binti Umar Dianara dengan mas kawinnya berupa seperangkat alat shalat dan 25 mayam emas dibayar tunai." tegas Arfan yang mengucapkannya hanya dalam satu tarikan nafas.
"Sah?"
Kemudian semua saksi dan para tamu mengucapkan kata sah, saat itu pula Yumna keluar dari persembunyiannya, menampakkan sesosok gadis kecil yang sudah mulai beranjak dewasa, dalam langkahnya yang beriring tangis.
Ia menundukkan pandangannya seakan ragu menatap kearah depan.
Arah sang imam di rumah tangga nya kelak.Di pertengahan jalannya Yumna semakin memperdalam tundukannya.
Hingga...Cupp~
Kecupan singkat mendarat tepat di dahi nya, berhasil membuat nya mendongak kaget.
"Assalamualaikum pendamping ku." lalu tersenyum.
Dengan nafas yang memburu, serta tubuh yang bergetar hebat dengan segera Yumna meraih tangan laki-laki yang kini telah menjadi imamnya.
Di salaminya tangan itu, serta dikecup perlahan.
Arfan merasakan tangannya basah dengan air mata istrinya itu, hingga ia menarik Yumna dalam pelukannya dan perlahan tangis kesedihan dan kecemasaan itu berubah menjadi isak haru yang membahagiakan.🍁
Yumna duduk di tepi kasurnya.
Tapi ini berbeda, bukan di kamarnya, bukan di ruangan yang bernuansa kuning yang biasa ia tempati, tempat ini hanya bernuansa putih, namun lebih megah dari kamar kuning nya.
Yumna berada dirumah barunya bersama imamnya.
Perasaan sedih melanda saat tau ia harus tinggal di tempat yang berbeda dari kedua orang tuanya.Pintu kamar mandi perlahan terbuka menampakkan sosok tinggi yang hanya memakai celana selutut dan handuk yang di gantung di lehernya, menampakkan badannya.
Sontak dengan polosnya Yumna segera membelakangi laki-laki itu sembari menutup matanya tak lupa juga mengucap. "Astagfirullah." gumamnya namun bisa di dengar jelas oleh Arfan.
"Kenapa?." tanya Arfan bingung dengan sikap Yumna.
"Pakai baju dulu ntar di jelasin." masih menutup matanya.
"Setidaknya saya hanya menampakkan aurat pada istri saya, bukan orang lain."
Mendengar hal itu Yumna berbalik pada duduknya semula. "Lantas kenapa?, setiap orang ada masa kelamnya, saya memang mengumbar aurat, tapi saya juga berhak untuk bertaubat, jangan menusuk saya dengan kata-kata seperti itu, rasanya lebih menyakitkan." seraya beranjak hendak membuka pintu kamar berniat meninggalkan ruangan itu.
Namun, Arfan segera menarik tangan Yumna hingga tubuh nya berbalik menghadap nya. Entah sejak kapan gadis itu sudah terisak berat.
Untuk pertama kali nya Arfan merasakan hatinya di penuhi rasa bersalah yang teramat, dan rasa takut terus mengekang nya sekarang.
Mereka masih di tempat yang sama mematung, tanpa kata Yumna hanya semakin terisak, sedangkan Arfan hanya memandang tanpa mau menenangkannya, memeluk, mengecup atau lainnya, yang dilakukannya hanya memandang sendu wajah gadis itu.
"Le--lepaskan, hiks.. Hiks..."
Mendengar hal itu Arfan segera melepas genggamannya. "Maaf, saya gak bermaksud menyindir."
Yumna hanya semakin terisak dalam tundukannya mendengar ucapan Arfan.
"Saya perempuan yang jauh dari kata Soleha, tapi izin kan saya untuk mengejar surga saya, yang sekarang ada di kamu."
Perlahan tapi pasti Arfan mengangkat perlahan wajah gadis yang tertunduk lesu itu. "Sejak kapan Yumna Anara ngomong nya saya kamu?." Kata Arfan sambil terkekeh.
Candaan itu berhasil membuat Yumna tersenyum.
Dan memeluk Arfan..
.
.
.Ya Allah aku baper hiks :'(
Ada yang sama???Oh... Ya Alhamdullilah udah banyak yang baca, tapi yang vote nya masih dikit banget :'(
Ayo dong hargai yah...
Please vote dan comment nya yahh.InsyaAllah cerita nya bakal up pas udah nyampek target yah, target nya gk banyak dulu minimal 15 vote .
Salam ❤.
.
.
.ASSALAMUALAIKUM JANNAH❤.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jannah.
Romance⚠Dont copy all of my story⚠ Yumna Anara. Nakal, tebar pesona, tomboy, dan semua sifat buruk lainnya yang tak seharusnya ada pada seorang gadis, namun melekat erat pada si pembuat onar ini. Namun kenakalannya sepertinya harus usai. Kala Dia si murid...