Jisung terbangun, nafasnya terengah-engah. Dia segera mengambil segelas air putih di atas nakas dan menghabiskannya dalam sekali teguk.
Setelah merasa lega, dia meletakkan gelasnya, dia menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 5 pagi hari.
Tunggu sebentar.
"Loh, bukannya gue mati?!" Pekik Jisung kaget sendiri.
Jisung meraba-raba badannya.
Alhamdulillah tidak ada luka.
"Jadi yang tadi mimpi, gitu? Astaga, mimpi macam apa itu!" Kesal Jisung sembari beranjak bangun dari tidurnya.
Saat kakinya menapak di lantai, hawa di sana mendadak berubah drastis. Dia merasakan semilir angin berhembus ke tengkuk lehernya.
Jisung bergidik dan segera mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.
Dia harus segera ke sekolah, jangan sampai setan itu tertawa seperti yang ada di mimpinya.
Jisung menghela nafas, kelasnya masih sepi. Jadi yang dia lakukan hanya menatap langit gelap dengan gelisah.
Firasatnya buruk.
"Lo berdua ngapain?"
Jisung menoleh dengan kaget. Dari ambang pintu, terlihat dua laki-laki sedang mengintip ke dalam dan ditegur oleh sahabatnya, Lee Felix.
"Err, kita mau cari temen kita. Tapi kayaknya belom dateng," ucap salah satunya dengan tahi lalat di bawah matanya.
Jisung seketika berdiri dari duduknya, membuat kursinya berdecit dan menyebabkan ketiga orang di sana menoleh ke arahnya.
Ucapan, perilaku, dan waktu sama persis dengan mimpinya!
"Jisung, lo kenapa?" Tanya Felix khawatir.
Jisung menunjuk laki-laki yang hanya diam dengan raut wajah datarnya. "Lo pembunuh! Pergi!"
"Woi, apa-apaan lo!" Bentak temannya yang tak suka.
"Hyunjin, Seungmin itu pembunuh! Dia kerja sama sama kakaknya buat bunuh kita semua!"
Laki-laki itu terkejut. "Dari mana lo tau nama gue? Dan lo jangan asal ngomong, orang aneh."
Jisung tak peduli, biarkan saja Felix yang hendak menegurnya dan Hyunjin yang marah padanya. Dia harus membongkar semuanya sebelum terlambat.
"Tolong percaya sama gue, dia itu licik!"
"Ternyata emang bener ya, lo itu gila!"
"Heh, jangan bilang temen gue gila, bibir dower!"
"Tapi emang kenyataan, bule nyasar!"
Jisung langsung menghampiri Seungmin, mengabaikan Felix dan Hyunjin yang malah berkelahi.
"Lo pergi sekarang," perintah Jisung penuh penekanan.
Seungmin sempat terkejut. Tapi, mendadak dia menyeringai. "Hehe, gak semudah itu. Orang-orang gak akan ada yang percaya sama lo. Jadi selamat menunggu kematian lo, Han Jisung."
Jisung membeku, menatap Seungmin yang pergi begitu saja meninggalkannya.
Namun tak sengaja Jisung melihat setan yang ada di mimpinya menatapnya dari balik dinding.
"Kamu tidak bisa mengabaikan saya, Han Jisung. Hihihi!"
Fin
Akhirnya end juga cerita ini wkwk.
Aku tau kok endingnya kurang memuaskan :(
Aku mau nanya, gimana pendapat kalian tentang cerita ini?
Siapa cast/tokoh favorit kalian? Alasannya kenapa?
Terima kasih telah membaca cerita ini, untuk yang selalu komen, vote, keduanya, atau mungkin gak sama sekali, terima kasih banyak.
Sampai jumpa di cerita berikutnya ♡♡♡