[Special Chapter : 1]

17.3K 453 8
                                    

Vote Before Reading
And Leave the Comment Please

Enjoy~

‍‍‍‍*Srett!

Semua pasien yang ada dalam satu ruang itu melirik ke arah wanita yang baru saja membuka tirai kamar.

Sementara sang pelaku hanya mengerjap tanpa rasa bersalah telah menjeda waktu pemeriksaan dokter terhadap pasien.

" Obatnya jangan lupa diminum ya "

Usai tersenyum pada pasien terakhir yang ia periksa, Daffa berjalan dengan stetoskop di tangannya. Melewati wanita di hadapannya tanpa menyentuhnya barang hanya snelli yang menyentuh pakaian dinas wanita itu.

Sedikit tak peduli pada wanita di hadapannya yang membeku dengan wajah memerah.

" Dokter! "

Berlari menyusul Daffa dan menarik tangannya yang langsung dilepas oleh Daffa. Sebenarnya sedikit terkejut mendapat perlakuan demikian tapi segera sadar bahwa ia juga yang salah main sentuh sembarangan.

Menyender pada dinding dengan menghitung berkas di tangan, selagi menunggu wanita ini angkat suara.

" Maaf dok, saya perawat baru di sini. Katanya saya jadi anak didik dokter Sachio, dokter, dokter Sachio kan? "
" Siapa nama kamu? "
" Adzra Zoya Kalantha tapi dipanggil Zoya "
" Oh, antar ini ke ruangan saya, tau kan nama saya.. Permisi "

Usai memberi setumpuk berkas pada Zoya, Daffa berlalu begitu saja dari hadapan wanita yang kini tengah bingung.

Zoya pikir, dokter lelaki itu akan sama baiknya seperti pada pasien, tapi nyatanya di hari pertama bekerja ia malah dibanting dengan setumpuk berkas.

Setelah berlalu meninggalkan Zoya, Daffa membuka snelli kesayangannya dan melirik jam di pergelangan tangan kirinya.

" Sus! "
" Iya dok? "
" Sejak kapan ada perawat baru di sini? "
" Sejak... Tadi? "
" Kenapa harus saya yang jadi pembimbing dia? "
" Katanya, awalnya sama dokter Fatur.. Tapi dokter Faturnya lagi masa sibuk jadi dialih tangankan ke dokter Daffa "
" Oh, oke.. Makasih "
" Iya sama-sama "

Sebenarnya Daffa ini malas jika harus memiliki anak didik seorang wanita. Ya, bisa dikatakan sedikit trauma.

Iya.. Trauma atas kejadian yang menewaskan wanita yang dicintanya, yang juga pernah menjabat sebagai anak didiknya.

Tapi, ia juga tidak bisa menolak keinginan Fatur. Ya karena ia juga tahu seberapa sibuk Fatur akhir-akhir ini.

Usai berpikir cukup lama, Daffa berjalan berniat untuk kembali ke ruangannya. Langkahnya terhenti melihat Naira yang tengah berbincang ria di koridor.

Ini memang jam makan siang, tapi yang ia perhatikan bukan Naira melainkan Zoya yang beberapa menit lalu ia suruh untuk mengantarkan berkas ke ruangannya.

" Ekhem! Bukannya saya suruh kamu ke ruangan saya? "
" Eh iya dok, maaf tadi ada kecelakaan sedikit berkasnya jatoh "
" Maaf dok, karena aku jatohnya. Maaf ya "
" Yaudah, setelah menyimpan berkas di ruangan saya, saya tunggu di ruang anggrek III "

Memang seperti itu sikap Daffa pada wanita yang pertama kali ia temui, kekasihnya dulu juga diperlakukan sama seperti Zoya sekarang.

Bedanya, kekasihnya selalu menurut dan tak pernah menghilangkan senyum manisnya yang menghilangkan matanya.

Sangat bertolak belakang dengan Zoya yang-

" Ganteng ganteng jutek tuh dokter "

Ana Uhibbuka Fillah Dokter [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang