After

13.3K 620 43
                                    

Vote Before Reading
And Leave the Comment Please

Enjoy~

Malamnya setelah semua anggota keluarga Fatur juga ayah Freya pulang, Fatur menghampiri Naira di kamarnya dan memintanya untuk turun sebentar.

Berakhir dengan Naira yang harus duduk bersandingan dengan Freya yang kini telah menjadi istri sah dari Fatur (Juga).

" Kan udah aku bilang, makannya kamutuh kalo aku bilang nikah sama aku ya sama aku, nurut kenapa sih. Begini kan jadinya, liat istri yang kamu banggain? Udah jelek, buluk gitu, sekarang gak bisa punya anak juga? Cacat dasar! "
" Freya.. Disini saya bukan mau membandingkan siapa yang lebih unggul dari kalian, karena sampai kapanpun Naira yang saya anggap sebagai istri. Saya tau saya jahat karena nerima kamu sebagai istri saya, tanpa munafik saya gak pernah sudi menganggap kamu sebagai istri saya, jangan berharap lebih "
" Kamutuh buta ya Fatur, punya istri cacat masih aja dibelain, padahal talak aja. Mati mati aja sekalian si buluk! "

Tangan Naira yang tertutupi hijabnya terkepal, matanya menangis tapi bibirnya diam tak ada sepatah katapun yang terucap.

Sekedar menatap Fatur pun tidak, ia hanya menatap lurus ke depannya seolah pintu lebih menarik untuk dipandang.

" Sekali lagi dengar saya baik-baik Freya, meskipun kamu anggap saya suami kamu yang tersayang sekalipun, sampai mati saya gaakan pernah anggap kamu istri saya. Hak saya disini adalah memiliki keturunan, setelah anak saya lahir nanti dari rahim kamu, saya akan langsung cerai-kan kamu. Saya harap secepatnya "
" Oh gitu? Ayah kamu kan gak suka sama Naira, sukanya sama aku. Jadi pasti ayah bela aku. "
" Terserah. "

Seolah tak takut dan bahkan tak peduli pada apa yang Fatur katakan, Freya hanya memainkan kuku yang ia poles berwarna merah muda dan mengerucutkan bibirnya.

Tak sedikitpun merasa terusik oleh kata kata Fatur yang mengintimidasinya.

" Jadi kapan mau bikin anak? Yaudahlah lama, sekarang aja. "

Tanpa rasa malunya, Freya menggandeng lengan Fatur di hadapan Naira langsung yang membuat Naira meliriknya namun kembali mengalihkan pandangannya.

" Dek- "
" Terserah mas! "

Hati istri mana yang tak tersakiti melihat suaminya yang selalu ia banggakan dan ia anggap segalanya ternyata seperti ini?

Meski memang Fatur terus membelanya tetap saja dihadapannya sekarang bukan hanya satu istri dan Fatur tak hanya menggauli satu wanita sekarang.

Dunia memang tak pernah adil.

~Ana Uhibbuka Fillah Dokter~

" Assalamualaikum "
" Bunda!! "

Dengan langkah kecilnya Faya berlari dan memeluk kaki Naira yang baru saja sampai diambang pintu rumah mamanya.

Tempat yang beberapa hari kebelakang dijadikan tempat penitipan Faya.

Balas memeluk Faya dan memangkunya, dengan gemasnya Faya mengecup ujung hidung Naira begitupun sebaliknya.

" Faya makin berat aja, banyak makan di sini ya "
" Nenek kasih Faya banyak nasi "
" Oh ya? Wah bagus kalo gitu. Faya main sama siapa di sini? "
" Zara "
" Mm.. Nenek mana? "
" Dapur "

Berlanjut ke dapur seperti apa yang Faya katakan, memang benar mamanya ada di sana, bergelut dengan panci kecil yang menyeruakkan wangi rempah rempah di seluruh ruangan rumah.

Dengan penasaran, Naira menghampiri Mamanya dan mengintip apa yang dimasaknya, lupa jika Faya masih di pangkuannya.

" Boom! "
" Astaghfirullah! Eh! Naira Ya Allah! Kamu mau bikin Mama jantungan? Papa kamu belum pulang masa Mama udah meninggal duluan di sini? "
" Hush! Mama ngomongnya kemana aja "
" Kenapa ke sini hm? Kamu kan baru pulang dari rumah sakit. Istirahat di rumah, ngambil cuti sakit kan? Faturmu ke mana emangnya? Kerja? "
" Hemm.. Kerja di rumah "

Ana Uhibbuka Fillah Dokter [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang