Vote Before Reading
And Leave the Comment PleaseEnjoy~
Perlahan kedua mata itu terbuka, memfokuskan pandangan kaburnya dan berusaha menerima dan mengatur cahaya yang menusuk indera penglihatannya.
Bagian tubuh bawahnya terasa kaku dan sulit untuk digerakkan, melirik sampingnya mendapati sang suami yang tengah tidur dengan terus menggenggam tangannya.
" Mas, bangun mas.. Aku haus "
" Yaallah dek, udah bangun? Ini ini minum, alhamdulillah sayang.. "Meneguk air dengan sedotan dan merasa lega karena akhirnya kerongkongannya bisa merasakan terbanjiri air.
" Mas, badan aku kaku "
" Iya dek, pengaruh anestesi.. "
" Anestesi? "
" Maaf dek, kamu boleh marah sama mas karena keputusan mas.. Mas putusin buat pertahanin kamu, dan bayi kita- "
" Meninggal? "
" Dia sempet nangis beberapa detik dan akhirnya meninggal karena pernafasan yang gak maksimal bahkan jauh dari maksimal.. "Memalingkan wajahnya menatap tembok polos berwarna putih, matanya kembali menangis.
Kecewa itu pasti, tapi ia sama sekali tak menyalahkan Fatur, ia mengerti bagaimana posisi Fatur saat harus dihadapkan dua pilihan seperti ini.
" Sabar dek, mas juga kecewa tapi mas bingung, mas gamau kehilangan kamu "
" Iya mas, tapi mas harus punya anak "
" Hm? "
" Sama Freya "Berat rasa hati Naira untuk merelakan Fatur menikah dengan wanita lain terlebih ialah wanita yang acap kali berdebat dengannya.
Apa jadinya rumahnya nanti jika mereka disatukan?
" Dek, mas gak bisa lakuin itu sama kamu.. Yang jelas-jelas nyakitin kamu, mas terlalu sering nyakitin kamu dek. Mas gamau nambah nyakitin kamu dengan cara kaya gini, kita masih bisa berusaha kan "
" Berusaha apa lagi mas? Aku gamau kamu terus-terusan hidup menderita sama aku yang sekarang bahkan sakit-sakitan, aku gak bisa lagi kasih kamu keturunan. Impian kita itu udah pupus mas, kita gaakan liat putra putri kita sampe mereka wisuda dan menikah, beda hal nya kalo kamu menikah sama Freya, dia bisa kasih kamu keturunan berapapun kamu mau "
" Mas gak peduli! Mas gamau menikah sama wanita lain! Mas maunya kamu sayang.. "
" Jangan keras kepala mas, aku mau ada yang jagain kamu kalo seandainya aku pergi, aku gamau kalo kita tua nanti, gaada yang rawat kamu.. "
" Kamu ngomong apa sih dek? Kamu yang bakalan selalu ada buat mas.. "Melirik jam dinding di kamar rawatnya, menunjukan pukul sembilan malam lewat, hanya lelehan air mata, isakan dan mungkin suara detik jam yang menemani mereka.
Menerima kenyataan pahit karena harapan yang pupus, harapan untuk menimang bayi dan menyaksikan pertumbuhan juga perkembangannya.
Lagi-lagi merasa gagal menjadi orang tua.
" Assalamualaikum "
" Waalaikumsallam "
" Sudah Ayah bilang kan, setelah ini kalo kamu masih kekeh mau pertahankan Naira, menikah dengan Freya "
" Ayah, bisa gak jangan bicarain itu di sini? Naira lagi sakit.. "
" Ayah yang atur kapan tanggal pernikahan kalian, setuju atau enggak Ayah gak peduli.. Intinya kamu harus menikah sama Freya, secepatnya.. Gak usah ada resepsi, cukup ijab qobul dan sah "Sempat menatap Naira dan pergi begitu saja dari kamar rawat Naira tanpa ucapan cepat sembuh atau lain sebagainya.
Naira tak menceritakan sikap kasar Ayah mertuanya pada kedua orang tuanya, dengan alibi Naira tak mau menghilangkan segala kebaikan Ayah mertuanya hanya karena satu kesalahan.
Wajar saja Ayahnya marah, karena selama tiga tahun ini Naira tak juga memberinya cucu, dan Naira menyesali itu.
Terlebih Ayahnya yang menyaksikan ketika Luqman mengantarnya pulang hingga depan pintu rumah yang pasti menimbulkan kesalah pahaman juga Fitnah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Uhibbuka Fillah Dokter [TAHAP REVISI]
Romance[T E R B I T] [Beberapa part sudah dihapus] Dokter tampan, mapan, beriman, bertanggung jawab juga tahu diri harus menikah sama anak lulusan SMK yang dibilang baik iya, nurut iya, pintar iya, cita cita tinggi iya, manis iya, istriable juga iya tapi e...