20

23.6K 6.1K 2.7K
                                    

Semenjak pemakaman Chan kemarin, Woojin mendadak menjadi pendiam dan dingin kepada siapapun yang mengajaknya bicara.

Jisung yang mengerti perasaan Woojin memutuskan untuk bertemu dengannya dan menyemangatinya.

Walaupun Jisung ragu karena Woojin tidak suka padanya, tapi dia harus bertemu dengannya, dia tahu rasanya kehilangan, dia tidak mau Woojin terpuruk dalam kesedihan, cukup dia saja yang merasakannya.

"Kak Woojin?"

Woojin yang sedang duduk diam sambil melamun melirik sinis Jisung yang memanggilnya. Tanpa menjawab, dia bangkit dari duduknya dan berjalan pergi begitu saja.

"Kak Woojin, tunggu!"

Woojin berdecak malas dengan wajah datarnya, tak suka karena Jisung menganggu waktu sendirinya.

"Ganggu banget sih, temen lo udah bebas, mending lo sama temen lo daripada ganggu waktu gue."

Jisung tersenyum teduh, sembari melangkah menghampiri Woojin yang mengernyit bingung karenanya.

"Kak Woojin, lo jangan patah semangat ya. Gue yakin, Kak Chan pasti bangga punya temen kayak lo. Semoga kebahagiaan datang dengan cepat ya, Kak Woojin."

Tubuh Woojin membeku, mulutnya mendadak membisu, matanya menatap kepergian Jisung dengan tatapan yang sulit diartikan.

Ternyata memang benar apa kata Chan, Jisung itu orang baik, terlalu baik malah. Dia peduli dengan orang lain, walaupun dirinya sendiri jauh lebih menderita.

Semua itu menjadi hantaman keras di hati Woojin, yang membuat sebuah pertanyaan terlintas di benaknya.

"Apa perlu gue bantu dia?"













































































Felix tak berhenti menatap Jeongin yang berdiri di depannya dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam kantung celana.

Felix ingin menanyakan perihal bukti apa yang diberikan Jeongin kepada Minho. Setelah Jeongin mengirim pesan padanya tadi, dia yang memang ingin tahu memutuskan untuk bertemu dengan Jeongin di kafe tempat dia dan Jisung biasa berkunjung.

"Jadi, lo mau tau kenapa gue bisa punya bukti itu?" Tanya Jeongin memulai pembicaraan.

Felix mengangguk.

"Tapi lo tau gak semua ini berawal darimana?"

Felix mengangguk lagi. "Tiga bulan yang lalu, ada dua setan yang ganggu Jisung. Mereka ganggu Jisung dengan membuat suara bisikan, dimanapun Jisung berada."

"Bisikan?" Jeongin mengernyit bingung. "Gue pernah denger bisikan di sekolah, tapi gak ada siapa-siapa."

"Itu bisikan mereka. Gue juga sering denger, tapi gak cuma gue, Kak Changbin, Hyunjin, Kak Chan, Kak Woojin, bahkan Seungmin juga sering denger bisikan itu."

Jeongin mendengus. "Ya jelas Kak Seungmin sering denger, dia aja tuannya."

"Mereka mau nyawa Jisung. Karena dulu, Jisung pernah dibawa ke rumah sakit yang ngambil organ tubuh segara ilegal. Asal lo tau, ternyata rumah sakit itu adalah tempat persembunyian para penyembah setan, mereka selalu bawa orang setiap satu tahun sekali. Tapi karena Jisung berhasil diselamatin, setan-setan itu marah dan bakal ngincer Jisung sampe mereka berhasil," jelas Felix panjang lebar sama dengan luas.

"Ohh, jadi itu yang bikin Kak Jisung trauma sama rumah sakit?"

Felix mengangguk. "Sekarang gue tanya, lo dapet darimana bukti video itu?" Tanyanya.

Whisper | Stray Kids ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang