Vote Before Reading
And Leave the Comment PleaseEnjoy~
Tubuh Naira yang terduduk lemas di kursi rodanya, menatap garis kuning yang diuntai oleh beberapa petugas polisi.
Wajah yang sangat merah, mata yang terus menangis, jasad Yara juga Fawwaz yang ditutupi oleh kain.
Melihat sekujur tubuh bayi mungil yang sebelumnya masih berwarna merah dan sekarang berubah menjadi biru dan pucat.
Juga darah yang menyelimuti tubuh mungilnya membuat hati Naira sangat sakit melihatnya, bayi yang seharusnya tengah ia susui sekarang.
Fatur yang terjongkok di samping kursi roda Naira dengan terus terisak, wajahnya sangat merah padam, Fatur benar-benar marah melihat ini semua.
" Fatur, Naira.. kita ke kamar rawat ya, biar dokter lain juga polisi yang urus ini "
Naira tak menjawab, tatapannya kosong meski terus menerus air mata mengalir di pipinya yang baru saja kembali tembam.
Daffa merangkul Fatur dengan meminta salah satu perawat untuk mendorong kursi roda Naira, wajah Fatur memucat dan tangannya mendingin.
Sampai di ruang rawat Naira, Fatur memindahkan Naira ke ranjang dan mengecup bibirnya sekilas. Memeluknya dan membasahi bahu Naira dengan air matanya.
Rasanya sangat mudah bagi semua orang untuk merenggut kebahagiaan Naira.
" maafin mas "
" Allah gak sayang Naira "
" sst, Allah sayang Naira "
" Tapi Allah terus terusan renggut kebahagiaan Naira! Harusnya Naira sekarang lagi meluk Fawwaz sambil nyusuin Fawwaz! bukan nyaksiin Fawwaz yang kaku penuh darah!! "
" Naira.. Naira hey.. "Menarik Naira semakin dalam ke pelukannya, menahan tangan Naira yang membanting apapun yang terpatri di sana.
Tangannya membengkak karena tak bisa diam.
Terus menangis membasahi kemeja yang Fatur pakai, rasanya air matanya akan segera mengering karena terlalu sering menangis.
Daffa yang melihatnya tak luput dari tangisan, ia menunduk sesekali menyeka air mata yang dengan lancangnya keluar begitu saja.
" Allah lebih sayang Fawwaz "
" Bahkan Fawwaz belum nyebut aku bunda mas.. "
" Ssttt.. "~Ana Uhibbuka Fillah Dokter~
Menuntun Naira masuk ke dalam rumah, Bunda juga Mamanya sudah menunggu di rumah, diantar oleh taxi hingga ke depan rumah.
Duduk di sofa menyandarkan kepalanya di bahu Fatur dan langsung dirangkulnya.
" Sayang, minum dulu nak "
" Naira gak haus Ma "
" Biar kamu lebih tenang Naira "Seharusnya, rumah ini menjadi gerbang awal datangnya Fawwaz, ranjang bayi yang sempat dibelikan oleh kakaknya terpatri di sana.
Peralatan bayi lainnya hingga pakaian bayi semuanya tersusun rapi di sudut ruangan, tak ada yang akan memakainya sekarang.
Hazel Naira beralih menatap Faya yang juga menatapnya polos, Sejak kejadian kemarin, Bundanya membawa Faya pulang karena khawatir Naira malah menumpahkan emosinya pada Faya.
Melihat wajah Faya saja langsung mengingatkannya pada sosok pembunuh yang dengan mudahnya merenggut nyawa putra pertamanya.
Tapi Naira tak menyalahkan Faya, Naira tak marah pada Faya, dan Naira tak akan menjahati Faya.
" Bunda Naira.. maafin Mama Yara ya "
" Bunda belum bisa maafin Mama kamu Faya "
" huh? "
" Bunda, gak mau kamu tumbuh seperti Mama kamu.. dan kamu jangan tumbuh seperti dia, kamu harus jadi orang baik, jangan pernah kamu jahatin orang lain walaupun cuma sekedar mencubit.. mengerti? "
" ... "
" Faya, sayang... sekarang Mamanya Faya itu Nunda Naira, ayahnya Faya itu Ayah Fatur, jadi Faya harus nurut sama Bunda sama ayah ya "
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah Dokter [TAHAP REVISI]
Romance[T E R B I T] [Beberapa part sudah dihapus] Dokter tampan, mapan, beriman, bertanggung jawab juga tahu diri harus menikah sama anak lulusan SMK yang dibilang baik iya, nurut iya, pintar iya, cita cita tinggi iya, manis iya, istriable juga iya tapi e...