10). Nenek tak berwujud

560 62 4
                                    

Tak bisa dilihat, tak bisa diraba, tak bisa di dengar, tak punya aroma sembunyi dibalik bintang dan dibawah bukit. Lubang-lubang kosong diisinya sedikit-sedikit. Datang lebih dulu, tapi mengikuti dibelakang. Mengakhiri hidup, membunuh tawa riang*. Ada yang tahu, apa itu?

Kegelapan!

Ya! Itulah yang Alesha rasakan saat sebelum ia melarikan diri dari keluarganya. Setiap harinya diisi dengan tangisan, teriakan, kesakitan, ketakutan. Kegelapan mengambil semua yang gadis itu miliki. Adakah yang membantunya? Tidak ada. Bahkan hanya untuk menemani malamnya yang dingin. Entah mengapa, tidak ada cahaya yang ingin mendekatinya. Seolah-olah mereka takut mendekati gadis malang itu.

Semua itu, Alesha ingin melupakan semua kenangan menyakitkan itu dari hati dan pikirannya. Sudah cukup terluka, ia ingin menjalani hidup bebas tanpa ada tekanan dari siapapun. Tak ada lagi tangisan, teriakan ketakutan. Ia ingin hidupnya hanyalah diisi dengan tawa riang, senyuman, dan hal-hal indah yang lainnya.

Di dunia ini, orang yang paling Alesha percaya hanyalah Carly dan Keluarganya. Tak ada orang sebaik mereka menurutnya. Carly dan Keluarganya tahu masalah yang dihadapi olehnya. Mereka adalah orang yang siap menerima Alesha dengan tangan terbuka, bahkan mereka siap melindungi Alesha jika keluarga gadis itu datang mencarinya dan menyiksanya lagi.

Berpergian ke luar negeri adalah salah satu alasan Alesha untuk menghindari keluarganya. Ia adalah seorang buronan bagi keluarganya. Mereka memanfaatkan Alesha untuk menghasilkan uang. Tubuhnya, otaknya yang cerdas, bahkan organ tubuhnya. Alesha sangat bersyukur saat sebelum semua itu direnggut darinya, ia bisa melarikan diri. 

Sekarang, kepercayaan itu telah ia berikan lagi kepada keluarga Sehun. Ia sangat nyaman dengan segala kasih sayang, cinta, perhatian yang diberikan keluarga itu. Bahkan pria itu mampu membuatnya merasa sangat spesial. Tak pernah ia rasakan hal seperti itu sejak 7 tahun lalu.

Perlahan-lahan, Alesha mencoba memberikan hatinya kepada Sehun. Ia yakin bahwa bisikan yang pernah ia dengar di laut waktu itu adalah benar. Sehun adalah orangnya. Seseorang yang akan membuatnya bahagia.

"Perlahan namun pasti, aku akan mencintaimu!"

🤗

"Maaf, membuatmu menunggu lama!" seru Sehun saat baru saja sampai setelah pergi ke kamar mandi untuk buang air.

"Tidak masalah!" ucap Alesha sambil tersenyum tipis.

Sore ini, Sehun mengajak gadis itu itu untuk bertemu seseorang. Entah, ia tidak bisa juga mengatakan seseorang karena suatu alasan bahwa subjek itu tidak bisa di katakan sebagai seseorang. Neneknya yang tak berwujud, Naytiri.

Melewati jalan setapak, padang bunga dandelion, jalan bebatuan dan akhirnya mereka sampai di sebuah sungai besar dengan air terjun yang sangat deras. Gemercik air terjun yang jatuh menyentuh bebatuan di bawahnya terdengar merdu ditelinga Alesha. Sungguh nyaman.

"Nenek, aku datang!" seru Sehun berteriak.

"Dengan kekasihku!" sambungnya membuat Alesha mendelik dan berdecak tidak suka.

"Apa? Kau kan memang kekasih ku!" ujarnya mencoba menjelaskan pada Alesha bahwa ucapanya memang benar.

"Apa nenek mu tinggal disini?" tanya Alesha sambil bermain air di pinggir sungai.

"Ya! Dan kau pasti terkejut saat melihatnya! Ku peringatan kau, jangan pingsan. Perjalanan dari rumahku ke sini itu jauh, mengendongmu bukanlah hal yang mudah. Kecil-kecil begitu kau berat juga tahu. Terakhir kali aku menggendong mu, lenganku terkilir." seru Sehun memperingati Alesha.

Yang di beritahu hanya cengengesan tanpa minat. "Itu urusanmu. Kau kan menyukai gadis ini!" kata Alesha sambil tersenyum jail.

Ingin sekali rasanya Sehun mencubit pipi gadis itu. Alesha selalu saja menguji kesabarannya.

Alesha jatuh terduduk saat tiba-tiba saja air sungai itu menyurut. Matanya beralih ke arah air terjun. Di sana semua air berkumpul menjadi satu membentuk sebuah wujud wanita yang sangat besar.

Alesha berteriak ketakutan lalu berlari berlindung di belakang punggung Sehun.

"Jangan pingsan! Dia nenekku!" kata Sehun hampir tertawa dengan ekspresi ketakutan Alesha yang menurutnya sangat lucu.

Gumpalan air yang berwujud wanita besar itu, bergerak berjalan mendekati Sehun dan Alesha.

"Kalian datang!" sebuah suara menyapa mereka.

Deg!

Alesha mengenal suara itu. Suara yang berbisik di laut. Sehun menariknya untuk keluar dan tidak bersembunyi dibalik punggungnya.

"Lihatlah bukankah dia sangat cantik! Mateku!" kata Sehun seraya merangkul Alesha.

Gadis itu masih takut untuk menatap ke arah Naytiri. Ia membelalakkan mata saat gumpalan air bertumpuk di kepalanya lalu pecah dan membasahi rambut dan tubuhnya.

"Hei!" serunya kesal.

Sehun dan Neneknya hanya tertawa geli.

"Kau sangat cantik! Terima kasih telah datang untuk cucuku!" seru Naytiri sambil tersenyum.

Alesha balas tersenyum. Sebenarnya, menurut Alesha Naytiri tidak bisa dikatakan tidak berwujud. Dia memiliki wujud. Walaupun itu hanya air dalam bentuk wanita. Itu wujud bukan!

Obrolan ringan antara mereka terus berlangsung. Alesha mulai berani berbicara bahkan sekarang dia sudah bercerita tentang semua gombalan Sehun saat mereka belum berada di El Villa Merida. Sehun tak mau kalah, ia bercerita tentang betapa dinginnya Alesha dulu.

"Tapi aku meluluhkannya dengan ciuman!" tambah Sehun tidak ada benarnya.

Alesha menyipratkan air ke wajah Sehun. "Sejak kapan? Kau mengada-ngada!" serunya tak terima.

"Kau tidak ingat, kita dulu pernah berciuman mesra di Padang bunga ...!" Sehun tambah mengada-ngada.

Berciuman mesra di mana? Adanya bertengkar terus setiap hari!

Sehun meninggalkan Alesha sebentar untuk ke hutan. Tinggal gadis itu sendiri bersama neneknya.

"Apa anda yang berbisik di laut waktu itu!" tanya Alesha hati-hati. Ia benar-benar penasaran akan hal itu.

"Menurutmu?"

"Anda!"

"Ok! Rahasiakan hal itu dari Sehun. Kau tahu dia bisa besar kepala!" kata Naytiri sambil terkekeh.

"Dari mana anda tahu jika cucumu adalah pria yang tepat? Anda bisa melihat masa depan?" tebak Alesha.

"Tidak sayang! Aku hanya bisa meramalkan tentang kehidupanmu tapi tidak dengan masa depanmu!" kata Naytiri

Sehun datang lalu segera menarik Alesha untuk pergi karena hari semakin gelap.

"Malam ini ada pesta. Aku harap kau bisa datang nek!" seru Sehun.

"Akan ku usahakan, sayang!"

"Bolehkah aku datang menemuimu lain waktu?" tanya Alesha.

"Tentu! Dengan senang hati aku akan menerimamu!"

"Baiklah, kami pergi! Dah nek!" seru Sehun lalu melangkah pergi sambil menarik tangan Alesha.

Gadis itu melambai pada Naytiri sambil tersenyum.
"Aku menunggumu untuk pertemuan kita yang selanjutnya!" sebuah bisikan ditelinga Alesha.

Ia hanya mengangguk melihat Naytiri. Gumpalan air itu kembali seperti semula bersamaan dengan hilangnya nenek Sehun yang tak berwujud, Naytiri.

😎😎😎

*Kegelapan = Teka-teki dalam film The Hobbit

See you next part!!! Don't forget to vote and comment 😊

My Boyfriend Is Werewolf | Sehun (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang