Benarkah Radit menyukainya?
Benarkah selama ini Radit melindunginya karena rasa suka? Entahlah, semuanya terjadi begitu cepat, membuat hatinya hancur berantakan seketika. Bella bahkan tidak tahu apa yang harus dia lakukan tadi malam. Apakah dia harus senang? Ataukah dia harus menghindar untuk menghargai perasaan Nick, kekasihnya?
Yang dia lakukan setelah mendengar pernyataan cinta dari Radit adalah kembali ke tempat tidur sambil memeluk Puhuphu.
Apapun yang mereka bicarakan, Bella tidak ingin tahu lebih lanjut. Itu—sedikit membuat goresan kecil di hatinya muncul, rasanya—sakit, terutama mendengar Radit yang begitu banyak berkorban untuknya.
"Kak Bella, kok udah lama nggak update?" tanya Kiran adik kelasnya.
"Aku padahal nungguin cerita Kak Bella terus."
Bella tidak menjawab, dia berjalan lurus dengan wajah datar tanpa memedulikan sekitar. Yang dia tahu, saat ini dia harus tiba di kelas dengan tenang.
"Aku suka boneka yang Kakak bawa, lucu," lanjut Kiran.
Saat itu juga Bella berhenti lalu memerhatikan boneka anjing yang tengah dia pegang saat ini. Matanya membulat sempurna, memperlihatkan betapa kagetnya Bella ketika dia menyadari kalau saat ini dia berada di lingkungan sekolah.
What the hell!
Wajah Bella memerah. Kenapa dia bisa segila ini sampai tidak sadar kalau Phuphu ikut bersamanya?
"Dia emang lucu," balas Bella sambil tersenyum lalu berlari secepat kilat menuju kelasnya dengan jantung yang berdebar kencang.
Apa yang harus dia lakukan? Bagaimana kalau semua orang melihat boneka yang dia bawa? Ya Tuhan. Kenapa harus di sekolah?
"Lo kenapa?" tanya suara yang dulu sangat sering mengganggu Bella juga suara yang sangat Bella rindukan sekarang.
Nick pun menatap boneka anjing yang berada di atas meja, "Lo... bawa boneka ke sekolah?" lanjut Nick sementara Bella hanya mengangguk pelan. Tidak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
"Bella, lo marah sama gue?" tanya Nick lalu duduk di samping Bella.
Di kelas belum ada siapa-siapa, Nick datang sepagi mungkin agar dia bisa bertemu dengan Bella terlebih dahulu sebelum Radit, ada beberapa hal yang harus dia luruskan pada cewek yang ada di hadapannya.
"Bella, lo denger gue kan?"
"Lo tahu kan, gue sayang sama lo? tanya Bella sambil mengeratkan tangannya pada Phuphu.
"Kenapa lo setega itu sama gue, Nick? Kita baru pacaran dan lo seenaknya jauhin gue, hindarin gue dan ciuman sama cewek lain. Apa nggak ada artinya perasaan gue buat lo? Apa lo pikir semua ini cuma permainan semata? Gue nggak tahu harus gimana sekarang, gue sayang sama lo dan gue nggak bisa beci sama lo!"
"Gue minta maaf, Bella."
Apa katanya? Minta maaf? Hanya itu?
"Terus mau lo sekarang gimana? Lo mau gue maafin lo meskipun lo udah sakitin gue? Lo mau gue terima lo lagi dan bersikap seolah nggak pernah terjadi apapun diantara kita, gitu?" tanya Bella menggebu.
Dia tidak habis pikir, Nick hanya meminta maaf sambil merunduk tanpa memikirkan perasaannya. Dia bahkan tidak tahu kalau Melissa adalah rubah jahat yang selalu pura-pura baik di depan semua orang. Melissa adalah cewek berwajah dua, kenapa harus dia?
Tapi... dibalik itu, kenapa Bella begitu lemah? Hatinya terus membendung sakit karena mengingat perlakuan Nick. Hatinya masih meradang menerima kenyataan kalau Nick, teman kecilnya, orang yang dia percaya sudah mempermainkan perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETIKA HUJAN MENANGIS [RAIN SERIES I]
Teen FictionUPDATE SETIAP HARI!! Isabella Queen, Seorang penulis terkenal yang tidak pernah tersenyum. Semua orang menyukai karyanya, tapi semua orang membenci sifatnya. Tidak ada yang mau berteman dengannya karena sifatnya yang angkuh, dingin dan tak tersentuh...