17). Rindu ini menyiksa

445 53 16
                                    

Happy reading 😘

💮💮💮💮

Vannozza berjalan pelan seraya membawa segelas kopi ke kamar Sehun. Sejak kepulangan Sehun 3 hari yang lalu dari Korea dia belum sempat melihat keadaan putranya tersebut. Tidak perlu penjelasan, Vannozza tahu apa yang terjadi. Ia tidak bisa menyalahkan Alesha, itu keputusannya. Dia ingin setia pada suaminya.

Tok, tok, tok!

Vannozza mengetuk pintu. Tak ada jawaban. Ia membuka pintu tersebut perlahan. Matanya menangkap sosok putranya sedang duduk  di tepi jendela sambil memandang langit.

Vannozza melangkah mendekat, "Ryan, Ibu membawakan mu ...."

"Aku sibuk Bu, tidak ada waktu untuk minum kopi!" potong Sehun dingin. Ia melangkah pergi meninggalkan Ibunya tanpa menoleh.

Vannozza menghela napas panjang. Ia tahu, Sehun sangat sakit atas keputusan Alesha. Sehun marah, mengapa Alesha tidak memilihnya. Tapi dirinya juga tidak bisa memaksakan kehendak. Alesha tidak ingin bersamanya, jika ia memaksa maka akan semakin sakit untuknya.

Sehun lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja akhir-akhir ini. Membantu semua urusan Pack dan pekerjaan kantor Ayahnya. Ia juga terlihat sangat dingin sekarang. Tidak ada senyuman bahkan gombalan yang sering ia lakukan untuk menyapa orang-orang rumah.

Alpha Leo merasa kasihan pada putranya. Karena terlalu sibuk mengurus pekerjaan, Sehun terlihat tidak terurus. Ia terlihat semakin kurus. Matanya sayu dengan lingkaran hitam dibawahnya. Tak pernah ia melihat Sehun seperti itu.

"Apa yang bisa kami lakukan untuk mu, sayang?"

💮💮💮💮

Rasanya hanya ada selembar roh yang membuat Alesha tetap hidup. Segala semangat melayang begitu saja meninggalkan raga.

Ingatannya kembali terlempar pada kejadian di rumah sakit beberapa hari yang lalu. Saat ia menemui Sehun. Mengatakan jika dirinya tidak mencintai pria itu lagi. Sebuah kebohongan besar yang pernah ia lakukan seumur hidupnya.

Alesha menghela nafas berat. Ia tekan dadanya kuat agar sakit itu menguap. Ingin dirinya melupakan semuanya dan menganggapnya sebagai mimpi. Namun gagal. Berkali-kali wajah Sehun terus membayangi benaknya.

Bahkan hari ini air mata kembali jatuh untuk pria itu. Ia kembali merindukan Sehun.

Di genggamnya erat patung kayu yang pernah ia beli dulu di Pameran bersama Carly dan Emma. Tak ada kesempatan untuk memberikannya pada Sehun.

Alesha membuka album foto miliknya, terpampang jelas fotonya bersama Sehun di setiap lembarnya. Foto yang diambil saat mereka berdua berada di Chili. Senyuman manisnya, tawa lepasnya bersama pria itu. Entah kapan, semua itu bisa terulang.

Ia tersentak kaget saat Devian tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya tanpa Izin. Alesha dengan cepat menyembunyikan album foto dan patung kayu itu di belakang panggungnya dan menghapus air matanya dengan punggung tangannya.

"Apa yang sedang kau lihat?" tanya Devian dengan tatapan penuh curiga.

"Tidak ada!" jawab Alesha terbata.

Sungguh, Alesha benar-benar takut berada di dekat Devian. Badannya selalu gemetaran merespon ketakutan yang ia rasakan jika berada di dekat pria itu. Dan hal itu biasanya memancing emosi Devian. Alesha harus bisa mengontrol ketakutannya, agar Devian tidak selalu memukulnya. Ia mencoba tersenyum dan bersikap biasa di depan pria itu walau kenyataannya sangat susah untuk melakukan hal itu.

"Apa yang kau sembunyikan di belakang panggungmu?" tanya Devian lagi.

"Tidak ada!" jawab Alesha semakin gugup.

My Boyfriend Is Werewolf | Sehun (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang