19

23.7K 6.1K 1.8K
                                    

Keesokan harinya, Chan membawa Jisung yang memaksa untuk bertemu dengan Minho yang katanya mendadak hilang akal alias gila.

Di rumah sakit jiwa.

Hati Jisung seperti tersayat pisau ketika mendengar kabar kalau mantan temannya itu terpaksa dibawa ke rumah sakit jiwa karena ulahnya di kantor polisi kemarin.

Minho terus mengoceh kalau Seungmin adalah pelaku dibalik semua pembunuhan yang dilakukan oleh setan.

Tapi sayangnya, tidak ada yang percaya pada Minho. Seungmin juga berakting kalau dia marah pada Minho dan meminta para polisi untuk membawanya pergi dari hadapannya.

Felix? Dia bebas karena bukti yang dibawa Minho saat itu. Dia bebas, tapi kini malah Minho yang dikurung di rumah sakit jiwa.

"Sung, punggung lo masih sakit?" Tanya Chan pelan, khawatir.

Jisung mengangguk samar lalu menjawab. "Rasanya sakit, tapi gak pernah sesakit ini," ucapnya lirih sambil memukul pelan dadanya.

"Maaf ya, Sung. Gue gak bisa bantu apa-apa, ini juga demi kebaikan Minho juga."

"Gue ngerti kok, seenggaknya dia masih hidup."

Chan tersenyum. "Lo yang sabar ya, saat ini mungkin lo merasa sulit sama keadaan lo. Tapi lo harus yakin, suatu saat nanti kebahagiaan akan datang dalam hidup lo. Gue yakin," ucapnya.

Jisung tersenyum tipis membalasnya. "Makasih, Kak Chan."

Chan mengangguk. "Sama-sama. Oh ya, lo bisa ceritain kenapa lo sama Minho jadi mantan temen?" Tanyanya hati-hati, takut Jisung tersinggung.

Jisung yang sedang berjalan itu menghentikan langkahnya sebentar, kaget dengan pertanyaan Chan.

"Kalo lo gak mau cerita, gak apa-apa, kok."

Jisung dengan cepat menggeleng dan lanjut melangkah. "Gue bakal cerita semuanya ke lo."

Jisung mengambil nafas dalam-dalam sejenak, lalu mulai bercerita.

"Dulu, gue sama Kak Minho deket banget, kita sampe disangka kakak adek sama orang-orang. Kak Minho selalu baik sama gue, dia bener-bener memperlakukan gue kayak adeknya sendiri. Gue yang ditinggal pergi sama kedua orang tua gue merasa bahagia.

"Tapi pas gue umur 14 tahun, Kak Minho kecelakaan. Orang tuanya nyalahin gue, mereka bilang gue anak pembawa sial. Mereka ngira kalo setan-setan di tempat dia kecelakaan gak suka sama gue yang anak indigo dan malah Kak Minho yang jadi korban.

"Semenjak itu, gue memilih untuk gak ketemu Kak Minho lagi. Hati gue sakit untuk yang kesekian kalinya. Dari situ kita saling menganggap kalo kita mantan temen. Padahal gue masih mau temenan sama dia.

"Gak lama setelah kejadian itu, Felix yang merupakan sahabat baik gue sejak kecil balik dari Australia. Dia bilang, dia bakal selalu ada buat gue. Orang tuanya juga menganggap gue sebagai anaknya, bahkan mereka mau mengadopsi gue yang tinggal sebatang kara di kehidupan gue yang kayak gini.

"Tapi gue gak mau ngerepotin, masih ada saudara gue yang lain yang mau ngurus gue, walaupun cuma ngasih uang bulanan tanpa berniat ngunjungin gue."

Chan mengusap-usap punggung Jisung ketika melihat mata temannya itu mulai berkaca-kaca.

"G-gue bersyukur banget dipertemukan sama sahabat yang baik kayak Felix. Gue merasa memiliki keluarga lagi."

"Sung, kalo lo butuh sandaran, gue siap siaga kok. Gue gak mau lo terus-terusan kayak begini."

"Makasih ya, Kak Chan."

Chan tersenyum, lalu memeluk Jisung, membiarkan laki-laki itu menangis mengeluarkan apa yang selama ini dia pertahankan.

Yaitu air mata kesedihan.
























































Jeongin menyeruput kopi susu yang dia pesan dengan mata mengarah pada Seungmin yang duduk diam dengan pandangan datar.

"Tumben lo diem aja, biasa kalo ketemu gue lo selalu ngobrol tentang ini itu," heran Jeongin sambil meletakkan cangkir kopinya di atas meja.

"Gue lagi gak mood buat sekedar basa-basi, ada perlu apa lo nyuruh gue kesini?" Tanya Seungmin to the point, membuat Jeongin tersenyum karenanya.

"Gue cuma mau nanya, sebenci apakah lo sama Kak Jisung?"

"Benci lah, dia bikin persahabatan gue sama Hyunjin merenggang, bikin gue emosi setiap hari, bikin kepala gue mau meledak."

Jeongin mangut-mangut namun dengan senyuman miring yang terukir di sudut bibirnya.

"Lo kenapa senyum-senyum begitu?" Tanya Seungmin heran.

"Gue cuma ngerasa, kalo dibalik semua omongan lo tadi ada yang lo sembunyiin."

"Mulai kan, gak usah ngasal."

"Gue gak ngasal kok. Asal lo tau, gue yang kasih bukti video ke Kak Minho supaya Kak Felix bebas dari penjara."

Nafas Seungmin tercekat, terlalu terkejut akan apa yang dia dengar.

"Gue tau lo itu pake setan-setan itu buat bunuh Kak Hyunjin sama Kak Changbin."

"Da-darimana lo tau semuanya?"

Jeongin mengedikkan bahu tanda tak tahu.

Atau lebih tepatnya pura-pura tidak tahu.

"Gue cuma mau lo berhenti dan nyerahin diri ke polisi, gue gak mau Kak Hyunjin kecewa sama lo."

Seungmin menggeram marah lalu menunjuk Jeongin dengan geram. "Jeongin, lo-"

"Apa? Lo mau bunuh gue juga pake setan yang ada di samping lo itu?"

Seungmin kembali terkejut. Kok Jeongin bisa tahu kalau ada El di sampingnya?

"Gue anak indigo, gue bisa liat lah," kata Jeongin santai, santai banget malah.

Sambil berdiri dari duduknya, Jeongin memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dengan santai.

"Lo mau bunuh gue? Gak bakal bisa. Orang tua gue paranormal dan udah biasa ngusir setan-setan yang mirip sama setan yang ada sama lo sekarang," ucap Jeongin sambil menyeringai, lalu melanjutkan kalimatnya.

"Jadi, lo mending mundur aja deh. Serahin diri lo ke kantor polisi, karena semua yang lo lakuin bakal sia-sia, Kak Seungmin."















































Drrtt drrtt

Jeongin merogoh saku celananya lalu mengangkat panggilan masuk.

"Halo Kak Chan."

"Jeong, ini gue Jisung."

Jeongin mengernyit. "Kenapa suara lo serek begitu dah?"

"J-Jeong, l-lo bisa dateng ke rumah sakit sekarang?"

"Emangnya kenapa?"

"Setan tanpa kepala itu bunuh Kak Chan."

"Apa?! Kok bisa?!"

"Setan itu ambil jantungnya Kak Chan buat dimakan, Jeong."

Jeongin terbelalak kaget lalu menoleh ke arah Seungmin yang tersenyum penuh kemenangan.

"Kalo gue gak bisa bunuh lo, gue bisa dong bunuh yang lain."

Whisper | Stray Kids ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang