[Spesial Chapter : 5]

17.5K 462 37
                                    

Vote Before Reading
And Leave the Comment Please

Enjoy~

‍‍Kegiatan selama resepsi pernikahan di gedung mewah bernuansa gold itu membuat sepasang suami istri baru ini amat sangat mengeluh karena pegal di sana dan di sini.

Keduanya sampai di rumah Daffa, rumah berwarna monokrom hitam putih yang saat masuk sudah disambut oleh rak dari kaca yang berisi miniatur mobil atau motor antik ataupun lego-lego yang menjadi koleksi Daffa.

Sampai di kamar yang kini resmi menjadi kamar keduanya, langsung disambut oleh ranjang berwarna putih dan lukisan abstrak tepat di atas kepala ranjang. Beberapa piagam yang salah satunya menunjukan piagam penghargaan atas prestasi yang Daffa raih di bidang kedokteran, yang lainnya seperti menjuarai lomba matematika dan fisika dan lomba-lomba olahraga seperti lari cepat dan sepak bola.

Juga terdapat beberapa foto yang terpatri di meja kerja di samping komputernya, foto yang menunjukan lelaki muda yang tengah tersenyum memakai pakaian wisuda juga topi toga dan memegang ijazahnya. Sangat bahagia melihatnya.

" Dek "
" Eh? Iya dok- eh astaghfirullah lupa.. Iya eum- mas? "

Dengan jas yang Daffa letakan di atas ranjang, ia berjalan menghampiri Zoya yang tengah asik memperhatikan setiap penghargaan atau foto yang terpajang di sana.

Sebenarnya Zoya sangat bingung ia harus bagaimana, ia harus berbicara apa dan ia harus bersikap seperti apa pada suaminya ini.

Belum genap mereka menikah satu hari, tapi Zoya sudah bingung harus bagaimana. Terlebih ia takut sesuatu akan segera terjadi pada tubuhnya.

" Nanti foto kamu simpen di meja kerja ya, lusa kita renovasi. Ruang kerjanya kita pindahin ke kamar sebelah. Biar ini jadi kamar tidur aja "
" Iya "

Iya saja? Oh Tuhan Zoya benar-benar kehabisan kata untuk sekedar menjawab lebih panjang dari ini. Mungkin bagi beberapa kelompok wanita juga akan merasakan hal seperti ini ketika mereka baru pertama kali berada di satu kamar berdua dengan suami, maksudnya lelaki yang baru saja menjabat menjadi seorang suami. Suami yang jelas memiliki arti bebas melakukan apapun yang ia mau.

Ia benar-benar kaku dan beku sekarang, terlebih jantungnya semakin berdegup kencang kala melihat Daffa yang melepas kancing teratas kemejanya.

Apa ini saatnya? Seperti itulah pemikiran polos Zoya yang terlampau jauh sebenarnya. Jika positive thinking siapa tahu Daffa kegerahan atau akan mengganti pakaiannya bukan? Tidak semua lelaki yang membuka bajunya berarti akan melakukan hal yang iya-iya.

Walaupun memang mayoritas laki-laki seperti itu juga, sepertinya.

" Kamu dulu atau mas dulu? "
" Apanya? Belum siap deh mas eheh "
" Belum siap? Apa? "
" I-itu.. Kan? "
" Apa ayo? Mikir mesum ya ahahaha.. Maksudnya kamu dulu atau mas dulu yang mandi? Mas gerah ini.. Badan udah lengket.. "

*Blush!

Blush on yang mewarnai pipinya kalah dilawan oleh respon panas wajahnya kala mendengar jawaban Daffa apalagi diselingi dengan tawa jahil seperti itu. Jika saja ia tak malu, tak kaku dan tak canggung mungkin tangannya sudah mendarat mulus di permukaan pipi Daffa sebagai cap.

Daffa yang mendengar penuturan dari Zoya mengusak rambutnya hingga menghalangi sebagian wajah memerahnya. Meskipun Zoya adalah tipe wanita yang tidak suka rambutnya berantakan seperti ini, tapi ia tetap terdiam karena kondisi detak jantung yang masih berontak, ia menarik nafas dan menghembuskannya berusaha menetralkan detak jantung.

Kedua lengan Daffa terulur menarik Zoya ke dalam dekapannya, selama ini ia menahan rasa gemasnya untuk memeluk wanita ini, selama ini ia hanya bisa beristighfar ketika bayangan wajah Zoya muncul di pikirannya. Tapi sekarang Zoya sudah paten untuknya, Daffa sudah memiliki hak sepenuhnya atas Zoya.
Daffa sudah memiliki izin dan hak istimewa untuk melakukan apapun pada Zoya, ia sudah bisa menciumi wajah Zoya, mencubiti setiap inci kulit Zoya dan mengusak rambut Zoya sepuasnya, tur menikmati kecantikan istrinya meski itu dalam waktu 24/7.

Ana Uhibbuka Fillah Dokter [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang