19. Marahnya Arfan

3.6K 220 33
                                    


🍁

Vote sebelum Membaca.

        Akhirnya Yumna bisa kembali menghirup udara segar di lingkungan rumahnya. Hah... Suasana yang teramat sangat Yumna rindukan. Arfan mendorong masuk kursi roda Yumna dan berhenti tepat didepan tangga menuju kamar mereka.

Yumna mendongak. Menatap Arfan dengan tatapan yang tampak sendu sedih. Arfan semula tak paham dengan arti tatapan tersebut. Tak butuh waktu lama untuk mengerti setiap ekspresi tak tertebak yang di beri oleh Yumna. Ia pasti merasa akan menjadi beban untuk Arfan. Arfan membalas tatapan sendu Yumna dengan senyuman hangat miliknya.

Arfan menunduk, mendekatkan wajah nya pada Yumna yang masih setia mendongak. Arfan menyatukan hidung nya dan Yumna. Menggesekkan lembut ujung hidung satu sama lain. Yumna terkekeh geli dengan sikap manis Arfan.

"Jangan natap Mas gitu. Gemes tau!." dan mengecup cepat dahi Yumna, memeluknya erat dalam gendongan nya. Arfan benar-benar merindukan wanita nya. Baru setengah tangga Arfan sudah di kejut kan dengan kecupan yang Yumna berikan di pipinya.

Arghhh...

Runtuh sudah pertahanan diri Arfan. Ia harus segera menuntaskan segala rindunya pada Yumna. Sekarang!.

🍁


      Puas sudah Arfan membayar hutang rindu nya kepada Yumna. Dan sekarang mereka tengah duduk berdua menatap langit yang mulai kemerah-merahan di pinggir kolam. Arfan tampak tengah memegang sebuah mangkuk berisi bubur ayam.

"Aaa... Nih terakhir, terus kita masuk yah... Udah mau magrib." ucap Arfan sambil menyendok kan bubur ke dalam mulut Yumna.

"Bentar dong Mas. Masih mau main air." Yumna memohon sambil menyipratkan air ke arah Arfan.

Arfan geleng-geleng kepala di buatnya. "Kaki nya jangan sampai basah yah."

Yumna mengangguk. Rasanya ia rindu dengan sensasi kaki yang mengayun didalam kolam yang berbentuk persegi panjang itu.

"Yumna masuk sekarang yah?."

Tentu saja Yumna menggeleng sambil terus bermain air.

Arfan menghela nafas pelan, sungguh istrinya benar-benar susah di bujuk. "Tapi udah mau magrib sayang-ku..."

"Tapi--." belum sempat menyelesaikan ucapan nya, Yumna merasa tubuh nya melambung diudara. Ya, tidak lain dan tidak bukan Arfan lah pelaku nya.

"Gaada tapi-tapian sayang, udah magrih ga baik diluar. Banyak setan." lihat lah muka Arfan saat mengatakannya. Ia seperti seorang Ayah yang sedang menakuti putrinya, agar mau patuh dengan perintahnya. Tentu saja Yumna tidak percaya begitu saja.

"Mas boongkan?. Mana mungkin ada setan magrib-magrib. Yumna tuh bukan anak kecil tau!."

        Arfan menghela nafas nya pelan. Huh sudah yang keberapa kali ya?.

Arfan mendudukkan Yumna di sofa ruang tamu. Lalu beranjak pergi menuju dapur tanpa menghiraukan tuduhan yang Yumna todongkan barusan padanya. Tak lama Arfan kembali dengan sebuah handuk berukuran sedang di tangannya. Arfan berjongkok di depan Yumma, berniat mengelap kaki Yumna yang sedikit basah karena ulah nya sendiri.

Jannah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang