Vote Before Reading
And Leave the Comment PleaseEnjoy~
Sejak pagi, Fatur hanya menjaga Faya di rumah, bergilir dengan Naira. Ketika Naira kuliah maka Faya akan beralih pada Fatur.
Melihat jam dinding di ruang tengah, menunjukan pukul satu siang.
" Kita hitung sama-sama Faya, satu.. dua.. ti- "
" Assalamualaikum "
" -ga.. waalaikumsallam, tuh kan bener "Naira hanya menatap Fatur aneh dan berlanjut merebahkan diri di sofa setelah mencium tangan Fatur.
Melempar tasnya sembarang dan menutup matanya dengan posisi yang membuat Faya tersenyum.
Menghampiri Naira dan mengusap kepalanya sayang. Tersenyum menghadapi tingkah laku istrinya yang masih sama sejak awal.
*tap tap tap
" Fatur "
Baik Naira maupun Fatur terkejut melihat Yara yang secara tiba-tiba masuk ke dalam rumah tanpa salam dan tanpa ketuk pintu.
Melupakan etika bertamu ataupun memasuki rumah orang lain.
" Mau ngambil Faya? "
" gak.. aku tetep nitipin Faya sama kamu, kamu itu harus adil ya, kamu ayahnya ya kamu juga harus mau kebagian buat ngurus Faya.. "
" tunggu, bikin berita dari mana kamu aku ayahnya? "
" udah deh Fatur, gausah ngilangin fakta, emang kenyataannya kamu ayahnya.. jangan mentang-mentang sekarang kamu mapan, punya istri muda, yang sholeha kaya dia dan kamu lupain semuanya.. "
" nggk, tap- "
" udah, males aku debat sama kamu.. aku titip Faya di sini, aku bakalan jenguk Faya setiap dia ulang tahun, dan kamu istrinya Fatur.. saya titip Faya, jaga Faya sebaik-baiknya "Tanpa berkata apa-apa lagi dan tanpa merasa bersalah, atau bahkan tidak sedikitpun merasa rindu pada Faya yang tengah dipangku oleh Fatur, Yara pergi begitu saja.
Menyisakan Naira dengan tatapan kecewanya, Naira sudah malas memikirkan hal seperti ini tapi lagi-lagi Yara datang dan kembali mengingatkannya.
Dan apa yang Yara ucapkan padanya? menjenguk Faya setiap ulang tahun? itu artinya setiap tahun? lalu bagaimana Naira melupakan kejadian ini? itu saja yang ada di pikiran Naira sekarang.
" Mas, jadi dia setiap taun ke sini? "
" .... "
" mas.. seharusnya kamu bilang dari awal sebelum kita nikah, kamu harusnya bilang ke bunda kalo kamu punya pacar dan kalian punya bayi.. Bunda pasti seneng mas karena dia punya cucu, dan kamu gak akan nikah sama aku yang banyak permintaannya mas.. "
" kamu kok ngomong gitu sih dek? mas kan udah bilang Yara itu cuma temen mas, mas gak ada hubungan lebih sama Yara kok.. "
" Aku baru tau dari mas kalo ternyata temen bisa ngehasilin anak "Meninggalkan Fatur yang sama sekali tak membalas perkataan terakhirnya, membiarkan Fatur dengan Faya di pangkuannya.
Menutup pintu kamar dan duduk di tepi ranjang, menghembuskan nafas panjang berusaha untuk menjernihkan pikirannya.
Semenjak Yara masuk ke kehidupan mereka, otak Naira menjadi kalut dan campuraduk, tidak tau apa dulu yang harus dipikirkannya, semua opini masuk kedalam otaknya. Bahkan kepalanya sering pusing karenanya.
" Ternyata nikah itu gini "
Ia bermonolog, memijit pelipisnya dengan memejamkan matanya.
Berharap hanya dengan memijit pelipis, rasa pusing dan pikiran kalutnya setidaknya akan berkurang.
Meski pada kenyataannya tidak semudah itu.
Naira merebahkan dirinya di ranjang, menatap langit-langit kamar berwarna putih hingga ketidak sadaran merenggutnya.
*dukk
" Aduh! "
Naira meringis merasakan matanya seperti tertimpa atau terlempar sesuatu, mata kirinya berair, ia merubah dirinya kedalam posisi duduk.
Mengusap matanya yang berair dan melihat ke samping kirinya, mendapati Faya di sana yang ternyata tengah menendang tidak jelas.
Sejak kapan Faya di sana? pikirnya.
Berlanjut memangku Faya dan berpikir sejenak.
Melihat jam dinding yang menunjukan pukul 5 sore, itu artinya lebih dari tiga jam Naira tidur dan melupakan ibadahnya.
Naira berlanjut keluar kamar dengan memangku Faya, sedikit terkejut ketika mendapati di ruang tamu sudah ada ibu mertuanya yang tengah mengobrol dengan Fatur.
" Kenapa kamu gak pernah bilang sama bunda Fatur? yaallah.. "
" maaf bun, tapi semuanya salah paham "
" salah paham gimana sih nak hm? bunda gak pernah mendidik kamu untuk melakukan hal-hal yang di luar nalar.. dan ini? "
" nggk bun, Faya bukan anak Fatur.. Fatur berani sumpah kalo Faya bukan darah daging Fatur "
" bunda gamau denger kamu bawa-bawa nama allah, bunda gamau kamu makin salah dengan bawa-bawa nama Allah di kesalahan kamu, Ini kesalahan kamu Fatur bukan kesalahan Allah "
" tapi bun- "
" Fatur, selama ini kamu nafkahin Yara? "
" Nggk bunda, ya karena Yara cuma temen Fatur.. "Menuruni tangga secara perlahan dan menghampiri bundanya juga Fatur di ruang tamu.
" Assalamualaikum "
" Waalaikumsallam, Naira.. Bunda kangen sama Naira.. "
" Naira juga kangen Bunda "Ia mencium tangan Rahma dan memeluknya dengan tetap memangku Faya yang hanya mengemuti jempolnya.
Duduk di antara Rahma juga Fatur, enggan rasanya untuk ikut menimbrung di saat seperti ini.
Bahkan rasanya Naira hanya ingin pulang, berkumpul dengan kakaknya, Mamanya, Papanya dan iparnya.
Lebih baik kembali menjadi anak sekolah menengah saja, itu pemikiran Naira sekarang.
" Naira, kamu tau sesuatu kan? "
" tau apa? emangnya ada apa Bun? "
" Faya ini anak dari Fatur? "
" .... "
" Naira? "
" Naira gatau Bun, Naira gak bisa bilang iya ataupun nggk.. yang Yara bilang cuma titip Faya sama ayahnya, gantian ayahnya yang jaga Faya.. udah itu aja "Hening..
Baik Rahma, Fatur ataupun Naira tidak bicara sama sekali setelahnya. Terlebih lagi, Naira hanya menunduk sekarang.
Menimang Faya yang mulai menangis, mungkin karena lapar atau haus.
" Naira ke dapur dulu "
Ia berlanjut ke dapur, membuatkan sebotol kecil susu formula untuk Faya, memberikannya pada Faya dengan terus menimang Faya sampai bayi itu tertidur.
Memandang wajah manis Faya, pipi merona khas bayi, kulit putih bersih milik Faya yang lembut.
Sebenarnya Naira dapat mendengar percakapan antara Rahma juga Fatur dari sini.
*Tes
Matanya semakin memerah lepas airmata yang baru saja jatuh dari pelupuknya, bahunya bergetar, ia menahan tangisnya agar tidak pecah sekarang.
" Fatur, ini udah keterlaluan, kamu itu ngecewain Naira nak.. "
" kan Bunda yang minta aku buat nikahin Naira, bukan aku yang mau "
" Fatur.. kamu seharusnya bilang dari awal, kasian Naira.. dan sekarang, kamu juga harus nafkahin Yara "
" kenapa harus? istri aku kan Naira bukan Yara "
" Karena Yara ibu dari Faya yang pada hakikatnya bayi kamu juga.. "
" Nggk bun, Fatur gamau.. toh Faya bukan anak Fatur.. "Ingin rasanya Naira berteriak memisahkan ibu mertua juga suaminya itu, tapi apa daya? Naira pun belum begitu mengerti tentang masalah rana pernikahan seperti ini.
Yang bisa Naira lakukan hanya marah, merajuk, meminta dan menangis, tidak bisa rasanya Naira mentolerir kehadiran Yara meskipun Naira masih bisa merawat Faya.
........
Author mengucapkan
Selamat berpuasa~
Dilancarkan segala urusannya, terkecil sampai terbesar~
Banyak-banyak berdo'a, do'a orang berpuasa kan gampang terkabul~
Semua do'a juga terkabul, cuma perihal waktu aja~
Silakan tinggalkan jejak kawan
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah Dokter [TAHAP REVISI]
Romance[T E R B I T] [Beberapa part sudah dihapus] Dokter tampan, mapan, beriman, bertanggung jawab juga tahu diri harus menikah sama anak lulusan SMK yang dibilang baik iya, nurut iya, pintar iya, cita cita tinggi iya, manis iya, istriable juga iya tapi e...