1

71.5K 10.1K 3.6K
                                    

Dia terbangun. Nafasnya tersengal-sengal. Matanya bergerak gelisah kesana kemari dengan keringat yang membasahi keningnya.

Setelah itu, dia meraih segelas air di atas nakas dan meminumnya. Merasa sudah lega, dia meletakkan kembali gelas tersebut ke tempatnya.

Dia diam sejenak sambil melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 5 pagi hari.

"Aish, kenapa mimpi itu selalu dateng sih?" Gumamnya frustasi sembari mengacak-acak rambutnya.

"Psst."

Pergerakannya terhenti. Dia langsung memandangi sekeliling kamarnya yang masih gelap gulita.

Mendadak hawa dingin menghampirinya. Dia langsung beranjak bangun dan menyalakan lampu kamar dengan segera.

Dadanya naik turun, jantungnya berdegup kencang. Matanya menatap was-was sekelilingnya.

Namun kosong, hanya ada dia disana.

Dia menghela nafas. Mungkin karena terlalu takut akan mimpinya, dia terbawa suasana.

"Ayo tenang, gak ada apa-apa."

Dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Walaupun sebenarnya dia sendiri merasa ketakutan.

Dia yakin kalau suara tadi adalah suara dia yang sering mengganggunya belakangan ini.

Tapi dia berusaha untuk mengabaikan suara yang mirip seperti bisikan itu dan bersikap seolah-olah nggak terjadi apa-apa.

"Mending gue mandi, terus berangkat."

"Mungkin sekarang kamu bisa mengabaikan saya. Tapi nanti, kamu tidak akan bisa mengabaikan saya, Han Jisung."

Setelah itu, lampu kamarnya kembali padam. Disusul suara tawa melengking dari samping kanannya.





































"Min, lo tau gak anak misterius dari kelas sebelah."

Seungmin yang sedang membaca buku menoleh dengan malas ke arah Hyunjin. Kemudian dia menggeleng dan kembali fokus ke bukunya.

"Katanya dia itu suka ketakutan dan teriak sendiri. Udah gak waras kali ya?"

"Jangan menilai orang dari luarnya," tegur Seungmin tanpa menoleh.

Hyunjin bertopang dagu ke atas meja, sambil menatap Seungmin yang serius membaca bukunya.

"Tapi Min, gue penasaran. Ke kelas sebelah, yuk."

"Gak mau."

"Ayolah Min, jangan sampe gue nyeret lo."

"Oh ya, coba seret."

Seungmin tersenyum manis, tapi senyuman itu terlihat mengerikan bagi Hyunjin.

"G-gue bercanda doang elah. Jangan baper," ucap Hyunjin yang takut pada Seungmin.

Seungmin berdecak malas. Dia menutup bukunya dengan kesal karena Hyunjin sudah menganggu waktu membacanya.

"Ya udah, sekalian gue mau ketemu temen gue."

Senyum Hyunjin langsung merekah. "Gitu dong, ayo!"

Seungmin pasrah saja tangannya ditarik Hyunjin. Dia lagi malas berdebat untuk saat ini. Kalaupun disorakin sama orang yang lihat, tinggal dikasih tatapan tajam sudah mampu membuat nyali mereka menciut.

Seungmin itu orangnya jutek dan ngomong seperlunya. Makanya orang-orang takut sama dia. Padahal dia aslinya baik.

Begitu sampai di kelas sebelah, Hyunjin melepas tangannya yang menarik lengan Seungmin. Dia mengintip lewat pintu kelas.

Di dalam, hanya ada dua orang saja. Wajar sih, karena sekarang masih pukul 05.33 menit.

"Min, itu yang duduk di pojok belakang yang gue maksud," bisik Hyunjin sambil menunjuk orang yang dimaksud.

Seungmin ikut mengintip ke dalam, ke arah murid laki-laki yang sedang diam memandangi langit yang gelap dengan pandangan yang gelisah.

"Lo berdua ngapain?"

Suara berat seseorang membuat mereka terlonjak kaget di tempat. Dari bangkunya, siswa laki-laki berambut pirang menatap mereka penuh keheranan.

"Err, kita mau cari temen kita. Tapi kayaknya belom dateng," dusta Hyunjin.

Laki-laki itu memicingkan matanya curiga. "Kalian bukan tukang bully, kan?" Tanyanya.

Hyunjin tertawa hambar. "Lo liat muka kita, bukan muka tukang bully, kan? Gue cuma nemenin temen gue yang nyari temennya," bohongnya lagi. Padahal dia emang pengen cari tahu tentang murid misterius itu.

"Ohh, soalnya banyak yang ngaku-ngaku nyari temennya. Padahal aslinya mereka mau ngebully temen gue."

"Oh ya?" Hyunjin yang tertarik dengan arah pembicaraan masuk begitu saja ke dalam kelas dan duduk di depan laki-laki tersebut.

"Banyak yang mau ngebully temen gue karena sikapnya yang aneh. Padahal mereka gak tau apa-apa."

"Maksud lo dia?"

Dia mengangguk. Hyunjin mangut-mangut. Kemudian, dia mengerutkan alisnya. Dia berbalik menghadap ke ambang pintu, dimana Seungmin masih berdiri dengan wajah datarnya disana.

"Min, lo ngapain disitu? Sini," ajak Hyunjin sambil menepuk-nepuk bangku kosong di sampingnya.

Seungmin menggeleng dan buru-buru pergi dari sana, membuat Hyunjin keheranan.

"Temen lo orangnya penakut ya?"

Hyunjin menoleh lagi ke arah laki-laki di depannya. "Enggak, dia mah ada hantu juga cuek aja," jawabnya setengah tertawa.

"Ohh, soalnya sebelum lo nengok ke temen lo, gue ngeliat dia ketakutan."

"H-hah? Yang bener? Setahu gue dia gak penakut."

"Gue juga gak tau, mungkin gue salah liat."

Hyunjin mengangguk-angguk. Kemudian, dia mengulurkan tangannya sembari tersenyum. "Hwang Hyunjin, dan temen gue yang tadi namanya Kim Seungmin."

Laki-laki itu ikut tersenyum, lalu menjabat tangan Hyunjin.

"Lee Felix, sahabat baik dari Han Jisung, laki-laki yang duduk di pojok belakang, yang buat lo penasaran sama dia, yang buat lo pengen tahu alesannya ketakutan setiap hari."

Whisper | Stray Kids ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang