8

30.6K 6.9K 1.9K
                                    

"Hiks hiks hiks."

Jisung dan Felix saling pandang. Keduanya serentak bergidik ngeri sembari menoleh ke sebuah pohon besar yang ada di samping kanan Jisung.

"Hiks hiks, s-sakit."

"S-Sung, lo denger, kan?" Sambil mengusap tengkuk lehernya karena merinding, Felix bertanya pada Jisung yang terdiam kaku seraya mendengarkan suara bisikan yang mirip seperti tangisan tersebut dengan seksama.

"Hiks hiks, tolong."

"Siapa kamu?" Tanya Jisung dengan lantang, kepada siapapun yang berada di balik pohon.

Selama beberapa saat keheningan melanda mereka. Felix yang merasakan hawa disana semakin nggak enak, menarik Jisung untuk pergi.

Namun Jisung menolak, dia ingin tahu siapa atau sosok apa yang menakuti mereka malam-malam.

Dengan segenap keberanian, Jisung melangkahkan kakinya maju, menuju siapa yang ada di balik pohon.

Semakin dekat, jantungnya semakin berdegup kencang. Jisung meneguk salivanya takut ketika melihat sosok perempuan sedang menangis.

Sosok perempuan tersebut memeluk kedua lututnya yang ditekuk dan menyembunyikan wajahnya dengan rambut panjangnya yang terurai bebas.

Angin malam berhembus pelan, membuat hawa disana semakin nggak enak. Lampu jalan mendadak mati nyala mati nyala, disusul berhentinya tangis sosok tersebut.

"F-Felix, la-lari," perintah Jisung gemeteran seraya melangkah mundur.

Belum sempat mereka berlari pergi, sosok perempuan tersebut menolehkan kepalanya.

Ia menoleh dengan kaku dengan suara patahan tulang yang mengilukan telinga. Angin yang berhembus menerpa rambutnya dan membuat wajahnya terlihat jelas.

Seketika, Felix membelalakan matanya terkejut.

"Dia setan yang mau nyawa gue tadi, Sung!"

"Kebetulan, kamu ada disini, Han Jisung. Hihihi."

Setan tersebut terkikik dengan suara yang melengking. Kepalanya berputar 360° dengan cepat.

Dia tertawa senang melihat Felix dan Jisung yang ketakutan. Begitu kepalanya sudah kembali menghadap ke depan, dia terbang dengan cepat ke arah Jisung dan masuk ke dalam tubuhnya.

Dengan nafas tertahan, Felix melangkah mundur ketika Jisung berbalik menatapnya. Kedua matanya berwarna putih, tangannya bergerak menunjuk Felix.

"Sebelum saya ambil nyawa teman kamu, saya ambil nyawa kamu juga, ya. Hihihi!"

"ARGH!"




















































Minho menegakkan badannya terkejut ketika telinganya tak sengaja menangkap suara teriakan seseorang. Chan yang berada di sampingnya ikut terkejut.

Mereka berdua saling pandang, antara ragu dan takut kesana.

"L-lo denger, kan?" Tanya Minho yang dibalas anggukan oleh Chan.

"G-gue tau itu suara siapa," lanjut Minho. "Teriakan itu adalah teriakannya Felix, temennya Jisung," lanjutnya lagi.

"Kita harus kesana, jangan-jangan mereka dibegal." Chan segera naik ke motornya, begitu juga dengan Minho.

Motor mereka lajukan dengan kecepatan tinggi memecah keheningan malam.

Minho yakin telah terjadi sesuatu. Kenapa dia bisa yakin? Karena dia baru saja mengalaminya beberapa menit yang lalu sebelum Chan datang dan menolongnya.

Iya, dia juga dirasuki setan perempuan itu.

Setan tersebut merasuki Minho ada alasannya. Minho itu sama seperti Jisung. Dia mempunyai jiwa yang kuat, setan manapun yang memakannya akan mendapat kekuatan yang besar.

Sebenarnya, Minho tahu kalau ada yang sengaja mengirim setan-setan tersebut untuk mengganggu Jisung. Tapi dia memilih untuk tutup mulut karena merasa itu bukan urusannya.

Sekarang kan Jisung adalah mantan temannya, bukan temannya lagi. Tapi melihat kondisi yang semakin memburuk, Minho nggak boleh diam saja. Dia harus membantu Jisung.

"Minho, awas!"

Mendengar teriakan Chan, lamunan Minho langsung buyar, disertai suara klakson dan cahaya lampu yang menyilaukan mata.

"AAAAA!" Minho kehilangan keseimbangannya, tubuhnya langsung jatuh berguling di aspal.

Tubuhnya terus berguling, sampai akhirnya dia berhenti ketika kepalanya menghantam trotoar jalan.

Chan terbelalak terkejut, dia segera menekan rem motornya dan berhenti. Sambil melepas helmnya, Chan berlari panik menghampiri Minho yang tengah mengerang sambil memegangi tangan kanannya.

"Astaga, Minho lo gak apa-apa, kan?" Tanya Chan panik sembari melepas helm yang dipakai Minho. Dia terkejut melihat helm full face Minho yang ternyata pecah.

Minho memegangi kepalanya yang terasa sakit dan berputar-putar. Mulutnya terus mengeluarkan erangan kesakitan.

Chan meringis ketika melihat Minho kesulitan menggerakan kakinya. Sepertinya terkilir.

"Ayo ke rumah sakit," titah Chan seraya melingkarkan tangan Minho ke pundaknya dan membantunya berdiri.

Melihat ada mobil yang berhenti tak jauh dari mereka, amarah Chan langsung naik ke ubun-ubun.

Perlahan dia mendudukkan Minho kembali di aspal, setelah itu dia melangkahkan kakinya lebar-lebar menghampiri mobil tersebut.

"Woi, turun lo! Turun atau gue bakal laporin lo ke polisi!" Teriaknya marah sambil mengetuk-ngetuk kaca mobil dengan brutal.

Beberapa saat kemudian, pintu mobil terbuka. Dari dalam, keluarlah Hyunjin dengan tatapan bersalahnya.

"M-maaf, Kak Chan."

Chan membulatkan matanya. "Lo lagi lo lagi! Udah berapa kali gue bilang, jangan nyetir mobil malem-malem! Lo liat kan, temen gue hampir ketabrak!" Bentaknya marah.

Lalu, dari dalam keluarlah Seungmin dan Jeongin. Mereka berdua menundukkan kepalanya takut melihat Chan yang dalam mode seramnya.

"Lo bawa penumpang?! Gila lo, kalo bawa penumpang jangan ngebut-ngebut! Untung mereka gak celaka!" Bentak Chan lagi.

"K-Kak Chan, i-ini gak seperti yang lo lihat." Hyunjin menggelengkan kepalanya. "Ta-tadi, ada setan yang ganggu kita di mobil. Dia hampir bikin Jeongin kehilangan nyawanya, dia nyekik Jeongin."

Seungmin mengangguk setuju. "Bahkan dia sempet halangin Hyunjin supaya gak bisa nyetir," jelasnya.

Chan terdiam sejenak, lalu memijat kepalanya pusing. "Astaga, kenapa kalian juga bernasib sama kayak gue sama Minho, sih?" Gumamnya.

"Maksud Kak Chan, kalian juga diganggu sama setan-setan itu?" Tanya Jeongin yang dibalas anggukan oleh Chan.

"Mereka udah kelewat sabar, kita harus kasih apa yang mereka mau," sahut Seungmin. "Daripada mereka bikin kita celaka, mending kita korbanin orang yang diminta sama mereka."

"Hah? K-korbanin orang?"

"Mereka mau nyawa seseorang, mereka mau nyawa Han Jisung. Dan juga Kak Minho," desis Seungmin seraya melirik Minho yang sedang menatap mereka berempat sambil meringis sakit.

"Lo tau dari mana?" Tanya Hyunjin curiga.

"Gue juga didatengin sama mereka kemaren. Katanya, mereka bakal berhenti ganggu kita sebelum nyawa Jisung dikasih ke mereka. Kalo bukan nyawa Jisung ya Kak Minho," jawab Seungmin datar.

"Terus kita harus gimana?" Tanya Minho lirih dan membuat mereka menoleh.

"Gimana?" Seungmin menatap Minho sinis, lalu mengukir senyum miringnya.

"Korbanin aja dua-duanya, gampang, kan?"



Whisper | Stray Kids ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang