8. About him

3.3K 226 12
                                    


Terimakasih.
Untuk sabar mu yang tak terbatas.
Untuk maaf mu yang berulang.
Serta untuk terus bertahan.
Aku terobsesi dengan segala tingkah mu.
Bahkan overdosis dengan senyum mu.
Tau tidak?.
Hati ini terus memendam.
Bukan tentang benci!.
Tapi...
Tentang segala hal yang belum berani ku sampaikan pada mu.
Aku menyukai segalanya tentang mu!.
Suara berat namun sangat lembut saat membujuk.
Mengalah dengan iklas tanpa membalas.
Tau tidak?.
Amarah ku selalu meluap saat senyum itu merekah indah tanpa terbesit kekesalan didalamnya.
Tangis ku pecah saat diabaikan.
Percaya tidak?.
Rasa ini tidak pernah berkurang.
Kurasa, malah terus bertambah disetiap detiknya.
Percayalah!.
Betapa merasa beruntung nya aku saat tau yang kucintai adalah seorang yang rela menangis saat ku abaikan.
Entah lah, aku terhanyut dalam segala kekaguman ku pada mu.

Terimakasih.

🍁

Sekiranya hanya pada lembar buku hariannya Yumna bisa menyampaikan segala perasaanya terhadap sosok Arfan.

Creeakk...

Pintu kamar terbuka menampakkan sesosok yang di tuliskan, dengan segera Yumna menutup buku nya rapat memasukkan nya kembali kedalam laci.

Masih dengan kekesalan yang sudah sedikit meredup karna kecupan serta bisikan singkat nan mematikan dari Yumna.

"Ehemm!!!." Arfan berdehem

Yumna merasa was-was saat mendengar suara Arfan.

Jantung nya berdetak sangat cepat!, hingga ia memejamkan matanya.

Segala tingkah Yumna tak luput sedikitpun dari mata Arfan. Ia terkekeh geli melihat gadis itu gugup setengah mati.

Degg...

Arfan mengelus pucuk kepala Yumna dan berkata. "Jangan diulangi lagi yah..." masih dengan kekehannya.

Entah apa yang gadis ini pikirkan ia langsung membentuk dua lengkungan ke arah bawah di bibirnya dan menangis seperti anak kecil.

Yumna takut.
Biasanya Abi akan sangat marah apabila di bohongi seperti Arfan, bahkan Abi pernah mengunci nya dikamar seharian penuh karena telat pulang kerumah.

"Maaf..." ucap Yumna sesugukan.

Arfan tak menjawab menahan amarah nya dan terus mengelus punggung gadis yang sekarang tengah didekap nya.

"Maaf..."

Masih tak ada yang menjawab.

"Kak ma--maaf!." Yumna sedikit berteriak.

"Sssts..., Udah Mas maafin."

"Kok Mas?." tanya Yumna dengan polosnya.

"Maaf, Mas sama Putri itu gak kenal, maaf karena Mas ngagetin kamu pas kamu mau nyentuh pipi Mas."

Yumna menggembungkan pipinya mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.

"Udah jangan gitu pipinya makin mbul!." seraya menoel pipi Yumna gemas.

"Manggil Mas aja, biar orang gak salah sangka sama status kita yah?." sambung Arfan yang kini sudah berbaring di kasur nya.

Jannah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang