Hiduplah seperti kereta api,
tinggalkan yang tak perlu ditunggu,
tabrak yang menghalangi jalanmu.💟💟💟💟💟
''''''''''''°°°°°
"Thanks ya, Kal, udah mau bantuin gue," ucap Aurora sembari menyikat salah satu toilet yang pintunya sengaja ia buka agar bisa melihat kinerja Azkal.Sejak beberapa menit lalu gadis itu selalu merekahkan senyumnya melihat Azkal yang bekerja keras dan tulus untuk membantunya.
"Santai aja, itu kan udah tugas gue sebagai sahabat lo," balas Azkal sembari membersihkan washtafel dengan semangat.
Ashlyn tiba-tiba datang sambil berlari kemudian masuk ke dalam salah satu toilet untuk menutupi tangisannya dari Azkal dan Aurora.
Aurora yang panik melihat Ashlyn langsung mengetuk pintu toilet itu. "LO KENAPA, LYN? KELUAR, LYN! JANGAN BIKIN GUE KHAWATIR!"
Tak ada balasan dari gadis itu dan yang terdengar hanyalah suara deru tangisan nya memecah didalam sana.
"Gimana nih, Kal?" tanya Aurora bingung sembari memegang kepalanya.
"Gue coba dobrak pintunya ya."
Aurora mengangguk.
Brakkkkk
Akhirnya pintu itu terbuka hanya dengan sekali dorongan keras dari Azkal.
"ASHLYNNN." Aurora langsung memeluk sahabat nya.
"Lo gak apa-apa kan?" Ashlyn masih tak membuka suaranya.
"Ashlyn jawab, kenapa lo nangis?"
Gadis itu menggeleng masih enggan berbicara. Aurora membersihkan air mata di pipinya yang terus jatuh.
"Kita bawa Ashlyn ke kelas aja, biar dia lebih tenang," usul Azkal, Aurora mengangguk menyetujuinya.
Mereka membantu Ashlyn menuju kelas. Sesampainya di sana, terlihat Sheila yang raut wajahnya kian berubah saat melihat kedatangan Ashlyn.
Ashlyn lalu mengambil posisi disamping Sheila. "Lo kenapa?" tanya Sheila khawatir melihat mata kembarannya itu sembab seperti habis menangis.
Azkal menepuk pundak Aurora pelan, "Gue keluar ya." Aurora mengangguk dan membiarkan Azkal keluar darisana.
"Salsa?" Sheila mencoba menerka. Satu nama yang sejak tadi terlintas dibenaknya.
Namun Ashlyn menggeleng pelan. Berarti bukan mereka yang menjadi alasan mengapa Ashlyn menitihkan air matanya.
"Terus? Di ganguin sama Yuda?" terka Sheila lagi.
"Nggak, Shei."
"Cerita aja, Lyn, kita pasti bakal bantu lo," pinta Aurora.
Ashlyn perlahan mengangkat kepalanya menatap Sheila dan menggenggam tangan gadis itu, "Shei, sorry."
"Sorry? For what?" Sheila tak paham akan maksud kembarannya.
"Gue.. ditembak Yuda," lirih nya.
"Tapi gue beneran gak tau, Shei. Pokoknya lo tenang aja, sampai kapanpun gue gak akan terima dia," lanjut Ashlyn mengaskan.
Ingat kan? Saat Yuda membawa Ashlyn pergi dari kantin dan makanannya belum dibayar?
Yap, Yuda membawa Ashlyn ke lapangan basket indoor disekolah mereka untuk menyatakan cintanya. Namun sadar bahwa ia akan menyakiti kembarannya jika menerima Yuda, Ashlyn memilih untuk menolak cowok itu mentah-mentah. Bahkan ia membiarkan Yuda kebingungan tentang apa alasan Ashlyn menolak dirinya sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Dan Bumi [ END ] ✓ | REVISI
Novela Juvenil"Makasih ya, Kal. Setidaknya darah lo mengalir dalam tubuh gue." "Bay the way, gue juga suka sama lo. Denger gak?" ucap Aurora sembari menaburkan bunga mawar diatas tanah. °°°°° [ Disarankan untuk tidak dibaca terlebih dahulu saat masih dalam proses...