10. Sah

3.6K 226 8
                                    

Vote sebelum membaca

🍁

Arfan melaju dengan kecepatan penuh menembus jalanan yang padat dengan segala aktivitas masyarakat.

Arfan membuka pintu mobil dengan gerakan terburu-buru. Matanya menatap laki-laki yang berdiri di depan sebuah mobil berwarna merah. Benak nya bertanya kemana wanitanya di bawa?. Apa laki-laki itu menggendong nya masuk kedalam mobil?. Bukan nya ia sudah memperingatinya untuk tidak menyentuh istrinya?.

"Brengsek!" Arfan mencekram erat kerah baju laki-laki yang belum di ketahui namanya itu.

Tak ada perlawanan dari laki-laki tersebut. Dia sadar sudah melanggar peringatan yang Arfan berikan.

Tapi di satu sisi dia berhak menyalahkan Arfan bukan?. Bagaimana bisa seorang suami membiarkan istrinya berkeliaran hingga pingsan dimalam hari?.

Namun, laki-laki itu tetap tak melawan atau pun membela diri.

"Dia kedinginan, demamnya tinggi, gak mungkin saya biarin dia tergeletak di aspal dingin. Belum lagi hidungnya mengelurkan darah."

Cengkraman Arfan perlahan melemah. Arfan membuka pintu mobil dengan pelan, menggendong Yumna keluar dari mobil orang yang bahkan tidak di kenalnya. Setelah memindahkan Yumna kedalam mobil miliknya Arfan kembali menghampiri laki-laki tersebut berniat ingin bertanya beberapa hal.

"Bagaimana kamu bisa tau nomor istri saya?."

"Saya Riyan. Senior nya di kampus. Sebelumnya kita juga pernah ketemu di restaurant."

Arfan mengingat. Hah... Mengingatnya hanya semakin membuat Arfan terbakar cemburu. Sebaiknya dia permisi saja sebelum terjadi baku hantam.

"Terimakasih. Saya permisi Assalamualaikum." 

"Tunggu!."

Arfan berbalik, menatap heran riyan.

"Apa status kalian?." tanya riyan dengan muka serius.

"Sah."

Hanya satu kata. Tapi mampu membungkam segala harapan riyan.

🍁

Arfan mengenggam tangan berselang infus tersebut. Hingga tak terasa mata nya sudah menutup sempurna menyusul Yumna.

Mereka berada di salah satu Rumah Sakit. Dokter menjelaskan bahwa adanya pemicu kembali ingatan buruk Yumna hingga membuat nya pusing bahkan hingga mimisan. Trauma Yumna termasuk golongan yang berat untuk dihilangkan.

Kelopak mata indah itu membuka dengan perlahan, merasakan hangat nya tangan kekar milik seseorang melilit di perut nya.

Yumna meringis kepalanya masih pusing walaupun tidak separah sebelumnya. Yumna mencoba mengingat apa yang terjadi padanya, namun semakin di coba semakin keras pula rasa sakit yang menderanya.

"Aww.." Yumna meringis menahan sakit yang teramat dikepalanya.

Hanya dengan suara ringisan nya saja Arfan terbangun dan segera menyadari bahwa yang ditunggunya sedari tadi sudah sadar.

"Sayang?. Kamu udah sadar, jangan banyak gerak, bentar yah aku panggil dokter."

Dengan cepat Yumna menahan tangan Arfan.

"Gak usah Kak. Aku gapapa."

"Panggil Mas." Arfan terdengar sedikit ketus.

"Iyah Mas..."

Jannah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang